Hari begitu cepat berlalu. Perasaan baru kemarin hari Senin, sekarang sudah hari Sabtu. Rasanya kemarin baru awal bulan eh tiba-tiba saja sudah akhir bulan. Perasaan baru kemarin gajian eh sudah mau gajian lagi. Atau rasanya baru saja terima uang gaji di awal bulan eh tiba-tiba saja uangnya sudah habis karena masuk akhir bulan.Perasaan seperti ini sebenarnya bisa dijelaskan secara ilmiah. Bahwa semakin bertambah usia maka makin merasa waktu berlalu begitu cepat. Padahal sebenarnya waktu itu berjalan seperti biasa, tak menjadi cepat atau lambat. Tetap 24 jam sehari, 60 detik dalam satu semenit dan 60 menit dalam satu jam.
Para peneliti menemukan dua teori kuat yang bisa menjawab kenapa makin dewasa atau bertambah usia merasa waktu terasa lebih cepat. Salah satunya adalah jam biologis. Dimana anak-anak lebih banyak melakukan aktivitas fisik selama waktu tertentu. Sehingga detak jantung dan tarikan napas anak-anak menjadi lebih banyak dibandingkan orang dewasa dalam waktu satu menit.Jika dalam semenit jantung anak-anak berdetak sebanyak 150 kali maka pada orang dewasa dalam semenit hanya berdetak 75 kali dalam semenit. Itu artinya orang dewasa butuh waktu dua menit untuk mencapai jumlah detak jantung yang sama dengan waktu masih anak-anak atau masih kecil. Jadi orang dewasa merasa Meski waktu sudah berjalan selama dua menit, otak mengira ini masih satu menit. Dan itu sunatullah terjadi pada semua manusia. Seiring usia akan merasakan hal seperti itu.
Dan Dila juga mulai merasakan perasaan semacam itu. Mungkin karena gadis kelahiran Mojokerto itu kini sudah masuk usia seperempat abad. Dan dalam hitungan bulan, usianya bertambah lagi tak lagi seperempat abad.
Rasanya baru kemarin ia pulang ke Mojokerto di akhir pekan. Bertemu dengan bapaknya dan Dina juga Angga yang kini mulai menetap di Surabaya dan secara rutin juga berkunjung menjenguk sang bapak. Rasanya baru saja ia bermain dengan dua keponakannya yang lucu itu. Aktivitas yang selalu membuat Dila lupa dengan segala kepenatan.
Hari ini akhir Minggu itu kembali tiba. Waktu seminggu sudah hampir masuk di penghujungnya. Ini adalah hari Sabtu dimana Dila harus mengisi ekskul bahasa inggris. Hemm....sudah waktunya pulang ke Mojokerto dan kembali bertemu sang bapak. Tentu Dila senang sekali.
Biasanya ekskul bahasa inggris memang tak diadakan seminggu sekali. Hanya di Minggu genap saja. Tapi karena Dila juga harus membimbing para siswa yang ikut ekskul bahasa inggris untuk tampil di acara wisuda dan perpisahan siswa kelas XII. Para siswa ekskul binaan Dila ini akan menampilkan drama bertajuk friendship yang akan dibawakan full dengan bahasa inggris.
Dila tentu sudah berkoordinasi dengan guru seni dan budaya juga guru pembimbing lainnya untuk mempersiapkan acara yang katanya merupakan acara besar yang cukup ditunggu oleh seluruh pengajar, wali murid, siswa dan pemilik pondok. Acara wisuda ini bisa dibilang merupakan acara Akbar tahunan yang rutin diadakan oleh madrasah Aliyah milik pondok pesantren. Tak heran katanya kordinator acara ini nantinya akan disorot karena ini termasuk acara cukup penting buat madrasah.
Dila awalnya sempat grogi dan sedikit terbebani saat ditunjuk menjadi kordinator acara. Apalagi ia merasa masih baru berada di madrasah ini. Bukan hanya karena bagaimana ia bisa nanti bekerjasama dengan seluruh siswa dan guru pembimbing lainnya untuk bisa menyajikan acara yang bagus, tapi juga karena stigma -stigma yang menyebutkan kalau kordinator acara ini harus membuat acara sempurna. Tak boleh ada kesalahan. Dan ekspetasi tinggi yang di awal sempat membuat Dila tak percaya diri juga.
"Anak bau kencur masih baru ngajar lha kok wes dipercaya koordinir acara besar begitu. Aduh...kalau kacau kalian jangan nyesel lho ya. Mbok ya mikir gitu lho kalau buat keputusan...." Ucapan Bu Marwah yang diucapkan di depan Dila sendiri dan terdengar jelas meremehkan kemampuannya sempat membuat keder. Dila memang merasa masih baru berada di sekolah ini. Tapi langsung ditunjuk menangani acara besar tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
DILA'S LOVE (Short Story)
EspiritualDila yang dulu sangat manja. Dila yang dulu suka ceroboh. Dila yang dulu selalu minta perlindungan dari kakaknya atas setiap kesalahan yang diperbuat. Dila yang dulu hanyalah gadis remaja yang biasa saja, kini tumbuh menjadi gadis dewasa yang juga p...