19. Status Berubah

1.1K 191 17
                                    


     Keputusan untuk menikah tak bisa dibuat secara instan dan tiba-tiba.  Berbagai pertimbangan dan pemikiran matang seharusnya memang mengiringi pengambilan keputusan atas ibadah terpanjang bernama pernikahan tersebut.

     Seringkali orang di sekeliling lebih suka meributkan tentang usia, pekerjaan yang berhubungan dengan kemapanan atau tampilan fisik yang saat ini masih menjadi tolok ukur dalam menilai kesiapan seseorang untuk menikah. Bahkan faktanya menikah bukan sekedar membicarakan tentang kesiapan yang acapkali dihubungkan dengan nilai-nilai materi tadi seperti usia atau pekerjaan. Tetapi sebetulnya kesiapan seharusnya juga membahas tentang mental dan pemikiran yang matang ketika ingin masuk ke dunia pernikahan.

      Dan jodoh memang terkadang bukan sekedar tentang hitungan usia, penghasilan atau kecakapan fisik yang dimiliki. Jodoh itu tentang takdir. Waktu yang terbaik untuk dipertemukan dengan seseorang yang terbaik pula. Karena jodoh bukan melulu sekedar bagaimana seseorang jatuh cinta, ingin bersama dan berikrar hidup setia selamanya.

      Namun jodoh itu juga tentang bagaimana dua anak manusia berbeda jenis kelamin bisa saling menerima dan memahami dalam berbagai aspek yang dimiliki untuk bisa hidup bersama sesuai kemauan sang pemilik hidup. Karena jika Allah sudah menghendaki datangnya jodoh, maka akan memberi segala kemudahan. Jodoh menjadi sesimpel itu. Dan jalan menuju jalan kebersamaan serasa dengan mulus bisa dilewati tanpa rintangan.

      Mungkin hal seperti itu juga kini yang dirasakan oleh Kemal. Waktu tiga hari sudah sangat lama bagi Kemal untuk menunggu jawaban Dila. Tiga dikalikan 24 jam terasa bagai beberapa tahun yang harus dilewati. Sedikit lebay memang. Tapi seperti itulah yang dirasakan Kemal.

     "Tiga hari itu ya nggak lama kok Mal. Untung nak Dila nggak minta waktu sebulan. Umik khawatir kamu jadi kurus kering kalau nak Dila sampai kasih waktu sebulan untuk menjawab. Lah kamu baru sehari aja udah gak sabar banget gini" itu ucapan uminya yang lebih mirip ledekan padanya waktu itu. Padahal Kemal tak mengatakan apa-apa. Tapi mungkin dari sikap gelisah yang diperlihatkannya, ketara sekali kalau Kemal tak sabar menunggu jawaban Dila atas pinangannya.

     "Kemal sabar kok umik. Tapi tetap saja ada rasa... Duh rasa gimana ya, seperti khawatir. Meski Kemal tawakal atas jawaban yang akan diberikan Dila nanti, tapi ya tetap saja Kemal sangat berharap Dila mau menerima pinangan ini..." Jawab Kemal jujur. Meski sejak awal, ia tak ingin berekspektasi tinggi atau terlalu percaya diri kalau Dila pasti akan menerima pinangannya, tapi tetap saja sebagai manusia biasa Kemal memiliki juga harapan tentang masa depan yang inginnya ia rajut bersama Dila.

    "Hemm, umik lho yakin kalau nak Dila itu nggak bakalan nolak kamu Mal. Lha jangan lupakan usaha umikmu ini kemarin pendekatan sama nak Dila. Pasti nak Dila itu bukan hanya tak bisa menolak kamu  sebagai suami tapi juga tak bisa menolak umik sebagai ibu mertua lho. Wes pasti nak Dila itu menerima pinangan kamu" ujar umi Sa'diah sangat meyakinkan.

     Ya Kemal inginnya begitu. Di usianya yang tahun ini  masuk 32, rasanya akan terasa sulit jika mengalami patah hati. Ditolak perempuan. Apalagi ini pertama kalinya Kemal melamar seorang gadis. Kemal bukan tak pernah ingin melamar seseorang seperti yang selalu diinginkan umi, adik-adiknya bahkan Abi Salman. Tapi Kemal benar-benar ingin meyakinkan diri kalau gadis pilihan nya adalah yang terbaik untuk nya dan sang umi. Kemal tentu tak ingin pinangan yang sudah ia pikirkan lama nantinya akan ditolak. Kemal juga harus memastikan kalau gadis yang akan menikah dengannya nanti tentu saja bisa menerima kondisinya. Mau menemani nya tinggal di lingkungan pondok dan tinggal bersama umi nya. Karena kini bagi Kemal, pondok dan umi nya adalah sesuatu yang harus ia jaga dengan baik.

     Kemal makin meyakini pilihan nya atas diri Dila salah satunya juga karena sang umi nyatanya ikut jatuh cinta pada Dila. Sampai melakukan pendekatan sendiri yang terkadang tak terpikirkan oleh Kemal. Tapi itu juga sebagai poin penting kalau uminya dan Dila insyaAllah akan bisa dekat dan bisa hidup bersama nantinya sebagai menantu dan mertua. Setidaknya penilaian Kemal atas sosok Dila yang baik dan layak menjadi istrinya sejalan dengan pemikiran sang umi.

DILA'S LOVE (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang