Padahal yang gue mau bukan bangunannya, tapi seseorang dan kenangan di dalamnya.
─── ⋆⋅☆⋅⋆ ──
"Tapi Buna yang suruh aku cepet-cepet pulang naik bis, kan? Kalau aja Buna nggak nyuruh aku cepetan pulang, aku juga bakal tetep nunggu di panti sampai Rea dateng jemput aku."
Dengan susah payah, Mawar menelan salivanya. Kerongkongannya mendadak terasa kelu setelah mendengar apa yang Gea katakan. "G-Gea? Kamu ikut nyalahin Buna atas kejadian kemaren?" tanyanya terbata.
Gadis itu menggeleng pelan, "Gea nggak mau nyalahin siapapun atas kejadian kemaren. Makanya Gea bilang begitu." Penuturan Gea tentu membuat Rea tersenyum hangat. Rea tidak menyangka adiknya itu akan menyelamatkannya dari macam-macam tuduhan yang keluar dari mulut Mawar.
"Gea tau Buna khawatir karena aku belum sampe rumah dijam segitu karena masih nunggu Rea, makanya Buna nyuruh aku untuk cepetan pulang naik bis. Tapi Buna nggak bisa nyalahin Rea. Sebelumnya Rea sudah bilang ke aku kok untuk nunggu lebih lama dikit, soalnya dia masih ada urusan dengan pekerjaannya. Akunya aja yang lupa bilang ke Buna. Lagipula kalo nggak ada Rea, aku nggak yakin bakal masih bisa bicara sama kalian semua hari ini," jelas Gea panjang lebar.
Ia benar-benar tidak berniat memihak pada siapapun sekarang, Gea hanya ingin mengutarakan apa yang ada dalam lubuk hatinya.
Setelah penjelasan panjang dari Gea, Mawar terlihat terdiam merenungi ucapan anak angkatnya itu. Cukup lama wanita itu termenung, hingga tiba-tiba ia memalingkan wajahnya ke arah di mana Rea berdiri. "Terima kasih telah menyelamatkan Gea."
Cakra, Rea, dan Gea tidak menyangka jika kalimat itu akan terucap dari bibir Mawar.
"Syukurlah, kamu--" Mawar kembali menyela omongan Cakra, padahal pria itu belum sempat menyelesaikan ucapannya. "Tapi kamu tidak lagi saya berikan kepercayaan untuk menjaga Gea, sampai kapanpun itu," ujar Mawar sambil menekankan setiap kata yang ia tujukan untuk Rea.
Kedua bola mata Gea membulat sempurna. Gea tidak yakin apakah telinganya masih berfungsi dengan benar atau tidak, tapi pastinya apa yang Mawar katakan saat ini membuatnya kecewa.
"Nggak bisa gitu dong, Bun!"
"Memangnya kenapa, sayang?"
Padahal Gea sudah menjelaskan panjang lebar jika tidak ada yang patut disalahkan ataupun disudutkan dalam masalah ini. Namun sepertinya Mawar masih bersikeras untuk menuduh Rea atas kejadian yang menimpanya itu. "Tadi Gea udah jelasin ke Buna, kan? Kalo Rea nggak punya kesalahan di sini."
"Iya, Buna tau. Tapi Buna tetep merasa kalo dia itu memang nggak bisa jagain kamu."
Meski ucapan Mawar tadi kedengarannya memang tidak ada unsur-unsur menyalahkan Rea, tapi Gea bisa menangkap maksud tersirat dari kata 'tidak lagi memberikan kepercayaan untuk menjaga Gea'.
Berbeda dengan Gea yang menentang ucapan Mawar, di sana Rea hanya diam membisu melihat perdebatan antara ibu dan anak angkat itu.
Entah apa yang ia pikirkan namun tiba-tiba saja Rea teringat akan penuturan Gea ketika keduanya masih berada di panti asuhan.
Saat itu kebetulan sekali Rea sedang menjemur pakaian di halaman belakang panti, secara tidak sengaja ia mendapati Gea dan Elang sedang berbincang ria di taman belakang.
Rea tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang Gea katakan. Tapi telinganya samar-samar menangkap satu kalimat dari banyaknya obrolan yang keduanya perbincangkan.
"Aku nggak bakal mau tinggal sama Rea lagi. Dia ngeselin banget!" tutur Gea kecil pada Elang saat itu.
"Rea!" panggil Cakra yang langsung membuyarkan lamunannya.
"Kenapa, Om?" Kakinya mulai melangkah maju saat mendapatkan isyarat lambaian untuk mendekat kearah Cakra dan Gea. "Ini lho, Gea mau ngomong sama kamu. Udah dipanggil daritadi kok malah bengong terus," ujar Cakra sebelum beranjak mengajak Mawar keluar, meninggalkan kakak beradik itu di dalam ruang kamar.
Setelah Cakra dan Mawar sudah benar-benar keluar dari sana, suasana mendadak menjadi sunyi. Rea menunggu satu patah kata keluar dari bibir Gea. Gadis itu mengalihkan pandangannya ke arah luar jendela, ia menggigit bibir bawahnya pelan.
"Jangan digigitin nanti--"
"Gue nggak mau ikut mereka," celetuk Gea.
Rea menyerngit, merasakan sesuatu aneh sedang menempeli suasana hati adiknya. Apakah Gea tidak ingin berpisah dengan dirinya? Ah, sepertinya itu tidak mungkin. Ataukah, Gea tidak ingin pergi dari rumah ini? Ya, itu pernyataan yang lebih masuk akal.
"Kenapa?" tanya Rea sekedar basa-basi.
Gea mengerucutkan bibirnya sambil memandang Rea dengan tatapan kesal. "Menurut lo?" ketusnya.
Pemuda itu menghela nafas panjang, "lo pengen tetep di rumah ini?" tebaknya. Gea membulatkan bola matanya, sebelum kemudian kembali menghindar dari tatapan Rea. Ia berdecak kecil, "i-iya. Mungkin."
"Yaudah lo tinggal disini aja, nanti biar gue nginep dulu sementara di panti."
Masih dengan menoleh ke arah lain, netra Gea sedikit menampakkan gurat kekecewaan. Meski ia ingin sekali menuruti permintaan hati kecilnya, namun sebisa mungkin Gea menahannya. Ish, nggak peka lo!
"Kenapa lagi? Lo nggak mau pisah sama gue, ya? Se-ngangenin apa sih gue?" Tentu saja Rea berkata demikian dengan nada bercanda. Walaupun kenyataannya memang itu yang ingin Gea sampaikan. "I-idihh, amit-amit!"
Rea terkekeh ria sebab berhasil membuat Gea sebal dengan guyonannya. "Yaudah sana pergi, ih!" usir Gea dengan mengibas-ibaskan tangannya.
"Jangan kangen gue, ya?"
"Ih, please stop! " Pemuda itu semakin terbahak saat melihat Gea yang semakin menggembungkan pipinya.
"Okey, okey. Gue bilang ke tante Mawar sama om Cakra dulu, ya. Kalo elo pengen tinggal di sini intuk sementara," pamit Rea yang sudah berada di ambang pintu.
Gea memangguk kecil sebelum akhirnya pintu kamar di tutup oleh Rea. Kemudian gadis itu meremas jemarinya pada piyama yang sedang ia kenakan. Padahal yang gue mau bukan bangunannya, tapi seseorang dan kenangan di dalamnya.
➳༻ Bersambung...༺➳
Ditunggu vote dan komennya sengkuu....
KAMU SEDANG MEMBACA
BECOME A DOCTOR [TERBIT]
Teen Fiction•--Dilarang mengcopy ataupun plagiat dari segi apapun, karena author buatnya juga dari ide sendiri--• •--Berikan kritik dan masukan secukupnya, jangan lupa pake tata bahasa yang baik dan sopan yaa--• •--Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote dan k...