BAB#38

1.1K 80 0
                                    

VALERY LEDEZMA POV

Aku begitu gelisah saat mengetahui apa yang terjadi pada Ien. Bahkan itu membuatku seperti tidak bisa tidur dengan nyenyak malam ini. Berjalan mondar mandir sambil terus memerhatikan hp milik ku. Ingin rasanya aku menghubungi Ien dan menanyakan keadaannya, tapi aku takut kalau Ien menolak panggilan ku. Apalagi, saat pertemuan di makam tadi, ku rasa Ien menghindar dariku, dan mungkin saat ini dia sementara berpikir kalau aku dan Olive memang memiliki hubungan. Padahal, kenyataannya, aku dan Olive bukan sepasang kekasih. Kami hanya berteman baik. Olive hanya tidak ingin aku mengalami luka lagi dari Ien, makanya dia membatasi semua pergerakan ku untuk Ien.

Mendengar apa yang Eval lakukan pada Ien. Aku begitu emosi, bahkan rasanya aku ingin mencarinya dan menampar wajahnya yang kurang ajar itu. Namun, aku di tahan oleh Kathleen dan Olive. Mereka memintaku agar sebisa mungkin mengontrol emosiku.

"Val, bisa stop gak mondar mandir kayak gitu"

Aku tersentak kaget saat melihat Kathleen yang keluar dari kamar ku, "Kalau tidur, tidur saja. Jangan mengagetkan ku Kat" ucapku

"Kalau kamu mau pergi, pergilah. Pastikan Ien mu itu baik-baik saja" ucap Olive yang juga ikut keluar dari kamarku

Malam ini, memang mereka sementara berada di apartment milik ku. Salah satu alasanku yang tidak mungkin menemui Ien adalah Kathleen dan Olive.

"Benarkah?" ucapku

"Iya Val, pergilah. Aku dan Olive mendukung mu" ucap Kathleen

"Terima kasih untuk kalian berdua. Teman terbaik ku"

Aku segera mengambil kunci mobilku dan segera meninggalkan apartment milik ku.

Dengan kecepatan aku terus melaju, hingga beberapa menit berlalu, aku kini telah tiba di depan halaman rumah Ien. Namun, aku seperti takut untuk turun dan menemuinya.

"Ayo Val. Kamu sudah di sini. Turun dan pastikan keadaannya" ucapku sendiri untuk memberanikan diriku.

Aku menghembuskan nafasku, dan dengan mantap turun menuju rumah Ien. Aku mengetuk pintu rumahnya berulang kali, sampai pintu itu di buka dan menampilkan wajah Al yang berada di depanku.

"Maaf Al, ap...."

"Val, syukur kamu di sini. Aku dari tadi mau hubungi kamu, karena aku bingung harus bagaimana" ucap Alicia

"Maksud kamu?"

"Iel terus menggigil, bahkan sudah ku selimuti dan memeluknya namun tetap saja dia terus menggigil"

"Kamu sudah membelikan obat untuknya?"

"Sudah Val"

Aku segera mengangguk dan melewati tubuh Alicia menuju ke kamar Ien.

Saat ku buka pintu kamarnya, aku melihat kondisi yang masih sama seperti yang di ucapkan Alicia. Perlahan, aku merangkak naik ke tempat tidur, masuk ke dalam bedcover dan memeluknya dari belakang. Sungguh, suhu badannya begitu panas. Namun sepertinya dia begini akibat luka di tangannya.

"Aku di sini. Tidurlah" ucapku

Aku terus memeluk Ien, memberikan kenyamanan dan kehangatan padanya, sampai tubuhnya berhenti menggigil. Memastikan kembali Ien sudah tidur dengan nyenyak, aku lantas bergerak pelan untuk turun dari tempat tidur. Kemudian menutup tubuhnya lagi dengan bedcover.

Menatapnya seperti ini, ku rasakan hatiku benar-benar patah. Aku tidak sanggup melihat penderitaannya. Selama ini, aku memberikan seluruh hidupku hanya untuk membahagiakannya, namun orang lain menghancurkannya.

BetweenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang