BAB#47

898 69 1
                                    

ADRIENE YNAREZ POV

Aku terus memeluk Val, dan tidak ingin melepaskan pelukan kami. Aku tau Val saat ini sangat membutuhkan ku. Maka dari itu, aku ingin terus berada di sampingnya. Bahkan bukan hanya untuk sekarang, besok, lusa dan seterusnya, aku ingin selalu menjadi tempat Val ku bersandar. Semua sakit yang ku terima tadi, tidak akan sama dengan Val ku terima. Dan aku tidak menyangka papa Nio, akan mengucapkan kalimat itu. Padahal selama ini, dari cerita-cerita Val, papa Nio begitu mencintai Val.

Perlahan pelukan Val terlepas, dia lalu tersenyum ke arahku dan mengusap lembut rahangku, "Lupakan semua, lalu kita melangkah bersama ke depan sayang"

"Iya sayang, melangkah bersama ke depan, selamanya" ucap ku

Aku dan Val kemudian memutuskan naik ke tempat tidur bersama-sama. Lalu kepalaku di letakannya pada lengan Val, sambil aku memeluknya.

"Sayang, aku mau buka cafe" ucapnya

"Apapun yang kamu kerjakan, aku selalu mendukung sayang" ucapku

"Benarkah sayang? Kamu tidak keb......"

Seakan tau dia akan berucap apa, aku segera mencubit perutnya, "Stop bertanya yang aneh-aneh. Aku kekasihmu, susah dan senang. Kita bersama-sama sayang"

"Iya sayang, maaf" ucap Val

Aku lalu melepaskan cubitan ku dan mengusapnya lembut.

"Pakai tabungan kita aja ya sayang"

"Gak by. Aku masih punya tabungan"

"Oke sayang, kalau kamu butuh sesuatu. Katakan pada pacar mu ini. Oke"

"Oke mbak pacar. Terima kasih"

Val kemudian memeluk ku dengan begitu erat, sambil tangannya yang lain mengusap punggungku. Perlahan mataku lalu dipejamkan.

Mengingat tentang keluarga Val tadi, aku ingin kembali ke rumah papa Nio, untuk memperjuangkan Val ku. Meskipun nanti, hasilnya tetap sama. Tapi aku tetap maju dan tidak akan mundur. Lagian, ini juga salah ku. Mungkin ada baiknya, aku hanya kembali sendiri tanpa Val.

Cinta butuh perjuangan, dan selama ini Val telah membuktikan perjuangannya untuk ku. Jadi, aku juga harus memperjuangkan cinta kami ini. Sudah terlalu banyak luka yang ku berikan untuk Val, kali ini tidak ada lagi luka itu. Aku akan membuatnya bahagia. Dan salah satu kebahagiaan itu adalah restu dari papanya. Val tidak membutuhkan restu dari tante Mona, bukan karena dia tidak menghargai tante Mona, tapi karena keadaan yang memaksanya untuk tidak mempedulikan kehadiran tante Mona.

"Sayang"

"Iya sayang?" Ucapku dan membuka mataku, lalu menatap Valery.

Aku terus menunggu jawab Val, namun dia tidak menjawab ku, melainkan hanya tersenyum ke arahku.

"Apa sayang?"

"Gak sayang, gak ada"

Aku mengerutkan keningku, lalu bangun dari tidurku, "Bohong, ayo katakan. Mau apa?" Ucapku.

Karena lagi dia hanya tersenyum, aku segera berpindah dari posisiku, lalu naik duduk di atas perutnya.

"Sayang, mau apa?" tanyaku

"Mau foto sayang dulu" ucap Val mengambil hp miliknya, lalu dia memotret ku. Selesai itu, dia meletakan hp miliknya kemudian tersenyum ke arahku.

"Besok, aku boleh pergi sama Kathleen?"

"Boleh sayangku. Asal, kamu harus terus mengabari ku" ucapku

"Tapi ada Olive sayang"

Aku kemudian bergerak maju ke arah wajahnya, "Tidak masalah, kamu kan sudah seutuhnya menjadi milik ku" ucapku, lalu segera mencium bibir Val, melumatnya dengan lembut kemudian melepaskan ciuman kami. Tanpa berbicara, Val hanya tersenyum ke arahku. Seperti mendapatkan semangat, aku kembali menciumnya dan melumat bibirnya dengan lembut.

BetweenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang