20. Keceplosan

745 188 29
                                    


     Waktu terus berlalu. Waktu memang akan selalu berganti. Terkadang waktu yang terus berganti tersebut tak disadari manusia. Tiba-tiba saja sudah malam. Tiba-tiba saja sudah berganti bulan. Tiba-tiba saja sudah berada di tahun yang baru. Tiba-tiba dan tiba-tiba begitu yang sering dirasakan.

     Seperti itu yang mungkin kini dirasakan Dila. Waktu terus merambat tanpa ia sadari. Tak terasa acara pentas akhir tahun dan wisuda siswa kelas XII sudah makin dekat. Siswa kelas XII pun telah usai menempuh berbagai ujian akhir yang harus mereka jalani. Mulai ujian teori hingga ujian praktik.

      Tentu saja persiapan untuk acara akhir tahun tersebut makin intens. Dila sebagai ketua panitia pun makin sibuk. Dila harus memastikan telah siap menjelang acara akhir tahun yang digadang-gadang merupakan acara bergengsi yang paling ditunggu. Bagaimanapun Dila juga berusaha keras agar acara yang persiapan sudah cukup lama dilakukan itu bisa terlaksana lancar dan sempurna tanpa cela. Dila juga tak bisa menepis kalau citranya sebagai guru yang menjadi ketua panitia pasti nya akan disorot dan dipertaruhkan.

     "Bu Dila hari ini jadi latihan untuk seluruh pengisi acara?" Tanya pak Agus di sela jam pelajaran tambahan untuk siswa kelas XII yang juga dibebankan pada Dila.

     Meski ujian telah usai, tapi program intensif masih berjalan terutama untuk siswa yang tak lolos masuk perguruan tinggi negeri lewat jalur prestasi. Jadi mereka harus berjuang melalui jalur seleksi masuk perguruan tinggi negeri nantinya.

     "Jadi pak. InsyaAllah latihan akan dilakukan setelah jam ke sembilan" sahut Dila pada pak Agus.

     "Oke. Nanti saya bantu kondisikan semuanya Bu" jawab pak Agus yang mendapat anggukan dari Dila.

      Belum juga Dila beranjak dari tempatnya, ponselnya berbunyi. Ada pesan dari Dina mengkonsultasikan tentang beberapa hal mengenai persiapan pernikahannya. Selain dikejar deadline acara pentas seni dan wisuda siswa kelas XII yang akan segera diselenggarakan, Dila juga makin intens mempersiapkan acara pernikahannya dengan Kemal yang juga makin dekat waktunya.

     Dila menjawab apapun yang dikonsultasikan oleh Dina. Setidaknya Dila bersyukur kakak perempuannya itu mau bersusah payah mengurusi acara pentingnya tersebut. Mengingat dirinya sendiri rasanya tak mungkin ikut turun langsung mempersiapkan semuanya karena kesibukannya. Ya meski memakai jasa WO tapi tetap saja sebagai pemilik acara harus ikut mengawasi dan memastikan kalau semua sesuai dengan yang diinginkan.

      Usai membalas semua pesan Dina, Dila meletakkan ponselnya. Tepat di samping kotak makan miliknya. Ah iya, tadi ia membawa kotak makan ini karena tak sempat sarapan. Tadi pagi ia harus sangat pagi karena sudah berjanji pada beberapa siswa kelas XII untuk memberikan tentiran mengerjakan soal ujian masuk perguruan tinggi.

      Tangan Dila baru saja menyentuh tutup kotak makan bewarna pink tersebut ketika ponselnya berdenting nyaring. Membuat Dila mengurungkan niatnya membuka kotak bekalnya itu.

      "Halo Bu Dila, maaf ini ada pihak vendor yang menangani panggung pentas sudah sampai. Saya inginnya Bu Dila juga bisa menemui mereka. Kami ada di halaman sekolah  " terdengar suara pak Agus di seberang sana.

     Dila menghela napas. Kini benar-benar mengurungkan niatnya untuk makan. Entah ini sarapan atau siang. Pasalnya jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Dila gegas menemui pak Agus yang katanya sudah menunggu nya bersama pihak vendor.

       Tanpa terasa waktu telah menjelang sore. Kini Dila harus berada di aula tempat diadakannya gladi kotor acara pentas seni. Semua siswa yang terlibat di acara tersebut sudah berada di sana.

      "Ya ayo, kita mulai ya. Pembukaan nya dari anak-anak Band dulu..." Instruksi Dila agar latihan bisa segera dilaksanakan. Jujur Dila merasa tubuhnya letih sekali. Inginnya latihan segera dilakukan dan cepat selesai.

DILA'S LOVE (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang