VALERY LEDEZMA
"Pa, nanti Val duduk di belakang aja ya"
"Gak. Kamu ada di kursi keluarga Val"
Aku menarik dan menghembuskan nafasku pelan. Lalu dengan langkah berat aku memasuki rumah ini. Jantungku berdegup kencang. Bahkan hatiku benar-benar sakit. Aku juga tidak tau apa yang ku rasakan saat ini.
Melewati banyak orang hingga aku mencapai kursi bagian depan yang kini di isi oleh keluarga. Dengan posisi kursi barisan kanan di isi oleh keluarga pria, dan barisan kiri keluarga wanita. Saat aku bersalaman dengan tante Mona dan adik ku, aku terus menampilkan wajah dengan senyuman manisku. Tapi sedetik kemudian saat pandangan mataku menangkap seseorang di barisan keluarga wanita, aku merasakan sakit luar biasa yang tidak bisa ku ungkapkan. Tubuhku mematung, hatiku benar-benar hancur, dan mungkin bukan saja hatiku, tapi juga hidupku. Dengan pakaian yang dia gunakan, dan dengan wajah yang sudah di hiasi makeup cantik, bahkan dengan posisi dia yang berada tepat di barisan itu. Aku yakin dia adalah calon istri adik ku.
"Itu calonnya Eval nak" ucap papa berbisik
Sudah ku katakan bukan? Dia adalah calon istri adik ku. Apa saat ini aku boleh minta untuk Tuhan mengambil nyawaku saja? Demi Tuhan, ini sangat teramat sakit. Air mataku yang sudah siap mengalir, hanya bisa ku tahan sekuat mungkin agar tidak terjatuh. Aku tidak ingin mengecewakan keluargaku, terutama adik ku. Apalagi ini adalah pertemuan pertama kami. Seandainya aku tau ini dari awal, mungkin aku memilih untuk tidak datang ke acara ini agar aku tidak merasakan sakit ini.
"Pa, Val mau ke toilet sebentar" bisik ku pada papa,
"Aduh, ini rumah Ien, calonnya Eval. Papa mana tau toilet dimana?"
"Nanti aku tanya saja pa"
Aku tidak kuat berlama-lama dalam ruangan ini, aku butuh meluapkan rasa sakit di hatiku, dengan cepat aku bergegas mencari toilet. Sudah ku pastikan air mataku kini telah berlinang.
"Permisi, toiletnya sebelah mana ya?"
"Di situ kak"
Aku lalu tersenyum ke arahnya. Mungkin senyum paksaan. Karena saat ini aku benar-benar hancur. Apa selama ini Ien selingkuh dengan Eval? Atau ada pria lain lagi? Lalu untuk apa dia mempertahankan ku? Aku berlari kecil masuk ke kamar mandi dan mengunci pintunya.
Di dalam sini, ku ambil sapu tangan milik ku dan menutup mulutku agar tidak mengeluarkan suara apa-apa. Aku menangis sejadi-jadinya. Terlalu banyak kenangan antara aku dan Ien, terlalu manis kenangan indah yang kami lalui. Aku tidak tau harus berkata apa-apa lagi. Semuanya telah terjawab sekarang. Atas setiap pulangnya dia ke Semarang dan tidak mengabariku, atas setiap ucapan orang-orang yang melihatnya bersama pria lain, atas setiap panggilan yang dia lakukan diam-diam di belakang ku, dan atas kecurigaan ku selama ini. Bahkan atas cincin yang melingkar di jarinya serta menghilangnya dia seharian ini. Semua ini benar-benar terjawab, karena dia telah memiliki pria lain dan sebentar lagi akan dilamar oleh pria yang bukan lain adalah adik ku sendiri. Hancur, benar-benar hancur. Hatiku dan hidupku. Apa aku memang tidak pernah di takdirkan untuk bahagia? Ataukah Tuhan terlalu marah atas hubungan kami ini?
Aku selalu berusaha menjadi yang terbaik untuk Ien ku. Ralat bukan Ien ku, tapi Ien orang lain. Semua terasa begitu sia-sia saat aku harus menerima pengkhianatan yang sangat sakit ini. Apa yang aku lakukan? Sehingga Ien menyembunyikan ini. Aku selalu siaga untuk menerima berita darinya kalau dia sudah menemukan seorang pria. Tapi bukan dengan cara lamaran ini, dan bukan juga adik ku? Kenapa bukan orang lain saja?
***
AUTHOR POV
Valery terus menangis di dalam. Dia memukul dirinya, menampar wajahnya. Bahkan kini dia berpikir untuk tidak kembali ke acaranya lagi. Tapi dia tidak mungkin mengecewakan keluarganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between
Teen FictionCinta dan Nyaman merupakan dua kata yang memiliki arti yang sangat berbeda. Dalam hubungan Valery dan Adriene yang telah di jalani empat tahun, mereka sama-sama menumbuhkan cinta dalam hubungan mereka. Sehingga bagi orang lain itu begitu indah. Tap...