Ch. 3 | Pinguin 🐧

4K 243 4
                                    

Semenjak kejadian terakhir kali dirumah black. Alvian tidak lagi berkunjung kesana. Dia mencuri-curi waktu dan menghabiskan waktu bersama white menikmati tempat wisata yang ada di kota.

Langit berseri burung-burung bernyanyi, itulah yang dirasakan Alvian saat memandangi wajah tampan white.

" Jangan memandangku terus "

" Hehe... Wajahmu tampan, hati mu baik. Aku benar-benar beruntung dekat denganmu "

" Jangan terlalu memujiku Al "

" Ohiya, bagaimana dengan liburan musim panas yang kita janjikan? " Alvian tiba-tiba teringat obrolan mereka beberapa bulan yang lalu karena sebentar lagi musim panas akan tiba.

Sontak white menelan ludahnya kasar.bagaimana tidak, janji itu bukan dengannya melainkan black. " Lain kali kita bahas, tapi sepertinya aku tidak bisa, banyak pekerjaan di kantor ".

" Huh? " Dahinya mengernyit heran.pasalnya white yang dia ingat adalah sosok yang sudah membuat janji-janji itu.

" Bagaimana dengan pesta kembang api? Malam tahun baru sepertinya menyenangkan " Alvian tersenyum dan matanya berbinar-binar membayangkan kebersamaan mereka menikmati kembang api.

" Al, sepertinya aku harus kembali ke kantor. Bagaimana kalau aku mengantarmu pulang? " Lagi-lagi white mengalihkan topik pembicaraan.

" Tidak usah white, aku masih ada urusan sebentar. Pergilah ke kantor "

White mengusap kepala Alvian. " Maaf ya, nanti malam aku akan mengajakmu ke suatu tempat ".

Senyuman Alvian merekah merasakan jari jemari white mendarat lembut dipucuk kepalanya.

" Iya tidak apa-apa, hati-hati white "

White melambaikan tangan dan masuk kedalam mobilnya. Dia tidak bisa berlama-lama jika Alvian terus membahas sesuatu yang tidak dia ketahui.

Setelah menghabiskan minumannya Alvian juga beranjak pergi. Dia berencana pergi ke suatu tempat.

Kehidupannya memang jauh berubah setelah pindah ke luar negeri. Karena disana dia diterima dengan baik dan memiliki relasi yang luas. Tapi tetap saja dia merasa kesepian.

Alvian tiba-tiba di tempat pemakaman umum melati. Tempat jasad yang ia cintai di kubur. Alvian merindukan ibuk tercintanya. Itulah salah satu tujuannya kembali ke tanah kelahirannya.

Alvian kembali Bu, maaf sudah meninggalkan ibu terlalu lama. Mulai sekarang al tidak akan pergi lagi.

Setitik air mata menetes dari sudut matanya. Perasaan pilu menggerogoti hatinya. Setelah kepergian sang ibu dunia semakin mengerikan untuknya.

Alvian menaruh bunga Krisan diatas nisan dan membersihkan rumput-rumput yang tumbuh dikuburan ibunya.

“ Apa yang kau harapkan dari dunia
Jika yang kau rasa dunia telah tiada “
—Alvian

Setelah berkabung cukup lama Alvian berdiri dipagar pembatas jalan dibawahnya ada sungai yang mengalir deras. Dia berdiri tepat ditempatnya berdiri 19 tahun yang lalu saat berniat mengakhiri hidupnya.

" Mungkin white sudah lupa, tapi aku tidak akan pernah lupa. Dia mengajakku hidup untuk kedua kalinya. Aku tidak akan pernah berpaling darinya "

" Jangan melompat disini! "

Sontak Alvian menoleh mendengar suara dan kata-kata yang masih terekam jelas di ingatannya. " Kamu? ".

" Pemberitahuan cuaca sebentar lagi hujan, ini pakai. Aku berniat membuangnya " Black meletakkan payung transparan dipenuhi gambar pinguin tepat disebelah Alvian.

Bibirnya tersenyum tipis melihat gambar pinguin itu. Alvian sangat menyukainya. " Dari mana kamu tau? ".

Alvian menoleh namun black sudah masuk kedalam mobilnya.

" Benar-benar lucu ". Seperti anak kecil, Alvian melompat-lompat kecil sambil memutar-mutar payungnya meniru cara jalan pinguin ditengah-tengah guyuran hujan.

" Kau menyukainya, aku senang ". Black tersenyum dari kejauhan. Dia belum meninggalkan Alvian karena penasaran bagaimana respon Alvian tentang payung itu.

Black tau perbuatannya beberapa hari yang lalu terlalu berlebihan dan pasti tingkahnya membuat Alvian takut.

Langit mendung, hujan pun turun membasahi bumi. Bukannya pulang Alvian malah berjalan-jalan di taman menikmati hujan dan payungnya.

Sesekali dia melemparkan payungnya ke atas dan menangkap nya sambil tersenyum riang. Hal itu membuat orang-orang yang berteduh ikut tersenyum.

Dia tidak membutuhkan hal-hal besar. Sesuatu yang kecil sudah mampu membuat dunianya berseri. Alvian hanya butuh diperhatikan karena dari kecil hidupnya selalu diabaikan dan disepelekan.

 Alvian hanya butuh diperhatikan karena dari kecil hidupnya selalu diabaikan dan disepelekan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Baby by me [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang