4. Mobil Mahal

623 163 30
                                    


       Akhirnya Dila terpilih juga sebagai kordinator untuk acara wisuda dan pelepasan siswa kelas XII madrasah Aliyah tempat ia mengajar saat ini. Meski Dila sama sekali tak berekspektasi apalagi sangat mengharapkan posisi itu.

      "Saya harap Bu Dila bisa menerima mandat ini" begitu yang dikatakan pak Agus.

      "Betul Bu Dila seperti nya pas menjadi kordinator acara tahunan yang ditunggu banyak orang" imbuh guru lainnya.

      "Iya. Saya rasa Bu Dila bisa memberikan banyak ide buat acara rutin biar tidak monoton dan membosankan" guru yang lain memberikan dukungan.

    "Bagaimana pak Kemal?"

      "Saya setuju. Semua guru seperti nya setuju juga" itu jawaban pak Kemal sembari menatap ke pak Agus, bukan ke arah Dila.

      Apakah semua guru setuju begitu saja dengan penunjukan Dila sebagai kordinator acara tahunan tersebut?

      "Ck...gimana toh. Masak acara sepenting itu di percayakan sama guru yang masih bau kencur sih"
  
      Ternyata ada guru yang tak begitu saja menyetujui Dila sebagai kordinator. Dengan muka sinis Bu Marwah menyatakan keberatannya.

      "Iya. Bu Dila ini belum lama mengajar disini. Bahkan belum genap setengah tahun, kok sudah ditunjuk untuk menghandle acara penting itu" guru lain yang sebelum bicara disenggol keras lengannya oleh Bu Marwah ikut mendukung ucapan Bu Marwah. Keduanya memang sama-sama guru senior.

      "Kenapa nggak saya saja yang ditunjuk? Saya kan sudah sangat berpengalaman lho menangani acara itu" Bu Marwah dengan lantang menunjuk dirinya.

      Dila memilih diam dulu. Ia hanya ingin melihat reaksi guru lainnya atas ucapan Bu Marwah dan teman guru yang setahu Dila memang suka sekali menempeli Bu Marwah. Sejujurnya Dila siap saja jika dipilih. Tapi jika tidak, Dila pun tak akan ngoyo ingin ditunjuk. Sekali lagi, Dila akan melakukan sebaik mungkin apa yang memang bisa ia lakukan untuk sekolah ini.

      "Selalu dibutuhkan regenerasi dalam hal apapun Bu Marwah. Saya rasa sudah waktunya untuk memberikan kesempatan pada yang muda menunjukkan kemampuan" pak Agus menyahuti ucapan Bu Marwah dengan tenang.

      "Benar saya setuju dengan pak Agus. Kita tidak harus melihat berapa lama sudah mengabdi, tapi justru dengan melihat loyalitasnya meski belum lama mengabdi"

      Dila sempat melihat Bu Marwah mendengus tak suka. Perempuan yang usianya sudah tak muda lagi itu memang dikenal selalu ingin mendominasi apapun. Tapi tetap saja bu Marwah ini selalu diundang jika ada rapat penting. Mungkin guru lainnya masih memandang ke-seniorannya. Dila juga tak tahu apakah memang pak Agus ini selalu berada di kubu yang berbeda dengan Bu Marwah. Pasalnya Dila sering tahu pak Agus menunjukkan raut tak suka pada Bu Marwah apalagi kalau perempuan itu sedang sibuk flexing di ruang guru. Pak Agus orang pertama yang berteriak lantang kalau bel sekolah berbunyi untuk menghentikan celoteh Bu Marwah yang suka pamer.

      Rapat pun sempat berjalan sedikit panas. Sampai pak Kemal sendiri yang dengan tegas memutuskan memilih Dila sebagai kordinator acara wisuda dan pelepasan siswa tersebut. Membuat Bu Marwah yang berusaha terus protes akhirnya terdiam. Itu juga setelah rapat membahas hal lain seperti dana dan kisi-kisi kreasi yang ingin ditampilkan nanti di acara tersebut.

       Dila yang sedang mengendarai motor sembari mengingat momen rapat beberapa hari yang lalu itu akhirnya menghentikan pikiran nya. Dila tak terlalu memikirkan keberatan atau ketidaksukaan Bu Marwah dan bestie nya atas penunjukan dirinya sebagai kordinator acara wisuda dan pelepasan siswa kelas XII. Pak Kemal didukung guru lainnya dengan tegas memberikan amanah pada Dila. Jadi ya sudah. Dila menerima sebagai bentuk tanggungjawab sebagai tenaga pengajar. Dan berusaha menjalankan amanah sebaik mungkin.

DILA'S LOVE (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang