Tuhan itu adil.
Namun terkadang kita saja yang kurang
menyadari dan mensyukurinya.─── ⋆⋅☆⋅⋆ ──
"Makasih Lang, malah repot-repot nganterin gue segala."
Gea baru saja pulang kerumah lamanya ketika sinar matahari telah sirna. Sesuai apa yang menjadi syarat hadiah dari Elang tadi, Gea harus mengunjungi tempat tinggal Elang serta keluarga angkatnya. Hingga akhirnya ia harus pulang telat seperti ini.
"Nope. Lo nggak ngerepotin sama sekali." Elang tersenyum tipis, netra coklatnya menerawang menatap paras wajah Gea yang disembunyikan oleh kegelapan malam. "Yaudah, hati-hati dijalan!"
Pemuda itu memangguk kecil sebelum akhirnya kembali menutup kaca helmnya dan memutar balikkan kendaraan roda dua yang ia tunggangi. "Happy birthday, Gea!" Bersamaan dengan kalimat yang terucap dari bibirnya, motor milik Elang langsung melesat cukup jauh dari sekitaran rumah Gea.
Hal itu tentu saja membuat Gea terkikik geli dengan kelakuan sahabatnya yang tak pernah berubah dari kecil. Gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya sambil meredakan tawa kecilnya. Udah ah, ngapain coba gue ngikik-ngikik sendiri?
Gea membalikkan badannya menghadap rumah yang kembali menjadi tempat tinggalnya. Ia menghela nafas panjang, sebelum akhirnya melangkah memasuki halaman depan bangunan itu.
Dari luar gadis itu dapat melihat cahaya lampu redup didalam rumahnya. Perasaan tadi Rea bilang bakal pulang telat deh, lah ini kok....
Jantungnya seketika berdebar cukup kencang, pikirannya melayang entah kemana. Sugesti yang muncul entah darimana itu mengatakan jika didalam sana ada penyusup!
Gea mencari sesuatu yang dapat ia jadikan sebagai alat perlindungan diri, jika benar ia akan berhadapan dengan penyusup. Nah lumayan nih ada balok kayu.
Kriet!
Pintu depan terbuka dengan mudahnya ketika Gea mendorongnya sangat perlahan. Pintu yang tak terkunci, lampu dalam rumah redup, sudah pasti ini penyusup!
Tap! Tap! Tap!
Gea semakin mengeratkan cengkraman pada balok kayu yang ia pegang saat terdengar langkah kaki seseorang mulai mendekatinya. Satu... dua... ti--ga!
"Selamat ulang ta-- ehh Abi jangan digebuk dong!"
Kedua pasangan muda yang tak lain adalah orang tua angkat Gea, berada tepat dihadapannya dengan membawa sebuah kue ulang tahun berwarna biru dengan nuansa langit cerah.
"Loh, Abi sama Buna kok disini?" Gea menurunkan balok kayu yang sebelumnya sudah hampir mengenai kepala Cakra. "Katanya ada meeting" lanjut Gea keheranan.
"Yaa tadi memang ada meeting bentar, tapi udah beres semua." Mawar menjelaskan sesuai apa yang terjadi sore ini.
Gea ber'o'ria. Ia langsung menghela nafas lega setelah mengetahui orang yang disangka 'penyusup' adalah Cakra dan Mawar. "Udah ah, ayo masuk!" ajak Cakra yang langsung dipatuhi keduanya.
Sebelum melanjutkan pesta kecil-kecilan itu, Gea terlebih dulu mengganti seragam sekaligus menyejukkan tubuhnya yang terasa lengket karena keringat. Tak butuh waktu lama hingga Gea menyelesaikan semua itu.
"Selamat ulang tahun, sayang!" Mawar menyambut Gea dengan pelukan hangat.
"Makasih, Buna."
Setelah dirasa cukup keduanya menguraikan pelukan mereka. Kemudian memulai perayaan kecil-kecilan itu dengan berdoa yang langsung dilanjut dengan makan kue bersama. Masing-masing dari mereka kembali merasakan mempunyai sebuah keluarga.
KAMU SEDANG MEMBACA
BECOME A DOCTOR [TERBIT]
Teen Fiction•--Dilarang mengcopy ataupun plagiat dari segi apapun, karena author buatnya juga dari ide sendiri--• •--Berikan kritik dan masukan secukupnya, jangan lupa pake tata bahasa yang baik dan sopan yaa--• •--Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote dan k...