Ch. 5 | Fakta

3.5K 256 4
                                    

Beberapa menit kemudian dokter cha memberikan beberapa jenis obat yang harus ditebus untuk. Black langsung menebusnya dan membayar biaya pengobatan.

Al merasa suhu tubuhnya mulai normal setelah meminum beberapa jenis obat.

" Bagaimana? Apa sudah mendingan? " Black meletakkan punggung tangannya dikening Alvian.

" Aku mau pulang, terimakasih bantuannya black "

" Baiklah, ayo " Tangan kekar itu memegang lengan Alvian dan membantunya berdiri.

" Aku tidak selemah itu black! Stop kamu terlalu berlebihan ". Alvian memasang wajah kesal karena black memperlakukannya seperti anak kecil.

" Jangan membantahku jika itu untuk kebaikan mu, aku tidak setuju! " Black mengangkat tubuh Alvian dan menggendongnya membuat para staf medis memandangi mereka.

" Black! "

" Diam! "

" Hufft... " Alvian menghela nafas dan pasrah menuruti keinginan black walaupun dia sangat malu dilihat banyak orang.

" Bagaimana dengan pesta kembang api? Apa kamu masih ingin melakukan? " Ujar black sambil memasang sabuk pengaman Alvian.

Sontak Alvian terdiam dan matanya tidak berkedip mendengar perkataan black. " Pesta kembang api? ". Pasalnya baru beberapa hari yang lalu dia mengajak white karena sebuah janji.

Alvian termenung sejenak. Dia merasakan sesuatu yang berbeda dari black.

" Bara.. "

" Baraa... "

" Iya kenapa? "

" Kamu kenapa? Kepalanya pusing lagi hmm? " Black menyetir dengan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya memijit lembut kening Alvian.

" Menyetirlah dengan baik black, aku belum ingin menemui tuhan "

Black tersenyum manis dan mengacak-acak rambut Alvian. " Baiklah".

" Kenyamanan? Ya aku merasakan kenyamanan hari ini "

Alvian memejamkan mata dan mencoba mencerna kebimbangannya sejak kecil. Dulu walaupun black selalu menjaganya tapi dia tidak pernah mau berteman akrab karena sifat black yang suka memaksa dan sering memukuli orang-orang yang mengganggunya.

Alvian merasa black akan melakukan hal-hal buruk padanya jika mereka berteman. Tapi banyak kejadian aneh yang Alvian rasakan. Dia seperti melihat sosok black yang sesungguhnya.

Beberapa menit perjalanan mereka pun tiba dirumah Alvian.

Mobil putih terparkir didepan rumah dan tidak dihiraukan lagi itu adalah white. Alvian langsung keluar dari mobil dan berlari kecil menghampiri white dengan wajah riang gembira.

" Kenapa kamu kesini white? Maaf tadi aku kerumah sakit "

" Rumah sakit? Kamu sakit? " White memegang kedua pipi Alvian yang sedikit merah efek suhu tubuhnya yang tinggi beberapa menit yang lalu.

" Sekarang sudah tidak apa-apa, ayo masuk "

" Tidak tidak! Kenapa kamu tidak menghubungiku? Dan tunggu- " Kedua mata white melirik mobil hitam disebelah mobilnya.

" Kamu pergi bersama black? " White sedikit mengecilkan suaranya.

Alvian mengangguk dan berjalan masuk disusul white tanpa mengajak black. Black hanya diam didalam mobil menatap keduanya.

Haruskah aku bertindak lebih jauh? Sepertinya white tidak mendengarkan ucapan ku.

Black memutar mobil dan meninggalkan kediaman Alvian dengan raut wajah kesal.

Alvian dan white duduk di sofa ruang tamu. Suasana sedikit asing dari biasanya. Alvian diam seperti memikirkan sesuatu.

" Kamu kenapa? Kepalamu masih sakit? "

" White.. ada sesuatu yang ingin aku tanyakan "

" Apa? " Perasaan white mulai tak karuan.

Alvian menatap dan menyelami manik mata coklat white. " Apa kamu masih ingat dimana pertama kali kita bertemu? ".

" Masih, kenapa kamu menanyakan hal itu? Jelas kita bertemu dikelas saat aku pertama kali pindah sekolah dan kita menjadi teman sebangku ". Black menjawabnya santai karena memang mereka bertemu dikelas.

" Oohh jadi benar kalau itu black " Ujar Al membuat white mengerutkan keningnya.

" Black? "

" Iya, aku mengira itu kamu. Awal bertemu dijembatan dekat TPU melati "

" Maksudnya? "

" Sebelum kita bertemu, aku sudah bertemu dengan black di jembatan TPU melati dan saat melihat mu dikelas, aku mengira itu kamu "

" Ooohh... Ya sudah lupakan saja, sekarang aku bersamamu "

" Bagaimana dengan pinguin? "

" Pinguin? " Bingung white.

" Ooohh jadi itu juga ulah black? " Ujarnya dengan nada pelan menyimpan perasaan kecewa.

" Maksud kamu apa Al? Aku tidak paham "

" Aku kira kamu temanku berkomunikasi selama tiga tahun belakangan ini, sekarang yang menjadi pertanyaan kenapa black memakai namamu? "

White mengusap wajahnya. Dia mulai paham arah topik pembicaraan Alvian.

" Maaf.. maafkan aku Al, itu salahku aku benar-benar minta maaf ". Penyesalan tergambar diwajahnya. Sepertinya memang ada ruang istimewa dihatinya untuk Alvian tapi dia terlambat menyadarinya.

" Jelaskan! "

" Aku yang menyuruhnya. Awalnya aku ingin hubungan kita tetap dekat sampai waktu berpihak pada kita. Tapi seiring berjalannya waktu aku juga bosan menemani mu tanpa bertemu langsung ".

" Tidak apa-apa aku paham white ". Jawaban yang tidak terbayangkan oleh white. Dia mengira Al akan marah dan menjauhinya.

" Maafkan aku.. mulai sekarang aku berjanji tidak akan membuatmu kecewa "

Alvian masih menunjukkan senyuman ketulusan walaupun sebenarnya dia mulai bingung pada dirinya sendiri. Dia baru sadar selama ini black yang selalu ia takuti ternyata orang yang selalu ada untuknya.

Baby by me [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang