「 ✦ Gue Boleh Ikut? ✦ 」

60 38 13
                                    

Ingat, semua hal itu pasti ada konsekuensinya.

─── ⋆⋅☆⋅⋆ ──

Akhir pekan telah tiba. Ketika kebanyakan orang memilih untuk berehat sejenak dari aktivitas fisik mereka, masih juga terdapat segelintir orang yang tetap memilih untuk berkerja. Rea adalah salah satu dari segelintir orang tersebut.

Bukan karena keinginan hingga ia berlaku demikian, namun karena kewajibannya sebagai salah satu pegawai restoran.

Seperti biasa, ia akan bangun lebih awal untuk memepersiapkan semuanya. Mulai dari memasak, mencuci baju, hingga beberes rumah. Rea sudah terbiasa melakukan berbagai hal yang berkaitan dengan pekerjaan rumah sejak masih berumur 5 tahun.

Meski beberapa kali ia mendapat celaan dari teman-temannya, Rea tetap melakukan apa yang dia inginkan. Lagipula, salahkah jika seorang laki-laki pandai memasak dan beberes rumah? Justru yang ingin Rea pertanyakan adalah, kenapa dengan orang-orang yang mengejeknya itu, apakah mereka iri dengan kemampuannya?

Ah biarkan saja.

Tak terasa Rea sudah hampir menyelesaikan semua tugas rumah, hanya kurang menjemur baju saja.

Rea melangkah ke halaman belakang guna mengambil baju-baju yang masih berada di mesin pengering. Saat tengah tenang-tenangnya mencomot satu per satu potongan-potongan kain itu, Rea dikejutkan dengan tepukan di bahu kanannya.

"Masih pagi buta gini lo mau jemur baju?" Jangan tanya lagi siapa yang berbicara dengan Rea. Tentu itu adalah Gea.

"Ada masalah? Lagian bentar lagi matahari juga bakal terbit." Gea manggut-manggut mendengar jawaban Rea.

"Yaudah sini gue bantu."

Satu kalimat yang cukup membuat Rea terlonjak kaget, tumben sekali adiknya seperti ini. Tapi biarlah, setidaknya Gea dapat membanru meringankan sedikit beban pekerjaan rumah.

"Ini dijemur di mana?"

"Di situ aja," tunjuk Rea pada sebuah jemuran baju yang terletak tak jauh dari tempatnya berdiri.

Gea ber'o'ria, kemudian melangkah mendekati benda bernama jemuran dan mulai menggantungkan baju-baju itu. Rea yang sebelumnya masih sibuk dengan mesin cuci, kini juga telah turut membantu Gea.

Suasana diantara keduanya begitu sunyi, hanya terdengar kokok ayam jantan yang mengisi keheningan di antara mereka.

"Hari ini lo masuk kerja?" tanya Gea memecah keheningan.

"Hm." Gea anggap itu jawaban 'iya'.

"Gue boleh ikut?" Mendengar balasan Gea, pemuda itu langsung mengerutkan keningnya. "Nggak," tolaknya mentah-mentah.

"Kenapa nggak boleh?"

Rea terdiam sejenak, memikirkan jawaban yang tepat untuk memberi alasan pada gadis itu. Melihat kakaknya mendadak diam membisu, Gea tentu memanfaatkan momen tersebut. "Yakin lo kerja jadi pegawai resto?" seringainya. 

Rea yang tau betul akan dibawa kearah mana percakapan ini, langsung mengiyakan permintaan Gea. Daripada urusannya tambah panjang ya, kan?

"Konsekuensi, lo tanggung sendiri." tegas Rea.

"Fine! "

─── ⋆⋅☆⋅⋆ ──

"Uhuk... uhuk..." Gea terbatuk beberapa kali sesaat setelah melepas masker yang dikenakannya selama perjalanan menuju ke restoran.

Beradu dengan debu jalanan yang padat dengan kendaraan, terutama dipagi hari seperti ini membuat nafasnya terasa ngep-ngepan. Padahal Gea rasa jalan yang dilewati sekarang sama persis dengan jalan ketika ia diantar Rea kesekolah, seharusnya ia sudah terbiasa, kan?

BECOME A DOCTOR [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang