kemungkinan

10 2 0
                                    

Pertemuan keluarga selalu menjadi momen yang penuh tekanan setelah putus dengan Nolan. Keluargaku mengenal baik Nolan, maka ketika pertanyaan tentang Nolan muncul, aku berusaha menjawab dengan tenang meskipun hatiku terasa teriris.

"Alyssa, bagaimana kabar Nolan? Ko sudah tidak pernah terlihat?" tante ku bertanya dengan penuh kebaikan.

Aku tersenyum tipis, mencoba menyembunyikan perasaanku yang kacau. "Kami baik-baik saja, tante. Terimakasih."

Dibelakangku, ada mama dan tante yang memang duduk berdampingan. Disana ku dengar mama berbisik. "Udah putus, mba." Terdengar tante ku menyayangkan hubungan kami. "Padahal udah serasi ya, cocok kelihatannya." dan disana mama sedikit menjelaskan tentang hubunganku bersama Nolan mengapa bisa berakhir.

Di samping, pamanku mengelus tanganku dan berkata dengan lembut, "Alyssa, apa kabar? Aku melihatmu semakin berkurang berat badannya, sayang. Apa yang sedang kamu pikirkan? Kamu harus menjaga kesehatanmu."

Aku menjawab pertanyaannya dan tersenyum tipis, meskipun hatiku terasa rapuh.

Bahkan ada momen dimana aku bertemu eyangku. Ia menanyakan Nolan, sama seperti tanteku yang bertanya mengapa sosok Nolan tak pernah terlihat atau sekedar datang ke rumah eyang.

Setelah mengetahui bahwa hubunganku dengan Nolan berakhir, ia pun berkata "Padahal Nolan baik yaa, kenapa bisa putus?"

Ya, baik ko, bahkan sebelumnya pun mama pernah bilang bahwa yang sama-sama baik pun bisa berpisah. Mungkin, kita dimaksudkan hanya menjadi cerita cinta. Mungkin itu tidak pernah dimaksudkan untuk memiliki akhir yang bahagia. Mungkin kami terlalu baik untuk menjadi nyata, dan sekarang tidak ada yang tersisa untuk kami lakukan.

Tapi mungkin, di suatu tempat jauh disana, kamu akan menemukan sepotong diriku di tempat yang tak terduga dan akan mengingatkanmu pada waktu yang kita habiskan berdua, mengingatkanmu hanya ada aku dan kamu. Dan mungkin, kita lebih baik daripada apa yang selama ini kita pikir kita bisa.

Malam ini, seperti malam-malam sebelumnya, terasa begitu sulit. Dan aku tahu, besok juga akan sama. Bahkan mungkin, malam setelahnya.

Aku takut akan hal ini, Nolan. Aku takut akan kemungkinan terburuk yang bisa terjadi saat aku memutuskan untuk membuka hatiku padamu. Sejak awal, aku tahu bahwa hubungan kita akan rumit, tapi kau tak pernah menyerah. Kau tetap berjuang, mendekatimu dengan tulus.

Dan aku? Aku, terjebak dalam pertarungan batin antara logika dan perasaan. Aku membiarkan diriku terbawa oleh usahamu, Nolan. Dan aku pikir, pada saat itu, tidak ada salahnya mencoba. Tapi sekarang, di tengah kegelapan malam, aku bertanya-tanya apakah aku telah membuat kesalahan.

Harusnya aku tetap dalam pendirianku, mengantisipasi agar kita tidak perlu melangkah sejauh ini. Kita tidak perlu mengejar cinta yang membawa potensi rasa sakit yang luar biasa. Tetapi aku terlalu terbuai oleh kehangatan dan kebaikanmu, Nolan. Aku terlalu membiarkan perasaan membutakan akal sehatku.

Dan sekarang, di saat-saat seperti ini, aku harus memaksa diriku untuk menerima kenyataan pahit bahwa segala sesuatu tentang kita mungkin harus diikhlaskan. Tapi meskipun aku mencoba memaksa diriku untuk menerima, ada tetes harapan yang masih menyala di dalam hatiku.

Aku masih berharap bahwa kau akan kembali, Nolan. Kembali dalam versi yang lebih baik, dalam situasi yang lebih baik. Karena meskipun aku tahu bahwa langkah-langkah ini mungkin membawa kita ke arah yang tidak pasti, aku tetap berharap bahwa kita akan menemukan kedamaian dan kebahagiaan bersama, di tengah situasi yang lebih baik daripada sebelumnya.

Andam KaramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang