BAB#7

1.1K 80 1
                                    

ADRIENE YNAREZ POV

Tiba di Semarang, aku sudah di jemput oleh kekasih ku. Lantas aku berlari kecil saat melihatnya berada tepat di pintu kedatangan.

"Terima kasih sayang, kamu selalu datang di saat aku merindukan mu" ucap Rey padaku,

"Apa yang tidak boleh untuk kekasih ku ini?"

Aku dan Rey lalu berjalan menuju mobilnya, tanganku bahkan dengan setia tetap ku lingkarkan pada lengannya.

Sampai di mobil, aku segera masuk dan duduk menunggu Rey yang sedang meletakan koper ku di bagasi mobil, saat dia sudah masuk. Rey lalu menjalankan mobil meninggalkan bandara. Ku lihat kini, dia menurunkan kaca mobilnya, dan menyalakan sebatang rokok. "Rey, aku benci asap rokok"

"Sayang, aku tidak bisa kalau tidak merokok" ucapnya

Aku merasa kesal dengan ucapannya, segera ku cari masker yang berada di tas ku dan langsung memakainya. Tanpa merasa bersalah, dia terus menghembuskan asap rokok ke arah luar jendela. Namun karena angin yang begitu kencang, asap rokok itu kembali tertiup ke arah dalam mobil.

Saat dirinya kembali meletakan rokok itu di mulutnya, tanganku dengan cepat menarik rokok itu dan membuangnya. "Apa sih kamu"

"Aku sudah bilang kan, aku tidak suka rokok Rey"

Dia berdecak kesal ke araku. Tidak berniat membalasnya, aku lalu membuka handphone milik ku. Kesempatan itu ku gunakan untuk mengabari Valery. Aku dan Val lalu bertukar pesan sebentar, sampai ku sadari mobil Rey telah masuk ke salah satu hotel yang berada di kota kelahiranku ini.

Aku kemudian turun dari mobil dan berjalan meninggalkan Rey dari belakang. Hati ku merasa tidak begitu enak, karena sikapnya tadi. "Sayang, maaf ya kalau aku kayak tadi" ucap Rey pada ku,

"Iya" ucapku dan terpaksa tersenyum ke arahnya.

Setelah mengambil kunci kamar, Rey lalu mengantarkan ku menuju kamar sambil membawa koper milik ku.

***

AUTHOR POV

Lagi kembali Valery harus menjalani hubungan jarak jauh dengan kekasihnya, bahkan belum sehari Ien pergi ke Semarang tapi rasanya Val begitu merindukannya. Setelah beberapa menit yang lalu mereka sempat bertukar pesan,  selanjutnya tidak ada kabar lagi darinya.

"Val, jadi gimana buat peluncuran baru ini?" Tanya Katleen dan berjalan masuk di sofa ruangan Valery,

"Aku nanti periksa itu kok, tapi yang pertama kita buat diskon aja dulu buat pembeli yang nanti membeli barang kita"

"Gampang itu, kan dari divisi marketing juga udah atur itu kok. Nanti kamu lihat-lihat dulu. Kalau ada yang kurang boleh kamu nambahin"

"Oke siap, kalau begitu Kat"

Sambil menatap Valery, Katleen merasa aneh dengan tingkah sahabatnya, bahkan wajah Valery begitu pucat. "Val kamu sakit ya?" Ucap Katleen dan berjalan ke arah Valery. Telapak tangannya diangkat dan di letakan pada jidat Val,  "Astaga Valery, badan kamu panas sekali"

"Aku gak apa-apa kok Kat. Santai saja"

Sejujurnya, memang Valery sedikit merasakan kesakitan di seluruh badannya. Tulang-tulang Val bahkan terasa sangat nyeri. Tanpa memperdulikan ucapan Val, Katleen lalu menarik Val dari duduknya, "Kita ke rumah sakit sekarang"

Belum sempat melangkah keluar, tiba-tiba Katleen di kejutkan dengan darah yang mengalir dari hidung Valery. Karena begitu panik, Katleen kemudian memanggil security perusahaan.

"Pak, tolong bawa ke mobil"

Namun lantaran merasa takut dengan atasannya, security itu tampak gugup saat hendak menggendong Valery. "Bu, maaf saya permisi gendong ya" ucapnya dan segera menggendong Valery, dia melangkahkan kakinya selebar mungkin agar cepat sampai di mobil Katleen. Seluruh karyawan yang melihat kondisi Valery seperti itu menjadi kaget dan khawatir.

BetweenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang