18. Sekalian Saja

757 181 36
                                    


     "Bu Dila"

     "Pak Kemal"

     Kedua orang itu tak bisa menyembunyikan ekspresi kagetnya. Dila sempat berpikir kalau seperti nya pak Kemal datang berbarengan dengan umi Diah. Tapi melihat adegan barusan dimana Kemal meletakkan barang bawaan umi Diah dan... sebentar, pak Kemal memanggil umi Diah dengan umi. Apa hubungan pak Kemal dengan umi Diah? Meski Dila sendiri tahu kalau semua orang biasa memanggil umi Diah ya dengan sebutan umi meski bukan anaknya.

     Kemal pun terperanjat. Bagaimana bisa Dila ada disini. Di rumah ini. Apakah kenalan yang dimaksud umi nya ini adalah Dila? Bagaimana umi nya bisa kenal dan seperti akrab dengan Dila. Dan apakah perempuan yang tadi sempat dipromosikan oleh uminya untuk dikenalkan padanya itu adalah Dila?

      Sedangkan umi Sa'diah cuma senyum-senyum melihat ekspresi Kemal dan Dila. Tentu saja Kemal mengenal Dila dan sebaliknya kan.

      "Kok bengong Mal..." Umi Sa'diah menepuk lengan Kemal. Membuat Kemal terbangun dari segala pikiran yang berseliweran di kepalanya.

     "Sebentar... sebentar...." Spontan Kemal mengambil ponsel dari saku kemejanya. Kemudian membuka room chatnya dengan Dila. Mengamati serius map tempat tinggal orangtua Dila yang dikirim Dila tadi pagi. Kemal mencocokkan nomor rumah yang kebetulan bertengger tepat di dinding teras yang ada di hadapannya.

     Kemudian Kemal dengan cepat beralih ke room chat nya dengan sang umi. Memelototi map yang tadi diberikan sang umi untuk ia ikuti. Katanya rumah kenalan yang hendak dikunjungi. Dan....

      "Ya Allah....lha memang sama..." Gumam Kemal mulai sadar kenapa Dila ada disini. Ya memang ini rumahnya Dila. Map yang diberikan Dila padanya dengan map yang diberikan sang umi tadi memang sama. Artinya ya tujuan mereka sebenarnya sama.

       "Eng....umi Diah ini sama pak Kemal...." Dila pun masih tak bisa hilang dari kekagetan nya. Agak ragu hendak menebak hubungan antara umi Diah dengan pak Kemal.

      Umi Sa'diah  malah melebarkan senyumnya. Ah sepertinya memang harus dijelaskan semua nya.

      "Kami boleh masuk dulu kan nak Dila?" Tanya umi Sa'diah pada Dila yang masih berdiri tepat di tengah pintu.

     "MasyaAllah, maaf...maaf umik. Monggo, silahkan masuk. Pak Kemal juga silahkan masuk dulu...." Sahut Dila menyadari kesalahannya. Ia membiarkan tamunya berdiri lama di depan pintu.

      Dila segera mempersilahkan umi Sa'diah dan Kemal masuk. Tadi pagi ia sudah membersihkan dan merapikan seluruh rumah. Terutama ruang tamu. Ya karena hendak kedatangan umi Diah. Setidaknya meski rumah ini kecil dan sangat sederhana, tapi tetap terlihat rapi dan nyaman.

     "Silahkan duduk, umi...pak Kemal. Maaf rumahnya ya begini ini..." Ujar Dila basa basi.

     "Rumahnya bersih. Nyaman ..." Sahut umi Sa'diah sembari mengambil duduk di kursi kayu single yang ada disana. Sedangkan Kemal mengikuti langkah uminya dalam diam. Ia ikut duduk di kursi kayu singel yang bersebelahan dengan kursi yang ditempati uminya.

       "Eng... sebentar ya. Dila ambilkan suguhan...." Dila berinisiatif hendak ke dapur. Mengambil minuman atau suguhan apapun yang ada di sana. Selain itu sopan santun saat ada tamu, Dila juga dirundung rasa gugup. Tak ia pungkiri, kedatangan pak Kemal yang berbarengan dengan umi Sa'diah membuat ia berspekulasi tentang hubungan keduanya. Ini sebenarnya ada apa?

     "Eh nggak usah. Sudah...sini duduk dulu disini saja nak Dila" belum juga Dila sempat melangkah masuk, umi Sa'diah dengan cepat mencegah Dila. Menyuruh Dila kembali duduk.

      Dila pun menurut. Ia kembali menempati bangku panjang yang berhadapan dengan umi Sa'diah dan pak Kemal duduk. Dila menautkan kedua tangannya untuk menghalau rasa gugupnya.

DILA'S LOVE (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang