「 ✦ Si Pegawai Resto ✦ 」

43 30 5
                                    

Bahkan kami para waiters tidak sudi melayani setiap omong kosong yang anda katakan, Tuan/ Nyonya.

─── ⋆⋅☆⋅⋆ ──

Gea menghela nafas gusar sesaat setelah dirinya menyambut 3 orang pelanggan. Ternyata melakukan hal semacam ini tak semudah yang dibayangkan, selain harus berinteraksi dengan intonasi suara ramah, postur tubuh juga harus sangat diperhatikan.

Ia menyandarkan raganya pada dinding dapur restoran, tulang punggungnya terasa akan rontok saat ini juga. "Capek? Ambil istirahat 10 menit dulu sana." Gea menoleh kesumber suara, ia menemui Zalfa yang tengah sibuk membantu Tara menyiapkan hidangan untuk para pelanggan.

Gadis itu mengamati Zalfa dari ujung kaki sampai pucuk rambut. "Ngapain malah bengong? Udah sana istirahat," titah Zalfa lagi. Gea menyinggungkan senyum tipis, kemudian kembali menegakkan tubuhnya sambil membenarkan posisi apron yang sempat melenceng tadi. "Nggak dulu deh. Masa' gue kalah sama calon kakak ipar?" godanya pada Zalfa.

"Sssttt, diem ah!" Tentu hal itu membuat rona wajah Zalfa kembali memerah. Gea terkikik ria kala melihat Zalfa yang tersipu. "Udah gue kasih lampu hijau loh!" ucap Gea yang sudah berada di ambang pintu dapur.

"UDAH PLISS GUE MALU!!"

─── ⋆⋅☆⋅⋆ ──

Waktu telah menunjukkan pukul 12 siang, sebentar akan lagi tiba saatnya untuk istirahat makan siang. Kebetulan pada jam-jam seperti ini pelanggan yang datang jumlahnya lebih sedikit dari biasanya. Bahkan para pegawai restoran bisa mengambil jam istirahat lebih awal jika kondisinya benar-benar sedang sepi pelanggan.

Seperti sekarang ini, karena kebetulan hanya ada 4 orang pelanggan, Zalfa dan Gea memutuskan untuk berehat lebih awal sehingga menyisakan Tara, Rea, dan beberapa pegawai lainnya.

"Ini pesanan untuk meja 5, Re." Tara menyodorkan dua piring yang berisi nasi goreng lengkap dengan telur dadar dan kerupuk di atasnya.

Rea memangguk paham, setelah menerima dua piring menu pesanan ia segera mengantarkannya ke meja pelanggan. "Selamat menikmati," ia meletakkan dua benda berbahan kaca itu secara perlahan dan hati-hati hingga tidak menimbulkan suara.

"Mas-nya keliatan masih muda baru, baru lulus SMA ya?" salah seorang dari pelanggan menanyakan hal yang sudah tak asing lagi di telinga Rea.

"Iya, Bu" balas Rea singkat.

"Kok langsung kerja sih, Mas? Mending kuliah dulu dong, kayak anak saya yang baru lulus SMA kemaren. Dia langsung diterima di univ ternama loh, Mas."

Pemuda itu menghela nafas panjang, lagi-lagi ia mendengar omongan nylekit dari orang-orang yang sama sekali tidak dikenalnya. "Belum rejekinya, Bu." Rea hanya bisa tersenyum tipis menanggapi pelanggan modelan semacam ini.

Rea kembali ke dapur guna mengembalikan nampan, disana ia sudah kembali disambut dengan beberapa menu hangat lain yang harus segera dibawakan untuk para konsumen. "Udah, nggak usah didengerin," celetuk Tara tiba-tiba.

"Hah?"

"Perkara itu lagi, kan?" tebak Tara yang langsung dibenarkan Rea.

"Biarin, mereka nggak tau apa-apa tentang lo."

Rea tersenyum simpul menanggapi nasihat Tara, pemuda 20 tahunan itu memang selalu menjadi panutan yang baik untuknya. "Dah selese senyum-senyumnya. Anter lagi tuh ke meja pelanggan!"

"Siap, Kak!"

Tara menghela nafas lega ketika melihat Rea yang telah kembali sedikit lebih bersemangat dari sebelumnya. Ia tau bagaimana rasanya ada diposisi Rea, karena dia sendiri juga pernah merasakan berada di keadaan seperti itu.

"Habis pelanggan ini, kita break dulu ya!" Ingat Tara pada Rea yang disetujui dengan isyarat jari 'OK' dari pemuda berapron itu.

Sepiring menu ala-ala japanese food, disajikan dengan sempurna di atas meja nomor 3. "Selmaat menikmati." Rea sedikit membungkukkan badannya sebagai tanda hormat serta ungkapan 'terima kasih' karena telah berkenan menunggu.

Sebelum dirinya melangkah berbalik arah menuju dapur, Rea merasa ada seseorang yang sedang membicarakan dirinya. Karena penasaran, ia memutuskan untuk sedikit menoleh ke belakang.

"Pelayan!" Rea sedikit terkejut ketika seorang pelanggan memanggilnya. Baru kali ini gue dipanggil pelayan.

Rea segera melangkah ke arah meja di mana seorang yang memanggilnya tadi berada. "Ada yang bisa dibantu?" tanyanya seramah mungkin.

"Hahaha, gue bilang juga apa." Rea menyerngitkan keningnya, ia merasa familiar dengan suara para pemuda yang ada di hadapannya itu. "Ada yang bisa saya bantu?" Rea kembali mengulang kalimatnya.

"Wah wah, lihat siapa yang jadi pelayan di sini?"

"Hm..., wajahnya kayak nggak asing. Siapa ya?"

"Yaelah, masa' kalian lupa sama murid paling pinter kebanggan SMA kita?"

"Oalah, ini si Reagen itu ya? Kok sekarang jadi pelayan?"

"Otaknya udah nggak kepake lagi kali!"

Seketika Rea menjadi pusat perhatian akibat dijadikan bahan guyonan bahkan ditertawakan habis-habisan oleh para komplotan pemuda itu.

Mereka tentu bukan orang asing lagi bagi Rea, bahkan Rea pernah berteman baik dengan lima pemuda itu. Namun, mereka yang notabene-nya dicap sebagai 'preman sekolah' pasti tidak akan bosan mengganggu, terutama pada orang-orang yang pernah dianggap memiliki 'urusan' dengan mereka. Dan betul sekali, seorang Rea memang pernah bermasalah dengan mereka para preman sekolah.

Masalah yang timbul di antara mereka memang bisa dibilang bukan masalah sepele. Semua itu berawal ketika Rea mulai menjadi anggota pemain inti tim bisbol di SMA-nya.

"Maaf mengganggu waktunya, Tuan. Tapi kami para waiters tidak melayani setiap omong kosong yang anda ucapkan. Mohon pengertiannya." Tara menengahi suasana dingin di antara mereka. Tidak mungkin ia membiarkan pergelutan terjadi di dalam area restoran.

Tara menarik Rea agar dapat segera menjauh dari sana, ia mengajak juniornya itu ke dapur guna menenangkan pikiran sejenak. Setelah membiarkan Rea termenung beberapa saat, Tara mulai bertanya tentang orang-orang yang mentertawakannya tadi.

"Siapa mereka?"

"Panjang ceritanya, Kak."

"Yaudah cerita-in."

Rea menghela nafas panjang, sebelum bibirnya mulai bercerita tentang siapa dan apa masalahnya dengan orang-orang tadi di masa tahun ke-duanya di SMA Sastra Cendekia.

➳༻Bersambung...༺➳

Ditunggu vote dan komennya sengkuu....

BECOME A DOCTOR [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang