Hari sudah menjelang petang, dan ini adalah hal yang begitu langka karena Arshelin akhirnya memilih pulang ke rumahnya di jam yang masih terbilang sore hari. Biasanya, Arshelin akan pergi bimbel, atau sekedar berkumpul dengan teman-temannya. Namun entah mengapa, hari ini tubuhnya begitu lelah di sekolahan, sehingga Aqsa dan Naomi tak menyangka bahwa Arshelin banyak sekali tidur hari iniㅡya, bangun tidur hanya untuk menemui Adhisty di kantin saja seperti tadi.
Arshelin membuka sepatunya, kemudian ia bergegas melangkah menuju kamarnya. Ia merindukan ranjangnya itu, dan tak sabar untuk memeluk gulingnya dengan erat setelah membersihkan diri.
Ah, omong-omong, hari ini adalah jadwal Marsella dan Maulani untuk pergi bimbel setelah pulang sekolah, mungkin mereka akan kembali pulang saat malam hari. Begitu juga dengan Adhisty yang akan pulang malam karena les piano mingguannya. Ketiga tertua itu saling bertukar kabar, sehingga Arshelin merasa lega karena mendapat kabar bahwa mereka akan baik-baik saja.
Dan sekarang, hanya tersisa Arshelin sendiriㅡah, harusnya bersama Nishala, kemana anak itu?
Nishala sama sekali tak menunjukkan dirinya di ruang obrolan mereka sejak pagi hari, bahkan tadi pagi saja gadis itu enggan membuka suara seperti sebelumnya. Namun, Arshelin bisa melihat dari raut wajah gadis itu, bahwa adiknya ini pasti kelelahan.
Tetapi Arshelin adalah Arshelin, yang memiliki kegengsian tingkat tertinggi di dalam keluarga ini. Ia tidak akan menanyakan kabar adiknya itu karena dirinya terlalu gengsi.
Arshelin menaruh tas ranselnya disamping meja belajarnya, kemudian gadis itu membuka cardigan yang seringkali ia pakai, lalu menaruhnya diatas ranjang. Arshelin menekan tombol yang bertuliskan ‘On’ pada remot AC. Kemudian ia bergegas melangkah keluar kamar, nampaknya ia mulai penasaran apa yang adiknya tengah lakukan itu sehingga kamarnya terdengar sangat sunyi. Apakah ia tertidur atau bahkanㅡ
Cklek...
ㅡpingsan.
Arshelin melebarkan matanya tatkala ia melihat dengan jelas bahwa Nishala tak sadarkan dirinya diatas lantai dengan mulut yang penuh dengan busa. Rasa khawatir dan panik mulai menjalar ke seluruh tubuhnya, jantungnya berdetak cepat dengan kepala yang mulai pening.
“N-Nishala..?!”
Dengan langkah gontai, Arshelin menghampiri Nishala seraya menjambak rambutnya pelan. Pupil matanya bergetar hebat, bahkan air matanya terlihat sedikit keluar. Arshelin melempar kasar botol kecil yang terbuka di genggaman Nishala, botol kecil yang berisi obat obat yang entah Arshelin sendiri tak ketahui kegunaan obat itu.
“L-La? S-Shala?” Arshelin menepuk pipi Nishala dengan tangan yang bergetar hebat. Bayangan tentang kematian mulai terbayang dipikirannya.
“Enggak, jangan mikir gitu!” Dengan pikiran yang berkecamuk, ia memekik secara tak sadar.
Arshelin mulai mengangkat tubuh Nishala dengan sekuat tenaga. Adiknya itu memang tinggi, sehingga ia sedikit kesusahan saat mencoba untuk merangkulnya.
Arshelin memposisikan tubuh Nishala tepat dibelakang punggungnya. Kakinya bergetar, pupil matanya juga bergetar, namun ia tak boleh panik saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
°𝐀𝐊𝐒𝐀 |✓|
Short Story𝐓𝐞𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐌𝐞𝐫𝐞𝐤𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐉𝐚𝐮𝐡 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐤𝐚𝐭𝐚 𝐁𝐚𝐡𝐚𝐠𝐢𝐚, 𝐉𝐚𝐮𝐡 𝐚𝐧𝐭𝐚𝐫𝐚 𝐒𝐚𝐭𝐮 𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐥𝐚𝐢𝐧, 𝐧𝐚𝐦𝐮𝐧ㅡ ❝𝑮𝒖𝒆 𝒔𝒆-𝒃𝒆𝒏𝒄𝒊 𝒊𝒕𝒖 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒍𝒐, 𝑴𝒂𝒖𝒍𝒂𝒏𝒊. 𝑲𝒆𝒏𝒂𝒑𝒂 𝒉𝒂𝒓𝒖𝒔 𝒍𝒐 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒋𝒂𝒅�...