jejal

17 2 0
                                    

Walaupun jawabanmu nanti belum yakin sekarang atau nanti setelah kau memutuskan, aku akan menghormatinya. Aku menyadari bahwa ini adalah kesalahanku dan resiko yang aku ambil dengan memutuskan hubungan kita, karena sebenarnya dari awal aku hanya ingin kita bisa saling memahami, bukan mencari yang lebih dari kamu, karena aku sudah mengatakan bahwa kamu orangnya, Nolan.

Mungkin ini terdengar berlebihan, tapi aku ingin kamu menemukan kebahagiaanmu sendiri, Nolan. Jika kebahagiaanmu itu adalah aku, aku bersedia sepenuh hati. Mungkin memang saatnya aku yang berjuang untuk kamu, bukan kamu lagi. Itulah kenapa aku berani untuk mengungkapkan semuanya di hadapanmu sekarang. Aku akan menunggumu sejauh yang aku bisa. Bahkan jika takdir berada di kita, aku percaya semesta akan turut andil, jadi aku tidak takut akan hal itu.

Jika kita tidak pernah bertemu lagi, aku tidak akan menyesali pertemuan kita. Mungkin ini bukan waktu yang tepat. Aku yakin hidupmu akan baik-baik saja ke depannya karena kamu adalah orang yang kuat dan memiliki dukungan dari keluarga dan teman-teman yang peduli.

Bahkan jika jawabanmu mutlak tidak, aku sadar bahwa tidak semua hal dalam hidup dimaksudkan untuk menjadi cerita yang indah, dan tidak semua orang yang kita sayangi dimaksudkan untuk tetap bersama selamanya.

Nolan membenarkan duduknya sedikit lebih dekat denganku. "Alyssa," ucap Nolan dengan lembut. "Aku tidak bisa."

Aku menatapnya dengan bingung, mencoba mencerna apa yang baru saja keluar dari mulut Nolan.

Nolan menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab, "Aku butuh waktu untuk fokus pada diriku sendiri, Alyssa. Aku perlu mengembangkan diriku, menyelesaikan beberapa hal yang masih terbengkalai dalam hidupku."

"Saat hari itu, ketika kamu memutuskan untuk mengakhiri hubungan kita, orang-orang di sekitarku bahkan bertanya-tanya tentang hari itu. Mereka penasaran bagaimana kalau kamu mengajakku untuk kembali bersama. Aku bahkan sudah menyiapkan jawaban untuk itu, aku jawab tidak bisa. Sampai akhirnya, kita bertemu pada hari ini. Aku telah merenungkan jawaban atas pertanyaanmu, mempertimbangkan segala konsekuensinya jika aku menjawab ya atau tidak. Semuanya sudah aku pikirkan dengan matang."

Aku terdiam sejenak, mencerna setiap kata-kata Nolan dengan perasaan campur aduk. Dengan berat hati, aku mengangguk perlahan, "Aku mengerti, Nolan. Aku menghargai keputusanmu."

Nolan tersenyum lembut, "Sorry ya, kamu pasti kecewa dengar jawabanku. Aku tahu pasti itu sakit. Mungkin aku akan siap menjalani hubungan kembali setelah 2 sampai 3 tahun lagi. Dan siapa tahu, mungkin suatu hari nanti kita bisa kembali bersama setelah aku menyelesaikan hal-hal yang perlu aku selesaikan."

Aku merasakan kekecewaan, namun juga rasa lega melihat Nolan berani mengungkapkan perasaannya dengan jujur. Namun, sesaat kemudian, air mata yang telah kubendung sejak tadi tak tertahankan lagi. Dadaku terasa sesak, hingga akhirnya Nolan memelukku erat. Meskipun pelukannya hangat, tangisanku tak kunjung mereda, bahkan semakin deras mengalir.

Andam KaramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang