Kau hanya butuh validasi dari dirimu sendiri,
bukan dari orang lain.INGAT, JANGAN PERNAH BERHARAP APAPUN ITU PADA MANUSIA!!
─── ⋆⋅☆⋅⋆ ──
Pagi ini setelah Rea mengirimkan pesan singkat tentang permohonan izinnya pada Dirga, ia segera memacu kendaraan roda duanya. Seperti biasa, ia harus beradu dengan debu jalanan dan teriknya sinar matahari selama kurang lebih 30 menit.
Hingga ia tiba di sebuah tanah lapang yang di kelilingi dengan gedung bertingkat. Rea memarkirkan motor matic-nya sebelum memasuki salah satu ruangan dari jajaran gedung-gedung itu.
"Loh, kok sendirian?" Seorang pria paruh baya dengan tuxedo yang melekat di tubuhnya memandang Rea dengan tatapan heran. "Iya, Pak," balas Rea sambil tersenyum ramah.
"Yaudah langsung tanda tangan aja," Pria itu menyuguhkan pulpen dan selembar kertas yang bertuliskan nama-nama siswa kelas XII MIPA 3. Rea melakukan apa yang pria itu perintahkan sebelum masuk ke dalam ruangan. "Makasih, Pak."
Rea menarik nafas dalam-dalam ketika tangannya menyentuh gagang pintu masuk. Nggak masalah lo dateng sendirian, lo nggak perlu iri sama yang lain!
Klek!
Pintu terbuka cukup lebar saat Rea menariknya ke arah luar. Baru saja sampai di ambang pintu, ia telah disambut oleh kecantikan ruangan bernuansa putih yang diramaikan dengan berbagai dekorasi di dalamnya.
Rea melangkah masuk ke dalam ruangan tersebut, melewati jajaran kursi-kursi yang kebanyakan masih kosong, hingga langkahnya terhenti di hadapan salah satu kursi bertuliskan namanya. Di sebelah kursi yang ia tempati, terdapat pula sebuah kursi yang bertuliskan 'Ibu Fatimah Inayati'.
Netranya menatap nama yang tertulis di sana. Emangnya mama bakal dateng?
"Widihh, udah dateng aja elo." Seseorang menepuk punggungnya dari belakang. Sontak, Rea pun menoleh. "Ghaziy, toh? Gue kira tadi siapa."
Ghaziy, seorang siswa tahun ke-tiga yang merupakan teman sekelas sekaligus teman pertama Rea di klub bisbol. Tidak disangka ternyata sudah 3 tahun keduanya berteman akrab. "Siapa yang dateng kesini?" tanya Rea sekedar basa-basi.
"Nyokap," balas Ghaziy sambil meletakkan pantatnya pada kursi berbalut kain merah. "Ortu lo mana?" Kini giliran Ghaziy yang bertanya.
Mendengar pertanyaan Ghaziy, Rea langsung mengerutkan keningnya. "Serius lo nanya begitu?" Pemuda yang duduk di belakangnya itu memangguk mantap. "Lagi tidur--" Rea sengaja memotong ucapannya.
"Lah, kok nggak lo bangun--"
"Di dalem tanah." Ghaziy sontak menelan salivanya kasar. Sepertinya dia benar-benar lupa jika kedua orang tua Rea sudah lama meninggal. "Sorry, Re."
Rea terkekeh pelan, "dasar pikun!" Setelahnya, mereka lanjut mengobrol seperti biasa.
Cukup lama keduanya berbincang, hingga akhirnya seorang MC naik ke atas panggung dan mulai membacakan rangkaian acara Purnawiyata SMA Sastra Cendekia Angkatan Ke-45.
Acara dimulai dengan sambutan dari Kepala Sekolah sampai sambutan pidato perwakilan siswa kelas X dan XI.
Rangkaian acara terus berlanjut hingga prosesi pelepasan selesai. Kini tibalah saatnya untuk para MC membacakan nama-nama 3 lulusan terbaik dari masing-masing jurusan serta nama para siswa berprestasi.
Jangan heran kenapa netra Rea terlihat berbinar sekarang ini. Tentu saja ia sangat antusias menunggu namanya akan di panggil. Rea tidak berekspektasi tinggi jika dirinya masuk nominasi 3 lulusan terbaik, tapi ia masih optimis namanya akan dipanggil dalam daftar siswa berprestasi. Pasalnya Rea pernah memenangkan 3 kejuaraan nasional dan 1 kejuaraan internasional dalam bidang akademik maupun non-akademik.
KAMU SEDANG MEMBACA
BECOME A DOCTOR [TERBIT]
Novela Juvenil•--Dilarang mengcopy ataupun plagiat dari segi apapun, karena author buatnya juga dari ide sendiri--• •--Berikan kritik dan masukan secukupnya, jangan lupa pake tata bahasa yang baik dan sopan yaa--• •--Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote dan k...