32 - Do Not Change

256 25 13
                                    

Beberapa hari terlewati dengan banyak drama yang harus ditanggapi, Azayaka sudah masuk sekolah seperti biasanya. Setelah kembali dari pelayaran yang cukup menyenangkan, perempuan itu kembali menjadi sosok gadis yang ceria bahkan sekarang kembali duduk dengan sang mantan kekasih alias Chigiri tanpa mengingat masa lalu yang pernah terjadi pada mereka berdua.

Laki-laki itu pun merasa bahagia jika Azayaka kembali dengan sifatnya yang dulu walaupun sebenarnya terbesit rasa menyesal yang amat dalam telah mengkhianati perempuan itu.

"Azayaka~"

Di ujung sana ada Reo yang memanggil gadis yang sedang berbincang-bincang dengan teman laki-lakinya yaitu Bachira, Isagi dan Chigiri.

"Oh Reo... Sini masuk."

Berhubung jam kosong Reo yang bosan menghampiri kelas Azayaka yang kebetulan sama, sedang tidak ada guru.

Benar, Mikage Reo sekolah di sana sebelum liburan kemarin dan ia satu kelas dengan Nagi.

"Bosan. Di kelas sana aku tidak memiliki teman untuk sekedar berbincang. Hanya di kelas ini saja rasanya yang membuat nyaman!" Keluh Reo sambil duduk di kursi Bachira sementara sang empunya duduk di meja Chigiri sedari tadi.

"Hmmm... Bagaimana dengan Nagi?"

"Nagi... Hmmm... Aku hanya tidak mau berdebat terus menerus dengan laki-laki itu, lagi pula dia sedang sibuk dengan perempuan-perempuannya." Jelas Reo sambil mengangkat bahunya.

Mereka semua tercengang, apalagi Azayaka.

Perempuan itu sedang memegang spidol hitam hingga jatuh mendengar kabar tersebut padahal sedang menggambar sesuatu di tangan Bachira karena kalah suit.

"Perempuan?" Isagi memicingkan matanya menatap sang pembawa berita.

Bachira membalikkan tubuhnya menghadap Reo. "Siapa?"

"Kamu tidak salah?" Tanya Chigiri tak percaya.

Sementara itu Azayaka hanya mengedipkan matanya beberapa kali, tatapannya cukup kosong tapi setelah beberapa saat ia berjongkok mengambil spidol. "I-itu bagus!" Ucapnya tiba-tiba setelah duduk kembali di kursi.

Yang ada di sana otomatis menatap sang gadis dengan tatapan bertanya-tanya.

"Ada apa?"

"Tidak..." Jawab mereka serempak.

"Oh ya... Kamu tinggal dimana Reo?" Tanya Isagi yang tepat duduk di sebelahnya sambil bersandar di tembok.

"Rumah, orang tua ku sengaja membeli rumah untuk ku disini."

"Wahh... Kapan-kapan kita boleh lah mampir bermain di rumah mu!" Bachira dengan excited.

"Tentu! Kapanpun datanglah!"

"Sepertinya obrolan kalian menarik..."

Rin datang tiba-tiba melemparkan bola ke arah Isagi, dengan sigap sang empu menangkapnya secara tepat.

"Sembarangan! Jika terkena kaca bagaimana!" Sewot Isagi dengan tatapan mautnya.

Zhu yang baru saja mengejar dari belakang menyenggol tangan Rin dengan nafas yang memburu. Pasalnya mereka sebelumnya sudah berlari-lari sepanjang koridor kelas ulah Rin yang jahil.

"Aihhh... Hufffttt~"

Mata gadis itu tertuju pada botol minum Azayaka, tanpa aba-aba mengambil dan meminumnya dengan tegukan besar.

Rin yang sudah biasa berlari di lapangan luas tentu saja tidak kalah hanya dengan berlari di Koridor apalagi lawannya kekasihnya sendiri yang memang tidak menyukai bidang olahraga.

"Minum kuuu..."

"Biar nanti aku belikan lagi untuk mu." Reo tersenyum kecil sambil menepuk bahu Azayaka.

Waktu berlalu begitu cepat hingga bel pulang berbunyi nyaring menggema merdu di telinga murid-murid yang sudah di nanti-nantikan.

Azayaka cepat-cepat merapihkan bukunya ke dalam tas dan berdiri untuk segera pergi.

"Teman-teman aku pergi duluan~ Sampai nanti!" Katanya sambil berjalan ke arah keluar dengan lambaian tangan.

"Dia akan pulang bersama Reo." Celetuk Chigiri sambil menyisir rambut lembutnya.

Isagi dan Bachira menoleh ke arahnya dengan penuh tanya.

"Dia memberitahu ku." Lanjutnya.

Setelah melewati banyaknya teman sekelas Reo akhirnya ada kesempatan Azayaka untuk masuk ke dalam kelasnya. Di sana ada laki-laki berambut ungu yang sedang menatap bukunya, tapi pandangan gadis itu terpaku pada laki-laki lain yang sedang tidur di bangkunya sendiri.

"Reooooo~" Teriak Tsukiyama Azayaka dengan sengaja.

"Aza? Ya ampun!" Wajah terkejut Reo tidak bisa di sembunyikan tapi ia tetap memamerkan senyum manisnya kepada gadis itu.

Nagi yang sudah bangun semenjak teriakan itu menggema memutuskan untuk berpura-pura tidur dan memperhatikan keduanya.

"Reo kamu belum mau pulang?"

"Ahh tidak aku hanya melihat kembali pelajaran terakhir tadi." Jelas Reo sambil berdiri dan mempersilahkan Azayaka duduk di bangkunya.

"Terimakasih... Mana coba lihat pelajaran apa ini."

Mata Azayaka fokus pada buku catatan, Reo menarik bangku dan duduk di sampingnya.

Mereka berdua berbincang-bincang tentang pelajaran sesekali bercanda tawa.

Tangan Reo reflek membenarkan anak rambut Azayaka yang menjuntai, mata mereka saling bertemu dan membuat waktu seakan berhenti beberapa menit.

Nagi yang masih berpura-pura tidur mengepalkan tangannya diam-diam, matanya terasa terbakar melihat itu.

Brakk~

Suara keras yang tidak tahu sumbernya membuat kedua insan itu terkejut dan reflek menoleh secara bersama-sama, di sana ada Nagi Seishiro yang jatuh dari kursinya.

Itu kesengajaan yang dibuat Nagi.

"Nagiiiiiii!"

Azayaka dengan secepat kilat berlari ke arahnya dan segera memeriksa kepala Nagi, karena laki-laki itu memegang kepalanya sambil meringis. Reo mengikutinya dari belakang, sama paniknya.

"Aaawwww sakittt..."

"Kenapa bisa jatuh!"

"Tidak tahu."

"Lihat kan! Benjol!"

'Sial aku tidak memprediksi akan separah ini!' Batin Nagi sambil menahan sakit.

"Ayo ke uks!"

"Tidak mau!"

"Terus bagaimana!"

"Mau pulang."

"Ayo pulang aku antar kalian berdua pulang..." Reo buka suara sambil membantu Nagi bangkit.

Supir Reo yang sudah menunggu di depan gerbang segera melajukan kendaraan roda empat itu setelah mereka bertiga masuk menuju ke kediaman Azayaka dan Nagi.

Setelah sampai perempuan itu menyuruh Reo untuk ikut masuk tapi ada urusan yang harus segera di selesaikan jadi memutuskan untuk langsung pulang.

Nagi sudah terbaring di kamarnya, Azayaka mengompres dahi laki-laki yang benjol karena jatuh tadi dengan telaten.

"Aza..."

"Hmm?"

"Kenapa kamu tidak se cerewet biasanya?"

"Apa iya?"

Sebuah anggukan kepala jawaban atas pertanyaan tadi.

"Tidak juga."

Entah kenapa Azayaka seperti ini, lebih sunyi dari biasanya.

"Jangan berubah Aza..."

"Aku tidak biasa seperti ini... Jangan berubah!" Lanjut Nagi sambil menarik gadis itu ke dalam pelukannya dengan erat, dengan wajah yang sedih.


LIFE WITH NAGI SEISHIROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang