Hari ini hanyalah hari yang buruk, bukan kehidupan yang buruk.
--Mary Engelbreit
─── ⋆⋅☆⋅⋆ ──
"Gimana, lo biru nggak?"
"Iyaa, gue biruu!"
"Eh, seriusan? Gue jugaa!"
Ia menoleh kearah para gadis yang bersorak gembira, senyum bahagia tergambar di wajah mereka.
"Eh bro, gimana?"
Ia tersenyum tipis, sambil melirik singkat layar ponselnya yang masih menyala.
"Merah."
─── ⋆⋅☆⋅⋆ ──
Di bawah rindangnya pohon beringin seorang remaja laki-laki dengan seragam putih abu-abu melekat di badannya, duduk bersandar pada batang pohon yang kokoh.
Di atas sebuah lembaran putih, jemarinya menari riang menggoreskan mata pena. Sesekali netra coklatnya menerawang, menatap birunya langit cerah dan hangatnya sinar matahari.
Ia menghela nafas panjang seolah telah menjalani hari yang begitu berat, namun kenyataannya memang dirinya sedang dilanda rasa putus asa saat ini.
Drrtzzz....
Dering ponsel mengacaukan lamunannya. Tanpa harus menjawab panggilan dari sang penelepon ia pun sudah tau apa yang seharusnya dilakukan.
Dengan segera ia mengemasi barang-barangnya dan kembali ke kendaraan roda dua yang terparkir tidak jauh dari pohon rindang tadi. Dari gerak-geriknya telihat ia seperti akan menjemput seseorang.
Tak butuh waktu lama hingga motor yang ia tunggangi sudah melesat cukup jauh dari tempatnya terparkir tadi.
─── ⋆⋅☆⋅⋆ ──
"Rea ini mana sih, daritadi ditelfon nggak diangkat!"
Seorang wanita paruh baya dengan gamis serta kerudung hitam yang menutupi hampir seluruh tubuhnya menggerutu kesal lantaran seseorang yang telah ditunggunya sedari tadi tak kunjung datang.
"Datengnya telat juga nggak masalah kok, Ma. Gea masih pengen main di sini" timpal cewek berambut sebahu yang sedang asyik bercanda ria bersama beberapa anak kecil di sekelilingnya.
"Bukan masalah telat atau enggak, Mama cuma takut kalo Rea kenapa-napa di jalan."
Perasaan gundah gulananya seketika sirna ketika mendengar suara deru motor mulai memasuki halaman.
Tepat di hadapan mereka seseorang yang ditunggu-tunggu akhirnya datang. Ia mengenakan seragam putih abu-abu dengan name tag bertuliskan, Reagen Alfansya Samudra.
"Alhamdulillah kamu dah sampe," wanita yang akrab dipanggil 'Mama' itu langsung menghamburkan pelukan hangat guna menyambut kedatangan putra tercinta.
"Udah 5 bulan nggak ketemu, gimana kabarnya? Oiya, kamu sama Kak Dirga baik-baik aja kan?"
Pemuda yang akrab dipanggil Rea itu menggangguk kecil sebagai jawaban, "aman semua kok, Ma."
"Eh Gea, ini kakakmu dateng kok malah diem aja. Sini dong, sayang!" Cewek berambut sebahu itu terdiam sebelum beranjak dari duduknya meninggalkan sekumpulan anak-anak yang sedari tadi bercanda ria bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BECOME A DOCTOR [TERBIT]
Teen Fiction•--Dilarang mengcopy ataupun plagiat dari segi apapun, karena author buatnya juga dari ide sendiri--• •--Berikan kritik dan masukan secukupnya, jangan lupa pake tata bahasa yang baik dan sopan yaa--• •--Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote dan k...