3. Interview

671 167 24
                                    

Teeeettt.....

      Bel sekolah terdengar nyaring ke seluruh antero sekolah. Tanda waktu  istirahat tiba.
   
      "We'll do the rest of this chapter next time..." Seru Dila menutup sesi mengajarnya di kelas setelah mendengar bel istirahat berbunyi.

       Sebagian siswa menjawab dan sebagian lagi sudah sibuk memasukkan buku ke dalam tas, malah ada sebagian yang sudah berdiri dari duduknya sebelum Dila keluar dari kelas. Begitulah tingkah para murid saat mendengar bel istirahat berbunyi. Mungkin yang sudah berdiri dan keluar kelas duluan perutnya sudah keroncongan dan tak mau sampai antri di kantin. Dila tak terlalu mempermasalahkan sikap siswa yang begitu. Dulu ia juga pernah bertingkah seperti itu. Tak terlalu memperhatikan gurunya sudah keluar atau belum karena keburu ingin keluar dari kelas.

       Dila pun mulai beranjak dari kelas. Barusan ia mengajar di kelas XI siswi perempuan. Tahun ajaran ini Dila memang didapuk untuk mengajar bahasa Inggris di semua kelas XI dan sebagian kelas XII. Karena masih guru baru, Dila belum mendapat tanggung jawab sebagai wali kelas.

      "Ngebakso yuk Bu Dila" beberapa murid menyapanya saat ia sudah berada di luar kelas. Mereka tertawa kecil padanya. Dila tahu murid-murid itu tak serius mengajaknya jajan bakso di kantin. Meski hal itu pernah ia lakukan bersama Nova. Makan bareng di kantin bersama muridnya. Sepertinya hal seperti itu tak membuat wibawa guru turun menurut Dila. Malah ia merasa dekat dengan para siswa.

     "Lupa ya ini hari apa. Harusnya kalian juga dianjurkan untuk puasa kan..." Sahut Dila mengingat kan kalau ini hari kamis. Waktunya puasa sunah. Meski tak sampai mewajibkan para siswa untuk berpuasa Senin Kamis, tapi sebagai sebuah madrasah tentu pihak sekolah menganjurkan dan mendorong muridnya untuk gemar menjalankan puasa yang disukai Rasulullah tersebut.

      "Hihi ..kita lagi palang merah Bu...." Sahut mereka kini sambil cekikikan.

        Dila hanya menanggapi dengan senyum manis. Ia berusaha mempercayai nya. Meski belum tentu juga mereka ada uzur untuk berpuasa. Ya sudahlah. Terpenting sebagai guru Dila sudah berusaha mengingatkan dan mendorong siswa nya untuk tak melupakan puasa suna sunah Senin Kamis.

      "Langsung ke ruang guru Dil?" Tepat di dekat koridor menuju ruang guru, Dila berpapasan dengan Nova. Nova kini sudah menjejeri langkah nya.

      "Nggak. Ini mau ke gazebo. Biasa kasih tentiran anak klas XII" jawab Dila pada Nova.

      Nova hanya mengangguk. Hampir lupa kalau belakangan para siswa kelas XII sering meminta Dila untuk menentir mereka bahasa inggris. Sebagai persiapan tes TOEFL. Sekarang syarat untuk masuk universitas salah satunya adalah memiliki nilai TOEFL dengan skor tertentu.

      "Hemm, niat banget ya Janu jadi guru Dil. Waktunya istirahat malah masih ngasi tentiran. Gaji juga gak bakal nambah..." Ledek Nova pada Dila. Tentu saja tak serius. Karena Nova sudah mulai mengenal Dila yang punya dedikasi tinggi dan suka membagikan ilmu nya.

      "Heeh nih niat banget ya. Harus dipilih jadi guru teladan ini" sahut Dila tak serius juga. Keduanya pun tertawa bareng.

      "Udah ya mbak. Aku belok ke gazebo..." Pamit Dila ketika ia hampir sampai di gazebo yang disediakan pihak sekolah sebagai tempat bersantai para siswa.

      "Bu Dilaaa...." Seruan siswa kelas XII yang sedang bersemangat mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian sekolah sekaligus ujian masuk perguruan tinggi terdengar menyambut Dila. Dengan tak kalah semangat nya, Dila langsung duduk dikelilingi oleh muridnya.

      Di koridor sekolah, Kemal berjalan beriringan dengan pak Agus. Mereka baru saja mengantar tamu dari dinas. Kemal sempat melihat para siswi yang berkerumun di gazebo. Kerumunan tersebut tampak rapi melingkar. Sebuah pemandangan yang tak terlalu familiar buat Kemal. Pasalnya kebanyakan para siswa memanfaatkan gazebo hanya untuk duduk sambil ngobrol dan hampir tak pernah berkerumun begitu.

DILA'S LOVE (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang