Pagi di hari libur yang tenang itu Azayaka baru saja kembali dari olahraga nya, berkeliling komplek untuk sekedar jogging seperti biasanya. Rencananya siang hari nanti ia akan pergi ke perpustakaan kota untuk mengisi waktu luang, karena merasa bosan di rumah apalagi Nagi jika libur akan terus berada di depan PC memainkan game kesayangannya.
"Hei, mau sarapan?"
Sebuah pertanyaan itu muncul sesaat setelah melepaskan sepatu.
"Oh Nagi... Sudah bangun?"
"Hmm... Mau sarapan? Mau ku buatkan Roti atau Sereal?"
"Etto... Sereal saja."
"Oke!"
'Semakin berbeda saja tingkah lakunya...' Batin Azayaka sambil berjalan pelan menuju meja makan.
Dari belakang nampaknya Nagi baru saja selesai mandi, dengan lekat Azayaka memperhatikan setiap gerak-gerik laki-laki itu. Rambut putih yang setengah basah, wangi shampoo dan sabun menyeruak kuat ke hidung gadis itu.
Walaupun Tsukiyama Azayaka sedikit kesal karena Nagi pasti memakai miliknya!
Karena wanginya tidak asing!
"Ini..."
"Oh waw... Terimakasih."
"Dan ini... Kesukaan kita." Lanjut Nagi sambil menaruh gelas berisi Lemon Tea buatannya di atas meja, ia pun ikut sarapan bersama.
Mereka berdua sarapan dengan sedikit perbincangan kecil di dalamnya. Tentu saja Nagi kaku, terkadang.
"Biar aku saja yang mencuci piring."
Spontan Nagi langsung menggelengkan kepala. "Tidak, biar aku saja."
"Really?"
"Ofcourse Pretty."
Azayaka langsung terdiam seribu kata, ada sesuatu yang meleleh tapi entah dimana.
"Emm... Terimakasih lagi, aku pergi mandi saja."
Laki-laki itu mengangguk sebagai jawaban lalu menggunakan celemek dan mulai mencuci piring.
Suara shower terdengar, Azayaka sudah mulai membasuh tubuhnya yang berkeringat akibat aktivitas olahraganya. Wangi shampoo dan sabun menyatu, memenuhi kamar mandi itu.
Setelah selesai Azayaka segera memakai baju dan memoles sedikit make up di wajahnya yang manis. Tidak lupa membawa tas kecil berisi handphone dan dompet.
Ketika keluar kamar, betapa kagetnya gadis itu saat melihat Nagi berdiri di depan pintu dengan keadaan sudah benar-benar rapih dan wangi parfum maskulin.
Tsukiyama Azayaka berlalu begitu saja, ini hanya sebuah mimpi saja pikirnya.
Nagi menghela nafas, memperhatikan saat Azayaka bersiap untuk pergi. Ia segera mengikutinya dari belakang.
"Hei, hei. Jangan buru-buru, aku mau menemani mu."
"Sei... Kamu ikut aku?"
"Tentu saja apakah aku harus ditinggal begitu saja? Ini jadi kesempatan bagus, lagi pula aku bosan hanya memainkan game seharian di kamar."
"Memangnya kamu tahu aku akan kemana?"
"Tidak."
"Ke Perpustakaan Kota. Kamu pasti merasa bosan nanti."
Nagi Seishiro terkekeh sambil menggelengkan kepala. Ia sangat ingin menghabiskan setiap momen bersama, dirinya sudah terlalu lama bermain sendirian dalam semua hal dan ia sekarang membutuhkan Azayaka untuk berada di sampingnya.
"Kamu... Sudah banyak berubah ya..." Celetuk Azayaka, hal yang ingin sekali di katakan akhir keluar dari mulut manis itu.
Tiba-tiba Nagi kembali tertawa kecil, melirik ke arahnya sebentar. "Ya.. Berubah karena kamu."
"Karena aku? Kenapa?"
Mereka berdua mulai beriringan berjalan menuju halte bus untuk pergi ke stasiun kereta nantinya.
Seperti biasa di sepanjang jalan sepi, tidak ada orang berlalu lalang.
Tangan Nagi mendekat dan menggenggam tangan ramping itu lalu mengisi kekosongan jari-jari mereka.
Azayaka terkejut, menatap langsung mata laki-laki tinggi itu yang terlihat sangat sejuk nan tenang membuatnya enggan untuk memprotes atau menggubris genggaman tangan mereka.
Sementara Nagi terdiam beberapa saat, memikirkan apakah ia benar-benar ingin mengatakannya atau tidak.
"Karena denganmu, maka aku tidak akan pernah merasa kesepian lagi..."
Suaranya terkesan seperti berbisik, ekspresinya menjadi semakin damai saat nadanya menjadi serius.
"Tapi kan kamu memiliki game, walaupun tanpa aku pasti tidak kesepian kan?"
Terdengar helaan nafas tapi tetap senyuman Nagi begitu menenangkan bagi Azayaka saat itu.
"Dengar... Mungkin aku punya game, tapi game itu hampa. Hampa yang artinya tidak ada jiwa." Ia mengangkat alisnya penasaran, melirik ke arah gadis itu sambil tertawa kecil sebelum melanjutkan ucapannya.
"Game itu tidak memiliki rasa dan emosi. Dia hanya kumpulan dari data yang dibuat bukan oleh Tuhan, bukan makhluk dan tidak mempunyai kesempurnaan... Aku masih merasa setara dan biasa saja walaupun aku punya game dan segalanya mungkin, tapi itu semua hampa..."
Keberanian sudah Nagi kumpulkan sejak lama. Ia menarik Azayaka ke dalam pelukan, dirinya tidak perduli jika di lihat banyak orang.
"Tapi karena kamu aku tidak mungkin, untuk merasa kesepian lagi. Kapan pun aku tidak akan pernah merasa sedih lagi... Selagi kamu berada di sisi ku."
Nagi menjelaskan, ekspresinya melembut saat ia melepaskan pelukannya lalu menatap ke arah Azayaka seraya merapihkan rambut perempuan manis di depannya dengan senyuman tulus.
Laki-laki itu mengangkat alisnya penasaran, memperhatikan tangan Azayaka yang sedikit gemetar karena detak jantungnya yang semakin cepat tak beraturan setelah mendengar semua kejujuran seorang Nagi Seishiro.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIFE WITH NAGI SEISHIRO
Fiksi PenggemarNagi Seishiro dengan segala kegiatan yang menurutnya merepotkan hanya ingin hidup tenang tanpa gangguan. Hidupnya menjadi merepotkan gara-gara satu gadis kiriman orang tuanya, tapi lambat laun laki-laki itu malah ketergantungan dengannya. ©TriiyaJ...