Suasana hening beberapa saat karena tak ada obrolan lagi diantara mereka. "Dav gw pengen sesuatu deh" ucap Ve memecahkan keheningan malam
"Pengen apa?" tanya nya heran
"Beliin gw martabak telur dong.." jawab nya memohon bahkan wajah nya sengaja ia melaskan
"Astaga, mana ada yang jualan martabak telur di Belanda Ve, apa lagi malem malem gini" sahut nya tak habis pikir
"Dav beliin.." rengek nya memaksa
"Nggak ada sayang.." ucap nya menolak dengan halus
"Tega banget sih Dav, ini kan bukan gw yang minta tapi anak kita.." cicit nya berucap pelan dengan tatapan sedih menatap Dava
"Jadi lo ngidam?" tanya Dava memastikan
Ve menganggukkan kepalanya pelan. "Beliin ya Dav, plis.." mohon nya berharap lebih
"Yaudah gw cariin sekarang" pasrah nya menyetujui permintaan istri tercintanya
"Beneran?! makasih mas Dava!!" ucap nya berbinar senang
"Lo jangan kemana mana, tetep didalam kamar, tunggu gw pulang" tegas nya membuat Ve hanya memberikan dua jempol nya keatas
"Hati hati sayang ku mas Dava!" teriak Ive sebelum Dava hilang dari pandangan nya
Sedangkan Dava kini tengah berusaha keras untuk mendapatkan martabak yang diinginkan oleh istri itu, sudah berjam jam ia mencari keberadaan makanan Indonesia itu di jalanan.
"Gw harus cari kemana lagi itu martabak" ucap nya pelan sambil celingukan mencari kesana kemari
"Masa iya gw pulang dengan tangan kosong, sedangkan Al udah nungguin gw bawa pesanan nya" ujar nya tak tau lagi harus mencari kemana
"Ya Allah berilah hamba mu petunjuk.." mohon nya berdoa kepada tuhan nya yang maha esa
Entah dari mana datangnya saat ia bertugas menjadi nahkoda, Dava melihat para rekan rekan nya dengan teguh menjalan kan ibadah shalat saat kapal digoncang air laut, namun mereka dengan teguh pendirian tetap khusyuk beribadah kepada Tuhan nya.
Oleh sebab itu ia diam diam masuk Islam, Dava juga ingin mengabulkan permintaan ibu nya diwaktu masih hidup yang ingin melihatnya masuk Islam.
Keputusan yang ia ambil sudah bulat, dengan masuk nya Dava kedalam Islam sudah ia pertimbangkan dengan matang.
Saat ditengah jalan menuju rumah, ia melihat sebuah restoran yang masih buka dimalam hari.
Dava masuk kedalam nya lalu menuju ketempat pelayanan pelanggan, ia berbincang bincang dengan salah satu pegawai yang tengah berjaga.
"Bisa bahasa Indonesia mas?" tanya nya menatap pegawai itu
"Jelas bisa lah mas, orang ini restoran Indonesia!" jawab nya tersenyum ramah
"Syukur kalo gitu, ada jual martabak nggak mas disini?" ucap nya bertanya dengan sopan
"Ada, mau martabak manis atau martabak telur yang dicari?" jawab pegawai itu menyerahkan menu kepada Dava
"Martabak telur nya yang spesial" ujar nya membaut mas pegawai menganggukkan kepalanya pelan
"Mau dibungkus atau dimakan disini mas?" ucap nya bingung
"Oh dibungkus aja mas" jawab Dava langsung mendudukkan bokong nya di kursi yang tersedia
Setelah beberapa menit menunggu, pegawai itu datang membawa pesanan nya. "Makasih, silahkan datang kembali kapan waktu" ucap nya menyerahkan bungkusan itu kepada Dava
KAMU SEDANG MEMBACA
ALENZA [END]
Teen Fiction"Aku kira hari-hariku akan terasa bahagia setelah aku menyelesaikannya. Namun, untuk tersenyum saja rasanya sangat berat untuk ku lakukan. Air mata terus menerus menghujani pipi ku. Tangan ku enggan menghapusnya. Biarkan lah setiap tetesannya menjad...