BAB#28

1.1K 78 4
                                    

ADRIENE YNAREZ POV

Dalam posisi seperti ini, aku tidak bisa berbuat banyak. Padahal, aku ingin sekali menarik Val masuk ke dalam pelukan ku. Menatapnya seperti ini, seakan membuat hati ku juga merasakan sakit yang luar biasa. Bahkan pembicaraan tentang pernikahan antara aku dan Rey pun, tidak membawa kebahagiaan sedikitpun. Aku malah mengkhawatirkan perasaan Valery saat ini.

"Ien, kamu mendengar papa kan?"

"Iya pa, aku dengar" ucapku asal, padahal aku sedari tadi tidak mendengar apapun.

"Bagus kalau begitu"

Rey lalu menggenggam tanganku dan tersenyum ke arahku.  Tidak ingin membuatnya curiga akan keadaan ku, aku lalu terpaksa tersenyum juga ke arahnya.

"Oke jadi topik malam ini telah selesai"

"Hm, ada yang ingin Val sampaikan juga pa. Apa boleh?"

Pandanganku lalu tertuju ke arah Val. Lagi, mata kami kembali bertemu. Tapi kali ini, dia segera mengalihkan pandangan ke arah papa.

"Val akan pindah ke apartment"

"Maksud kamu sayang?" tanya papa

"Apa kamu tidak suka dengan kehadiran kami di sini?" tanya Mama

"Maaf pa, tante. Mungkin ini mendadak, tapi Val sudah berpikir ini jauh sebelum tante dan adik-adik pindah ke sini. Val di rumah sebenarnya karena ingin merawat papa, tapi karena sudah ada tante. Jadi Val rasa, mungkin ini waktunya"

Ini bukan alasannya. Aku sangat tau, Valery begitu menginginkan keluarga ini. Apa yang dia katakan sekarang, adalah satu kebohongan. Selama kami bersama dalam kurung waktu empat tahun ini, dia bahkan tidak pernah ingin memiliki apartment atau rumah lain. Dan itu yang dia sampaikan padaku. Dia hanya ingin berada di rumah ini, rumah Kathleen dan juga rumahku.

"Papa tergantung kamu Val. Kamu sudah dewasa sayang"

Mendengar itu, rasanya aku ingin berucap. Aku ingin papanya menahan Val untuk berada di sini. Jika dia tinggal sendiri? Siapa yang akan menjaga dan merawatnya? Siapa yang akan menjadi sandarannya.

"Kalau begitu, tante juga mengikuti kemauan papa kamu sayang" ucap mama

Tanpa sadar, tanganku malah mencengkram tangan Rey begitu keras hingga di merintih kesakitan. Setelah tersadar karena suara Rey, kini perhatian mereka kembali ke arah Rey. Membuatku menjadi malu, lantaran kesalahan ku barusan.

"Maaf sayang. Apa ini sakit?" ucapku

"Gak sayang, hanya sedikit perih"

Aku lalu meniup tangan Rey serta mengusap lembut tangannya yang sedikit kemerahan akibat perbuatan ku.

"Cie, so sweet banget calon pengantin ini" ucap papa

"Hm, aku ke kamar duluan ya semuanya. Ada beberapa pekerjaan yang harus aku lakukan" ucap Valery dan berlalu pergi.

Melihat tubuhnya menjauh dariku, aku merutuki kebodohan ku. Bagaimana bisa aku melakukan itu di depan matanya.

"Ien, nanti malam ini tidur sama Val saja" ucap papa kemudian berdiri bersama mama.

"Gak pa, aku balik saja"

"Jangan nak, ini sudah malam. Kamu di rumah juga sendiri kan?"

"Tapi aku gak enak sama kak Val"

"Tidak apa-apa sayang. Val itu baik, kamu harus menyesuaikan keadaan. Apalagi Val itu calon kakak ipar kamu" ucap papa sambil mengusap lembut kepalaku

Dengan sangat terpaksa, aku harus menerima ajakan itu. Aku juga tidak bisa terus menolak itu karena benar kata papa. Val adalah calon kakak iparku. Setelah papa dan mama masuk ke kamar, Evan juga berdiri masuk ke kamarnya. Kini hanya tersisa aku dan Rey yang duduk di ruang keluarga. Aku sendiri tidak tau apa yang kami lakukan setelah ini, namun tiba-tiba bunyi deringan hp Rey berbunyi membuatnya berpamitan dari ku dan masuk ke kamar mengikuti Evan. Aku tidak niat bertanya siapa yang menelponnya, karena itu adalah privasi Rey bukan?

BetweenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang