VALERY LEDEZMA POV
"Papa, Val pulang" ucapku dan berlari memeluk papa,
"Sebentar ya sayang, tante Mona lagi telpon"
Aku lalu melepaskan pelukan ku dan bergegas menuju kamarku untuk segera mandi. Tante Mona adalah istri ke dua papa, yang tidak pernah ku temui sekalipun. Jangankan bertemu secara langsung, melalui foto saja tidak pernah.
Membutuhkan sekitar 45 menit untuk ku berada di dalam kamar mandi. Setelah keluar dari kamar mandi, aku malah sedikit terkejut karena papa yang sudah berada di dalam kamarku.
"Loh pa, ada apa?"
"Val, kita bisa ngobrol?"
Aku lalu mengangguk setuju kepada papa, ku langkahkan kaki ku dan duduk di sampingnya. "Ada apa pa?"
Papa memegang ke dua tangan ku dan menatap ke arahku, "Val, apa kamu tidak ingin menikah?"
"Pa, Val sama sekali belum menemukan seseorang yang pas untuk menikah. Maafkan Val pa"
Aku memang sedikit keheranan dengan sikap papa, tidak biasanya papa akan membahas hal semacam ini. Tapi karena aku pikir itu adalah pertanyaan umum yang akan di tanyakan setiap orang tua ke anaknya, maka aku mencoba menjawabnya sebaik mungkin. Meskipun pertanyaan itu sedikit menganggu telinga dan batinku.
"Anak papa dengan tante Mona akan menikah Val"
"Ya bagus dong, adik ku berarti sudah menemukan orang yang tepat kan? Lanjutkan pa. Menikah adalah ibadah"
"Baik sayang. Papa mungkin lusa akan ke Salatiga, apa kamu mengizinkannya?"
Aku lantas tersenyum ke arahnya, "Pa, apa Val pernah melarang papa untuk bertemu mereka?"
"Tidak sayang, papa cuma tidak enak denganmu"
"Val akan bersikap selayaknya anak pa, Val tidak membatasi papa. Papa juga punya tanggung jawab untuk mereka. Bila perlu acara pernikahannya Val yang akan menanggung semua. Tapi Val janji tidak akan menampilkan wajah Val nantinya"
Papa lalu menarik ku untuk di peluknya, ku rasakan pelukannya sangat erat. Bahkan kini papa sudah menangis.
Aku memang tidak mengenal adik-adik ku. Tapi biarkan aku menjadi kakak yang baik bagi mereka, bahkan bertanggung jawab memenuhi kebutuhan mereka. Selama ini aku juga tidak pernah memberikan apa-apa pada mereka bukan? Biarkan ini jadi pemberian yang nantinya akan sangat berarti di hidup adik ku.Ketika papa meninggalkan kamarku, aku lalu melangkah mengambil ipad ku. Sambil ku perhatikan beberapa jasa wedding organizer yang bisa ku sewakan. Tapi sepertinya rasa ngantuk ku datang di saat tidak tepat, aku lalu meletakan ipad dan bergegas naik ke tempat tidur.
Tepat pukul 02:30 WIB, aku terbangun dengan getaran di handphone ku. Karena rasa ngantuk ku, lantas aku hanya menerima panggilan itu tanpa membaca nama penelpon itu.
"Sayang, perut aku sakit sekali. Tapi ini sepertinya karena mau datang bulan" ucap Ien padaku, lantas ke dua biji mata ku ini terbuka sempurna, "Iya sayang aku kesana ya. Jangan matikan panggilannya"
Tanpa menunggu jawabannya, aku segera berlari mengambil kunci mobil dan menuju rumah Ien. Memang setiap bulan, ketika Ien akan menstruasi, pasti perutnya akan terasa sangat sakit. Bahkan dalam empat tahun ini juga, setiap sebulan sekali aku harus merawatnya karena hal ini.
Aku terus berada di dalam panggilan itu bersama Ien, sesekali aku memastikan dia masih bisa berbicara. Hingga tiba di rumahnya, aku berlari turun dan melangkah ke pintu rumah Ien, "Sayang aku udah di depan. Bisa jalan buat buka pintunya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Between
Teen FictionCinta dan Nyaman merupakan dua kata yang memiliki arti yang sangat berbeda. Dalam hubungan Valery dan Adriene yang telah di jalani empat tahun, mereka sama-sama menumbuhkan cinta dalam hubungan mereka. Sehingga bagi orang lain itu begitu indah. Tap...