16. Barengan

630 174 28
                                    


       Kemal sudah berdiri dari duduknya usai sholat subuh dan dilanjutkan dengan sedikit tausiyah dari Abi Salman. Kemal melirik jam di tangan kirinya. Menunjukkan pukul 5 lewat 10 pagi. Biasanya sih hari libur begini, Kemal lebih memilih lanjut duduk di dalam masjid hingga waktu syuruq tiba. Kemudian menunaikan sholat dua rakaat dahulu sebelum pulang ke rumah.

    Tapi kali ini Kemal memilih ingin segera balik ke rumah. Meski ia sendiri belum memastikan  jam berapa ia akan ke rumah Dila. Kemal sendiri masih merasa tak percaya kalau tadi ia sudah membuat janji untuk ke Mojokerto. Kemal masih bingung. Mau bawa apa misalnya, apakah ia harus langsung mengajak uminya, apakah ia lebih bicara dulu saja face to face dengan Dila atau....ah pokoknya pikiran Kemal dipenuhi pikiran tentang rencananya berkunjung ke rumah Dila dengan alasan ingin bicara pada gadis itu.

     "Mau langsung balik, Mal?" Suara Abi Salman membuat Kemal yang sudah siap berdiri mengurungkan niatnya sejenak.

     "Eh...eng iya Abi. Mau balik ke rumah" jawab Kemal jujur. Mungkin Abi Salman bertanya begitu karena tahu kebiasaan Kemal yang menunggu waktu syuruq kalau hari libur begini.

     "Mau ada acara kah Mal?" Abi Salman masih bertanya.

     "Mm.... apa Abi butuh saya hari ini?" Bukannya menjawab, Kemal malah balik bertanya. Tak enak kalau misalnya Abi Salman butuh dengan bantuan nya.

     "Butuh banget sih enggak kok Mal. Abi cuma pengen ajak kamu ke itu lho panti asuhan khusus bayi terlantar yang baru saja kita resmikan tempatnya buat mereka. Abi cuma mau ngecek apa masih ada kurang atau butuh apa" sahut Abi Salman santai.

      Membuat Kemal mengingat salah satu jariyah yang selalu Abi Salman lakukan di setiap kesempatan yang dimiliki. Memperhatikan warga sekitar pondok. Pihak pondok memang secara tak sengaja beberapa kali diminta tolong pihak klinik bersalin yang berada tak jauh dari pondok untuk mau menerima bayi yang sengaja ditinggal oleh orangtuanya. Mereka melahirkan di klinik tersebut, tapi kemudian si ibu melarikan diri dan tak pernah kembali untuk mengambil bayinya. Pihak bersalin tak ingin menjadi panjang urusannya. Bukan sekedar masalah biaya. Tapi ini juga pastinya menyangkut masalah hukum. Jadi mereka meminta bantuan pada Abi Salman yang memang sudah cukup dikenal sebagai pemuka agama yang cukup disegani.

     Tentu saja Abi Salman tak bisa menolaknya. Awalnya Abi Salman menerima bayi tersebut dan menitipkan pada para ndalem yang bertugas bergantian. Tapi entah bagaimana ceritanya, belakangan makin banyak klinik bersalin bahkan warga biasa yang katanya menemukan bayi yang sengaja dibuang oleh orangtuanya dan meminta agar Abi Salman mau merawatnya. Miris rasanya. Kini ada sekitar 8 bayi yang tak diketahui orangtuanya tersebut berada di bawah pengasuhan Abi Salman. Hingga Abi Salman merasa perlu untuk membuatkan tempat tinggal khusus sekaligus pengasuh yang cocok untuk merawat bayi. Ya semacam baby sitter yang sudah terlatih untuk mengurus bayi. Terkadang Kemal tak habis pikir, sekejam apa orangtua yang tega mentelantarkan bayi yang seharusnya menjadi amanah terindah buat mereka. Apa karena bayi tersebut hasil hubungan terlarang? Astaghfirullah.. Kemal jadi suudzon dan mikir kemana-mana.

      "Tapi kalau kamu sudah ada acara ya nggak apa-apa lho Mal" Abi Salman bisa melihat kalau keponakannya itu seperti ingin menolak tapi sungkan.

      Kemal mengusap alisnya pelan. Sedikit tak enak. Pasalnya jelas ia sudah ada agenda acara penting. Sangat penting malah. Tapi Kemal jelas belum ingin mengatakannya secara terang-terangan pada pamannya itu.

    "Eng.... inggih Abi. Saya sudah kadung ada janji sama...."Kemal sempat berpikir kilat.

     "Sama teman bi. Iya sama teman biasa kok...." Imbuh Kemal cepat. Abi Salman malah terkekeh mendengar ucapan Kemal barusan.

DILA'S LOVE (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang