"Mas Kemal ndak pernah cerita apa-apa umik. Apalagi yang nyerempet tentang perempuan. Palingan sih mas Kemal tuh ceritanya ya seputar keadaannya umik, atau hasil panen ladang atau malah nanya keponakannya. Coba umik nanya mas Fajar""Lha sama Fajar tuh Kemal malah klop. Sama-sama diam nya. Nggak mungkin Kemal sama Fajar itu bisa saling cerita"
"Nah begitulah dua anak laki-laki nya umik. Silent mode semua...." Terlihat kekehan dari seorang perempuan yang wajahnya mirip umi Sa'diah. Membuat umi Sa'diah mencebik kecil pada putri bungsunya itu.
"Ya udah. Umik nanya langsung aja lah sama mas Kemal. Apa udah ada pandangan atau gimana. Mas Kemal itu kan bukan anak remaja lagi mik"
"Ah umik itu udah sering mancing-mancing, tapi ya tetep aja mas mu itu nggak kepancing"
"Ya kan mas Kemal memang bukan ikan mik...." Kembali terlihat tawa perempuan berkerudung yang sedang hamil tiga bulan itu.
"Hah kamu itu Yo Podo ae sama mas-mas mu. Fajar ya sama aja...."
"Aduh, ampun mik... ampun. Umik itu cantik kalau banyak ketawa, awet muda lho mik...."
"Kalau umik awet muda, takutnya kamu nanti malah kalah saingan Nay"
"Haha, Ndak papa mik. Wes pokoknya umik sehat, awet muda, seneng terus Nay sama mas Kemal dan mas Fajar udah bahagia banget...."
Tak urung umi Sa'diah tersenyum juga mendengar ucapan Nayla, satu-satunya anak perempuan yang ia miliki. Umi Sa'diah memang selalu menyempatkan diri untuk menelpon anak, menantu dan cucu-cucu nya yang tinggal di luar kota. Yaitu anak kedua dan ketiganya.
Ya terkadang mereka yang menelpon uminya. Meski kadangkala namanya orang kalau sudah sibuk, kedua anaknya itu suka lupa menelpon. Tapi umi berusaha memahaminya. Biasanya Nayla dan Fajar akan buru-buru minta maaf kalau sang umi mengingatkan mereka yang lupa menelpon. Apalagi Nayla yang sedang hamil trisemester pertama, bawaannya teler katanya. Meski ini merupakan kehamilan ke empat dari putri bungsunya itu.
"Tapi seenggaknya umik agak lega, nggak kuatir kalau mas mu itu kayak berita di tivi -tivi itu lho Nay" umi Sa'diah masih melanjutkan obrolannya lewat video call dengan Nayla. Dari kemarin itu umi Sa'diah masih menahan diri untuk tak cerita tentang foto yang di zoom Kemal. Tapi hari ini umi keceplosan juga akhirnya cerita ke Nayla.
"Hihi...umik ini ya. InsyaAllah lah mas Kemal masih suka sama mbak-mbak mik. Bukan mas-mas. Ya Allah umik buruk sangka banget sama anak sendiri...." Sahut Nayla tak bisa menutupi tawa gelinya.
"Lha siapa tahu lho Nay. Lha mas mu itu lho udah umur segitu, wes lebih-lebih toh umure. Tampang ya nggak pas-pasan. Kerjaan ada...." Ujar umi Nayla mengulang kalimat yang ia sadar cukup sering diucapkan. Nayla pun sudah sering mendengarnya. Tapi dengan sabar Nayla mau mendengarkan semua curhatan umi nya tentang kakak lelaki pertamanya itu.
"Ya mungkin memang mas Kemal belum menemukan yang pas Mik. Yang bisa klik di hati. Terkadang menemukan orang yang benar-benar pas itu nggak gampang mik. Bukan sekedar karena umur cukup apalagi cuma karena tampang ganteng dan mapan" Nayla mencoba memberi pengertian pada sang umi. Nayla tahu, Kemal itu pasti paham kalau uminya, dirinya atau siapapun tak bisa memaksa Kemal untuk segera menikah. Mungkin memang kakaknya itu punya beberapa pertimbangan dan pemikiran panjang tentang pernikahan.
"Tapi Nay yakin kok mik, kalau mas Kemal itu sebenarnya sudah memikirkannya masalah itu. Berumah tangga. Nggak mungkin mas Kemal punya niat tabattul alias membujang sampai akhir hayat،Mik" imbuh Nayla lebih pada ingin membuat umi nya tak terlalu mencemaskan Kemal.
KAMU SEDANG MEMBACA
DILA'S LOVE (Short Story)
SpiritualDila yang dulu sangat manja. Dila yang dulu suka ceroboh. Dila yang dulu selalu minta perlindungan dari kakaknya atas setiap kesalahan yang diperbuat. Dila yang dulu hanyalah gadis remaja yang biasa saja, kini tumbuh menjadi gadis dewasa yang juga p...