Ruangan berukuran sedang yang didominasi warna putih itu terasa hening. Meski ada tiga orang di dalamnya. Tak ada yang membuka suara. Hanya suara mesin pendingin ruangan yang mendominasi pendengaran.Suasana seperti itu sudah berlangsung hampir tujuh atau delapan menit. Entahlah. Kemal bergantian menatap dua perempuan berhijab yang duduk bersebelahan di hadapannya. Dua perempuan beda usia itu sama-sama hanya diam dengan kepala menunduk. Iya, Nova dan Bu Marwah sepertinya keder juga harus berhadapan dengan Kemal yang wajahnya memancarkan murka. Jelas sekali mereka tadi kepergok sedang bertengkar alias adu mulut meski bukan adu jotos.
"Apa tidak ada yang mau menyampaikan sesuatu pada saya? Tentang kejadian tadi?" Suara bariton Kemal memecah keheningan.
Nova dan Bu Marwah masih tak bergeming. Nova malah makin menurunkan kepalanya. Suara Kemal yang tegas diiringi tatapan tajam merupakan perpaduan yang cukup menakutkan. Nova sadar betul kalau ia tadi melakukan hal yang memalukan. Meski sebetulnya itu bukan sepenuhnya kesalahan nya. Ini semua karena Bu Marwah yang sudah keterlaluan membuat gosip tentang Dila.
Sedang Bu Marwah memang masih diam. Tapi sama sekali tak terlalu tampak ekspresi sesal di wajahnya. Perempuan itu masih menunjukkan sikap pongah nya.
"Jadi tidak ada yang mau menjelaskan kepada saya sebenarnya apa yang sudah terjadi tadi?" Tanya Kemal lagi. Sebetulnya ia sempat mendengar perdebatan antara Nova dan Bu Marwah. Tapi hanya sekilas. Kemal hanya sempat mendengar Nova dan Bu Marwah saling menyerang. Sudah begitu saja.
Dan kedua perempuan dengan seragam kerja yang sama itu masih kukuh untuk diam. Hingga pintu ruangan Kemal terbuka. Pak Agus muncul di ambang pintu. Kemal pun memberi kode agar pak Agus mendekat. Memang tadi ia sempat meminta mbak Tri untuk memanggil pak Agus yang setahunya juga ada di ruang guru. Kemal sejak awal sebenarnya sudah menebak kalau pasti Nova atau Bu Marwah akan bungkam.
Kemal berdehem setelah pak Agus selesai membisikkan sesuatu di telinga Kemal. Kemal kembali menatap bergantian kedua perempuan dihadapan nya tersebut. Membuat Nova makin mengkeret dan Bu Marwah mulai gelisah. Keduanya sudah bisa menebak kalau Kemal sudah tahu apa yang terjadi dari pak Agus.
"Saya permisi dulu pak Kemal..." Pak Agus ijin keluar dulu.
"Terimakasih pak Agus" sahut Kemal tanpa mengalihkan tatapan menghunus nya pada Nova dan Bu Marwah.
"Jadi kenapa Bu Nova dan Bu Marwah harus beradu mulut seperti tadi? Jadi siapa yang memulai?""Dia pak..." Serempak Nova dan Bu Marwah sama-sama menyahut dengan tangan saling menunjuk. Membuat Kemal menggeleng pelan. Ia seperti berhadapan dengan para murid sekolah dasar. Bukan guru anak SMA.
"Nak Kemal harus percaya sama saya. Dia ini guru yang tak tahu adab nak. Tak tahu sopan santun pada yang lebih tua. Berani mengata-ngatai saya. Padahal saya ini kan lebih tua. Guru senior disini...."
"Saya tidak akan melakukan itu kalau Bu Marwah tidak keterlaluan pak. Seenaknya saja membuat berita tak benar"
"Lho berita tak benar gimana. Jelas banget lah kalau apa yang saya sampaikan itu ada dasarnya. Fakta...."
"Ada dasarnya darimana. Memang ibu sudah tahu atau tanya langsung. Seenaknya sendiri membuat kesimpulan. Apa itu bukan namanya berita ngawur..."
Brakk....
"Astaghfirullah..." Kemal spontan memukul meja sembari beristighfar. Meski tak terlalu keras, tapi mampu membuat Nova dan Bu Marwah berjenggit kaget.
Kemal menghela napas untuk mengumpulkan kesabaran. Sepertinya baru kali ini ia menghadapi kasus seperti ini. Ada dua orang guru bertengkar dan bertingkah seperti anak kecil begini.
KAMU SEDANG MEMBACA
DILA'S LOVE (Short Story)
EspiritualDila yang dulu sangat manja. Dila yang dulu suka ceroboh. Dila yang dulu selalu minta perlindungan dari kakaknya atas setiap kesalahan yang diperbuat. Dila yang dulu hanyalah gadis remaja yang biasa saja, kini tumbuh menjadi gadis dewasa yang juga p...