Aku tidak pernah memohon agar siapa pun bertahan denganku. Tapi malam itu, aku berkata "Aku mohon" pada Nolan, agar hubungan kami berhasil, agar Nolan kembali padaku.
"Aku tidak bisa." adalah semua yang kamu katakan, dan itu adalah akhir dari itu semua.
Hatiku seperti berada di ruang kosong, seakan-akan terperangkap di dalam lakuna kehampaan. Semua kata-kata panjang yang kukemukakan pada Nolan semalam terasa sia-sia, seperti omong kosong belaka. Aku berusaha meyakinkan diriku bahwa aku bisa menerima jawaban Nolan yang tak sesuai dengan keinginanku, tapi nyatanya sangat sulit, dalam keheningan, kekecewaanku semakin dalam.
Dengan mengungkapkan semua perasaanku pada Nolan, aku merasa lega, seolah beban besar telah terangkat dari pundakku. Namun, kelegaan itu hanya berlangsung sesaat. Keesokan harinya, tepatnya kini, saat menyadari bahwa Nolan tidak lagi ingin berada di sisiku, semua rasa frustasi dan kekecewaan kembali menghantamku dengan keras.
Pikiran tentang Nolan terus berputar di kepalaku, seperti roda yang tidak berhenti. Pertanyaan dan penyesalan terus menghantuiku, membuat perutku terasa sakit, seolah mencerminkan kekacauan yang terjadi dalam diriku.
Ternyata, terlalu memikirkan Nolan membuat asam lambung ku kambuh, bahkan toilet menjadi teman setiaku saat ini karena mual berkepanjangan. Aku tidak pernah membayangkan bahwa mencoba untuk memperbaiki hubungan kami akan membuatku semakin hancur.
Yang benar-benar menyedihkan adalah menyadari bahwa aku dan Nolan bisa membuatnya berhasil jika dia benar-benar mencintaiku. Jika Nolan sungguh-sungguh mencintaiku, dia akan berjuang untuk hubungan kami. Tapi kenyataannya, itu tak terjadi. Itu berarti satu hal; aku mencintai Nolan lebih dari Nolan mencintai aku.
Aku duduk di pinggir tempat tidur, menatap sekeliling ruangan yang perlahan mulai terlihat kosong. Libur semester akhirnya tiba, dan suasana kos-kosan pun mulai terasa sunyi. Putri dan Nana, teman satu kosan telah lebih dulu meninggalkan tempat ini. Bahkan Kiara, yang biasanya selalu menemaniku di kamar ini, juga telah pergi.
Aku mulai mengemas barang-barangku satu per satu, memasukkan pakaian, buku-buku, dan hal lainnya ke dalam koper.
Saat aku menatap sekumpulan foto ditempel rapi, sebuah rasa getir menyelinap ke dalam hatiku. Aku mengingat rencana liburanku bersama Nolan, rencana untuk berkunjung ke pantai dan menjelajahi tempat-tempat baru bersamanya.
Karena itu yang Nolan suka, mengendarai motor kemanapun Nolan ingin untuk melihat sebuah pemandangan yang menurut kami cantik. Tapi sekarang, semuanya musnah, hancur oleh keputusan untuk mengakhiri hubungan kami.
Aku merasa sakit di dadaku saat menyadari bahwa rencana itu hanya akan menjadi kenangan, tidak akan pernah terjadi. Libur yang seharusnya penuh dengan tawa dan kebahagiaan sekarang akan dihabiskan dalam kesendirian, menyembuhkan luka yang bahkan luka akibat diriku sendiri.
Sambil mengemas barang-barangku, air mataku mulai mengalir. Aku merasa hancur, tetapi aku tahu bahwa ini adalah proses yang harus aku jalani untuk menyembuhkan diriku dari sakit patah hati ini.
Dengan hati yang berat, aku menyelesaikan proses pengemasan dan menutup koperku. Aku mengambil napas dalam-dalam, mencoba menguatkan diri untuk menghadapi apapun yang akan datang. Dan lagi, aku menyadari kenyataan bahwa liburan ini akan menjadi waktu untuk merawat diri dan menyembuhkan luka patah hatiku, yang entah sampai kapan aku bisa bertahan dari fase ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/362075269-288-k370618.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Andam Karam
RomanceTerkadang, membuka halaman selanjutnya terasa sulit ketika kita sadar bahwa seseorang yang kita sayangi tidak akan ada di cerita kita lagi. Meski begitu, hidup harus tetap berlanjut, karena cerita kita belum berakhir.