Aku berdiri di tengah kerumunan, diiringi oleh hiruk-pikuk suara dan gemerlap cahaya di malam tahun baru yang bersemangat. Alma, kakakku, tersenyum cerah di sampingku, sementara, Alex, pacarnya, menggenggam tangan kami erat.
Kembang api memecah kegelapan malam, menerangi langit dengan warna-warni yang mempesona. Orang-orang bersorak merayakan pergantian tahun, tetapi di tengah kegembiraan itu, satu nama menghantui pikiranku: Nolan.
Saat kembang api memancar di langit, kilatan cahaya yang berwarna-warni seolah memantik kenangan tentang Nolan di benakku. Aku merasa seperti seorang penonton dalam permainan cahaya yang indah, tapi hatiku terasa berat oleh beban yang tak terucapkan.
"Tahun ini sulit, tahun berikutnya akan aku lewati tanpa kehadirannya yang bahkan aku pikir akan aku habiskan hari-hariku bersama Nolan," bisikku pada diriku sendiri, rasa sakit itu datang. Air mata tak terduga mengalir di pipiku, menyelinap keluar tanpa seizinku. Aku berusaha menahan emosiku, tetapi kerinduan yang mendalam terhadap Nolan menyeruak di dalam diriku, tak terbendung.
Alma dan Alex melihatku dengan penuh perhatian, menyadari kegelisahanku. Mereka memelukku erat, memberikan kehangatan dan dukungan di tengah badai emosi yang melanda. "Alyssa," bisiknya dengan lembut. "Kamu harus membiarkannya pergi, kamu harus membuka hatimu untuk yang baru."
"Mau beberapa tahun dari sekarang, gapeduli berapa lama pun waktu yang kamu berikan pada Nolan, gaada yang bakal berubah sampai mereka memutuskan untuk siap, Alyssa."
"Tapi aku mencintai Nolan." bisikku dengan suara terputus-putus, air mata mulai mengalir lagi. "Kamu tahu kan, aku belum pernah mencintai orang seperti ini sebelumnya."
Alma menyentuh tanganku dengan lembut. "Alyssa, kamu masih muda. Banyak diluar sana yang jauh lebih baik dari Nolan kok."
Aku menelan ludah, merasa getaran di dalam dadaku. "Aku hanya ingin Nolan." bisikku, suara terdengar rapuh di antara rintihan sedihku.
"Alyssa, sampai kapanpun kamu gabisa nunggu dia. You can't keep choosing someone who doesn't choose you."
"Emang apa yang udah Nolan kasih ke kamu sih?" lanjutnya dengan nada tajam. "Sampai bahkan mengira Nolan adalah orang yang tepat. Bahkan aku ngeliat kamu bukan Alyssa yang aku kenal sebelumnya. Alyssa gapernah tuh seputus asa ini, selemah itu sama cowo. Aku ingetin lagi ya, dulu kamu tuh gapeduli cowo ninggalin kamu, bisa bodo amat juga sama cowo yang bahkan itu mantan kamu sendiri. Apa bedanya sama Nolan sekarang, Alyssa?"
Apa yang bisa aku katakan? Nolan tidak pernah memberiku apa-apa, kecuali cinta yang begitu kuat dan melekat dalam diriku. Aku merasa bahwa aku terikat kuat pada Nolan.
Aku merasa tak berdaya, terperangkap dalam perasaanku sendiri yang begitu dalam untuk Nolan. Bahkan ketika aku tahu bahwa aku layak mendapatkan yang jauh lebih baik, dari apa yang Nolan bisa berikan, aku tidak bisa membayangkannya. Aku akan lebih senang dan bersedia untuk puas dengan apapun yang Nolan akan berikan padaku, karena sebagian kecil dari Nolan lebih baik daripada tidak dengan Nolan sama sekali.
Alma terus melanjutkan, memaksa Alyssa untuk melihat situasi dari sudut pandang yang berbeda. "Mungkin Nolan udah berubah, buktinya dia ga berusaha untuk memperjuangkanmu lagi." katanya lagi dengan suara tegas. "Dengan dia gamau balik sama kamu lagi, itu udah cukup jelas bahwa dia pun semudah itu ngelepasin kamu, dan itu cukup jadi closure."
Alyssa menatap Alma dengan penuh keyakinan. "Nolan bukan orang yang kaya gitu." sahutku dengan tegas. Karena aku yakin bahwa mereka tidak mengenal Nolan dengan baik sepertiku.
Aku hanya ingin Nolan mencintaiku lagi seperti sebelumnya.
Namun, Alma tidak menyerah begitu saja. "Mungkin kamu harus mempertimbangkan bahwa Nolan tidak seperti orang yang selama ini kamu kenal atau bahkan bukan orang yang seperti kamu pikirkan." kata Alma dengan lembut, tapi penuh dengan kebijaksanaan.
"Kamu juga harus ingat, Alyssa. Mungkin Nolan selama ini selalu menjadi seseorang sesuai dengan apa yang kamu inginkan," Alma berkata dengan tegas.
Aku mengernyitkan dahiku, mencoba mencerna kata-kata Alma.
"Dulu, kamu terlalu hati-hati membuka hatimu untuk Nolan. Karena kamu selalu sangat selektif dalam memilih pasanganmu, bahkan hal kecil seperti tingkah laku seseorang pun bisa menjadi penilaianmu untuk akhirnya membuka hatimu untuk orang tersebut."
"Mungkin, selama ini Nolan tidak pernah benar-benar menjadi dirinya sendiri di hadapanmu, hanya agar kamu bisa menerimanya. Dan ketika dia akhirnya mulai menjadi dirinya sendiri di depanmu setelah menjalani hubungan, kamu merasa dia berubah."
Dadaku berdesir, memikirkan kata-kata Alma yang tajam. Aku merenung sejenak, membiarkan makna kata-kata itu meresap dalam benakku. Apakah Nolan telah berubah? Apakah aku benar-benar mengenal Nolan sebenarnya?
Sungguh, aku tidak peduli, Nolan. Bahkan untuk bagian terburuk yang kamu miliki sekalipun. Aku sudah jatuh cinta pada setiap bagian dari dirimu, Nolan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Andam Karam
RomanceTerkadang, membuka halaman selanjutnya terasa sulit ketika kita sadar bahwa seseorang yang kita sayangi tidak akan ada di cerita kita lagi. Meski begitu, hidup harus tetap berlanjut, karena cerita kita belum berakhir.