「 ✦ Gue Ada Di Sini ✦ 」

17 14 2
                                    

Saat kau selalu ada untuk seseorang di sampingnya,
apakah seseorang itu akan selalu ada di sampingmu?

─── ⋆⋅☆⋅⋆ ──

"Anda telah sampai di lokasi tujuan."

Rea langsung menghentikan laju kendaraannya saat ponselnya berkata demikian. Pemuda itu melepas helm yang bertengger di kepalanya. Ia mengatur nafas sejenak dengan tetap berada di atas motornya, namun dengan teliti netranya menyusur ke setiap sudut bangunan tua yang ada di hadapannya.

Bangunan tingkat dua dengan sarang laba-laba di langit-langitnya itu masih tersambung dengan aliran listrik. Buktinya di halaman bahkan di dalam bangunan itu terlihat cukup terang meski hanya terdapat beberapa bohlam lampu kecil.

Entah digunakan untuk apa bangunan itu sebelumnya, namun yang pasti sekarang telah difungsikan sebagai 'markas' untuk para muda-mudi yang berniat melakukan hal bejat.

Rea kembali melihat maps di ponselnya, memastikan apakah benar Gea berada di dalam bangunan buruk ini. Setelah merasa yakin jika aplikasi yang terinstal di handphone-nya itu dapat dipercayai, Rea pun segera turun dari motornya.

Ia berjalan mengendap menuju pintu masuk yang sedikit terbuka. Dengan jeli matanya menyusur ke setiap sudut dalam bangunan tua itu melalui celah kecil yang berasal dari pintu masuk tadi.

Netranya dapat menangkap 3 orang pemuda yang tengah asyik menegak minuman dari sebuah botol whiskey. Selain menajamkan penglihatan, Rea juga memasang indra pendengarannya baik-baik agar dapat merekam semua percakapan yang terlontar dari bibir ketiga pemuda itu.

"Si bos lama bener dah."

"Yaelah, nggak sabaran amat sih lo!"

"Ck, bosen gue kalo kelamaan gini."

Selama Rea mendengarkan obrolan mereka, ia hanya dapat merekam pembicaraan yang mengarah ke hal-hal yang berbau seksual. Menjijikkan.

Sudah 5 menit lebih Rea menguping pembicaraan ketiganya, semakin lama firasat pemuda itu semakin buruk. Tapi ia tidak mau bertindak gegabah, perlahan kakinya mekangkah mundur dari pintu masuk.

Rea mengambil ponsel yang ada di saku celananya, jemarinya menari di atas layar handphone mengetikkan sesuatu, sebelum akhirnya menempelkan benda itu pada telinganya. Bibirnya bergerak mengucapkan sesuatu. Sepertinya dia sedang nenelfon seseorang.

Prangg!!

Terdengar suara benda kaca yang dibanting dengan begitu kasarnya. Dapat dipastikan suara itu berasal dari dalam bangunan tua itu. Rea segera mengakhiri sabungan telfonnya, ia kembali melangkah mendekati pintu masuk dan melihat keadaan di dalam sana.

"Sialan!" seorang pemuda dengan penampilan telanjang dada datang dengan bibir yang berkali-kali mengumpat sambil menghancurkan botol-botol whiskey.

"Waduh bos, kenapa lo?" Tiga pemuda yang tadinya duduk-duduk santai langsung menghampiri pemuda itu.

Satu pemuda lainnya dengan penampilan lebih rapi dari kawan-kawannya itu menghampiri mereka. "Woy, ini Sean kenapa?" tanya salah seorang dari mereka.

"Lo liat aja sendiri sana!" titahnya.

Sementara para pemuda 'gila' itu sibuk berurusan dengan 'bos' mereka. Di luar, Rea sedang berusaha meredam emosinya saat menangkap satu nama yang sangat tidak asing di indra pendengarannya. Mau lo apain adek gue, bajingan?!

Gelisah, marah, cemas, tercampur jadi satu dalam dirinya. Rea sudah tak tahan ingin menghajar satu per satu para pengusik ketenangan hidupnya itu. Meski begitu, ia masih mencoba untuk menenangkan pikirannya. Rea tahu betul apa yang akan terjadi jika ia melawan hanya dengan berbekal luapan emosi.

BECOME A DOCTOR [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang