24. Undangan Pernikahan

974 192 47
                                    


    Benda berbentuk persegi panjang terbuat dari karton tebal dengan warna jingga dan hitam ada di atas meja. Untuk beberapa saat Dila tak berkedip menatap benda yang merupakan undangan pernikahannya. Meski beberapa hari yang lalu ia sudah mendapatkan hasil akhir undangan yang sudah siap dibagikan itu melalui WA dari Dina, tapi tetap saja saat melihatnya langsung begini Dila merasa ada perasaan yang terdefinisi. Senang, haru, bahagia dan deg deg kan.

      Senang dan bahagia tentu saja dirasakan Dila saat menatap undangan pernikahan yang desainnya sesuai dengan keinginannya itu. Warna jingga adalah warna kesukaan nya dan warna hitam sendiri sebetulnya bukan warna kesukaan nya maupun Kemal. Tapi setidaknya membuat warna jingga menjadi kontras jika dipadukan dengan hitam. Dalam undangan tersebut telah tertulis dengan tinta emas namanya dengan nama Kemal. Rasanya seperti mimpi yang sebelum nya tak berani Dila bayangkan. Bahwa dirinya telah dipersunting oleh seorang lelaki. Dan tinggal menunggu hari dirinya akan sah menjadi seorang istri dari Kemal yang merupakan kepala sekolah madrasah Aliyah tempat ia mengajar.

      Dila mengambil undangan pernikahan nya. Menimangnya sejenak. Tak terasa senyumnya mengembang. Mungkin terlihat lebay. Tapi perempuan lain yang pernah berada di posisi Dila saat ini pasti tak akan mengatakan kalau Dila lebay. Karena memang sebahagia itu melihat undangan pernikahan diri kita sendiri yang sangat cantik dan siap dibagikan ke keluarga, kerabat, teman dan tetangga. Andai bisa lebih lebay mungkin para perempuan yang melihat undangan pernikahan nya tersebut akan berseru "akhirnya aku Sold out...." Atau "akhirnya nikaaah...."

      "Gimana...gimana cakep kan undangan nya kalau dilihat langsung" suara Dina yang sudah berdiri di pintu kamar Dila yang memang terbuka lebar membuat Dila spontan menoleh. Tanpa pikir panjang Dila langsung mengangguk. Setuju dengan ucapan kakaknya.

      "Cantik banget mbak" sahut Dila masih dengan senyum merekah.

     Dina masuk ke dalam kamar mendekati Dila. Dina paham betul apa yang kini dirasakan adik semata wayangnya itu. Ia pernah mengalami apa yang kini Dila alami. Saat ia melihat undangan pernikahan nya dengan Angga kala itu. Rasanya seperti mimpi yang pernah tak berani ia bayangkan. Namun menjadi kenyataan. Menemukan jodoh di usia dan waktu yang tepat itu sebuah kebahagiaan. Apalagi ditambah dengan sang lelaki yang menjadi jodoh adalah calon suami yang tepat pula dalam segala hal.

      "Mbak yakin kamu pasti menyukai hasilnya. Alhamdulillah. Akhirnya ya Dil. Nggak kerasa, adiknya mbak yang dulu suka merajuk, manja dan agak-agak ngeselin ini akan jadi istri pak ustadz. Jadi Bu ustazah pula ..." Ujar Dina dengan nada bergurau. Di mata Dina, Dila tetap lah adik yang baik dan ia sayangi. Seorang adik yang mampu melewati proses hidupnya dengan baik hingga menjadi seperti sekarang ini. Setidaknya Dila adalah adik yang penurut dan tak banyak menuntut.

     "Duh mbak Din bilang Bu ustazah gitu kok Dila malah deg deg kan gini ya. Gak pede banget..." Mungkin ini definisi dari rasa deg deg kan bercampur aduk di hati Dila. Masih memiliki perasaan tak percaya diri kelak saat menjadi istri seorang Kemal yang ia tahu adalah salah satu pemangku pondok pesantren dan memiliki latar belakang keluarga dengan didikan pondok.

     "Hemm, malah seharusnya kamu banyak bersyukur sayang. Allah memilih kan jodoh seperti pak Kemal. Mungkin itu sebuah jalan agar kamu makin semangat meningkatkan kualitas ibadah, hapalin Qur'an dan makin naik derajatnya di hadapan Allah"

     "Huiih....makin terasa berat rasanya. Ya Allah kuat nggak ini ya menyangganya"

     "Kuat dong. Allah nggak akan salah memilih pundak kan. Allah nggak akan salah memilihkan jodoh buat hambanya..." Imbuh Dina penuh semangat. Tak dipungkiri Dina sangat senang adiknya bisa bersanding dengan lelaki seperti Kemal. Doa terbaik selalu ia panjatkan buat sang adik.

DILA'S LOVE (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang