BAB#32

1.1K 72 11
                                    

ADRIENE YNAREZ POV

Sebulan berlalu sejak malam itu, Aku dan Valery tidak lagi bertemu. Terkadang, aku sangat merindukannya, tapi keadaan seakan tidak pernah berpihak pada kami. Mungkin Tuhan perlahan menjauhkan ku dari Val, karena sudah terlalu banyak rasa sakit yang aku hadirkan bagi Val.

Sambil menopang dagu, pikiranku lalu berlari menuju kenangan antara aku dan Val. Tanpa ku sadari, aku malah tersenyum sendiri mengingat senyuman manis dari wajah cantiknya, yang selalu bisa menenangkan perasaanku.

"Ien"

"Ya Val?"

"Val?" ucap Alicia kembali menyadarkan ku

"Astaga, maaf Al"

Menyadari itu adalah Alicia, aku lalu menegakan tubuhku ke sandaran kursi kerjaku. Ku rasa, aku terlalu merindukan Valery saat ini, sampai-sampai aku harus salah menyebut nama sahabatku ini.

"Pernikahan mu sebentar lagi, dan kamu masih belum bisa melupakan Valery?"

Aku lalu memijat kepalaku sebentar. Apa yang diucapkan Alicia barusan membuat kepalaku tiba-tiba merasa sakit. Memang benar, tinggal dua minggu saja, aku dan Rey akan menikah. Tapi bukannya aku semakin bahagia untuk itu, aku malah semakin menolak pernikahan itu. Bukan karena cintaku masih pada Valery, tapi entahlah apa yang ku rasakan ini. Aku sendiri menjadi bingung. Padahal, Rey telah mempersiapkan semuanya. Dia rela bertemu dengan jasa wo itu tanpa ada aku sekalipun. Mempersiapkan segala sesuatu dengan sendirinya.

"Ien, pilih seseorang sesuai dengan hatimu. Jangan ikuti pikiranmu. Jangan hanya karena kamu ingin menikah lalu kamu memaksa menikah, dan menyakiti orang yang kamu cinta. Jika kamu mau Rey, maka lupakan Val. Jika kamu mau Val, berjuang mendapatkannya, lalu lupakan Rey"

Aku lalu hanya terdiam mendengar ucapan Alicia barusan. Aku ingin menertawakan diriku yang terlalu bodoh ini. Cintaku ini hanya untuk Valery dan bahkan sampai saat ini hanya milik Valery. Tapi, keadaan tidak bisa ku putar lagi, undangan pernikahan kami telah tersebar. Lagipula, aku tidak ingin mempermalukan keluargaku ataupun keluarga Rey.

"Ingat itu sebelum terlambat. Ayo kita makan, dan aku antar kamu pulang"

"Ayo Al, aku juga sudah lapar" ucapku dan tersenyum ke arah Alicia.

Aku segera mengambil tas milik ku, lalu melangkah bersama-sama dengan Alicia keluar dari ruangan kami. Melihat mahasiswa yang masih cukup banyak di area kampus, membuat hatiku sedikit membaik saat mereka juga menyapa aku dan Al secara bersama-sama.

Tiba di parkiran, aku melangkah naik ke mobil Al dan menyandarkan kepalaku ke sandaran kursi. Tapi tiba-tiba, hatiku menjadi sedih, air mataku juga ikut mengalir saat mengingat kenangan bersama Val, dimana dia selalu memperlakukan ku begitu istimewa ketika naik ke mobilnya.

"Ien?"

"Aku sangat merindukan Valery" ucapku

Tangan Al kemudian menarik ku masuk ke dalam pelukannya. Dia mengusap punggungku, "Aku tau ada di posisi kamu itu sulit, tapi jangan tersiksa dengan ini Ien. Aku gak mau kamu kayak gini. Kuatlah, Valery juga pasti akan marah kalau kamu menangis seperti ini"

"Val tidak pernah marah padaku, dia hanya tidak suka lihat aku menangis"

"Iya maksud aku gitu"

Aku lalu kembali ke posisi duduk ku sambil melihat ke arah Alicia. Perlahan tangannya menyerahkan selembar tisu untuk ku.

"Ini, hapus air mata kamu"

Aku mengambil tisu itu dan menghapus air mataku.

Mobil Alicia segera dijalankan meninggalkan area kampus. Aku kemudian mengeluarkan hp milik ku, lalu melihat pesan dari Rey yang dikirimnya dari siang. Sedikit merasa heran padanya, beberapa waktu ini dia juga jarang memberiku kabar ketika berada di kantor. Ketika aku menanyakan itu, dia selalu berkata, kalau dia sibuk bekerja. Tapi jika dibandingkan dengan Val dulu, dia bahkan selalu menyempatkan waktu untuk ku, meskipun sesibuk apapun dia.

BetweenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang