17. Barengan 2

822 186 53
                                    


     Dengan kepala masih dipenuhi pikiran, Kemal pun bersiap. Ia mengenakan pakaian yang tadi sudah ia siapkan sendiri. Bahkan tadi Kemal butuh waktu cukup lama untuk menentukan pakaian mana yang harus ia kenakan.

       Kemal butuh banyak pertimbangan saat hendak mengambil pakaian dari dalam lemarinya. Apakah ia harus memakai pakaian formal, semi formal atau pakaian casual saja. Pakaian warna apa yang sebaiknya ia pilih agar tak terlihat berlebihan, meski tak banyak pilihan warna dari pakaian yang ia miliki. Sesuatu yang hampir tak pernah Kemal lakukan hingga usianya menginjak 32 tahun ini. Banyak pertimbangan dalam memilih pakaian. Kemal makin paham dengan ungkapan kalau orang sedang jatuh cinta itu terkadang bisa membuat orang seperti bodoh dan tak lazim. Dan kini dialah orang itu.

     Kemal menggeleng pelan. Makanya ia tak mau terus terlihat seperti tak lazim begini. Hari ini tekadnya sudah bulat. Hendak menyelesaikan masalah hati nya ini. Biar jelas. Kemal tak mau makin terlihat aneh kalau terus menahan diri. Lagipula apapun bisa terjadi. Dila bisa saja tiba-tiba dilamar orang. Meski yang Kemal tahu sekarang status Dila belum menikah dan belum punya calon suami.

     Sejenak Kemal berdiri di depan cermin yang menampilkan muka hingga sekitar bahunya. Memastikan ia sudah tampil rapi. Meski kini pikiran nya dipenuhi tentang bagaimana caranya agar ia bisa mengantarkan uminya ke rumah kenalannya, tapi ia juga tetap bisa ke rumah Dila seperti rencananya semula. Apakah ia lebih baik memundurkan saja waktu nya atau bicara jujur kalau ia harus mengantarkan umi nya lebih dulu sebelum ke rumah Dila. Kemal yakin, Dila pasti bisa memahami nya.

     Iya, lebih baik begitu. Aku drop umik terus aku lanjut ke rumah Bu Dila ....gumam Kemal memastikan rencananya. Kemal yakin, rumah kenalan umi pasti ya sekitar Jombang sini saja.

     Maaf Bu Dila, mungkin saya agak terlambat sampai sana. Saya harus mengantarkan umi dulu...

      Kemal langsung menuliskan pesan pada Dila. Dan tanpa menunggu lama, balasan dari Dila langsung Kemal dapatkan.

     Bu Dila
     Silahkan pak. Hari ini saya tidak kemana-mana

    Tentu saja jawaban Dila membuat Kemal bisa bernapas lega dan tenang. Setidaknya ia tak harus menolak permintaan uminya yang minta diantar sekaligus tak sampai membatalkan janjinya untuk menemui Dila di rumahnya.

     "Mal, suwe men toh ? Kamu nggak ketiduran di kamar kan?" Suara umi Sa'diah mengalihkan fokus Kemal pada ponselnya. Gegas berdiri dan mengantongi benda pipih tersebut di kantong kemeja yang ia kenakan.

      "Iya Mik. Kemal nggak ketiduran kok" sahut Kemal sembari membuka pintu kamar. Mendapati uminya malah memindai dirinya dari atas sampai bawah.

      "Wah anak umik kenapa rapi banget begini. Jadi ganteng banget. Mana wangi lagi...."umi Sa'diah mengendus-endus badan Kemal. Membuat Kemal geli sendiri.

     "Ya Allah mik, perasaan setiap hari Kemal kan tampil begini. Kemal juga selalu wangi..." Kemal malah ikutan mengendus badannya. Masak tadi ia kebanyakan menyemprotkan minyak wangi ya....

       "Ah enggak. Biasanya sih rapi tapi ga serapi ini. Wangi tapi gak sewangi ini...." Ujar umi Sa'diah lagi.

     "Ini sudah siang lho mik. Tadi panggil-panggil Kemal dikira tidur karena umi mau segera berangkat kan" Kemal mengingatkan tujuan umi nya.

     "Oh iya ya. Wes ayo. Bantuin umi bawa kue-kue itu ke mobil" perintah umi pada Kemal.

     Dengan sigap Kemal melaksanakan perintah sang umi. Terbersit dalam hati ingin bertanya sebetulnya siapa yang hendak dikunjungi sang umi. Dan Kemal pikir orang tersebut sepertinya cukup istimewa buat umi nya. Meski memang uminya itu selalu membawa buah tangan tiap kali hendak mengunjungi kerabat atau temannya, tapi bawaan kali ini terkesan lebih banyak dan spesial. Setidaknya itu perasaan Kemal.

DILA'S LOVE (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang