「 ✦ Putih Abu - Abu✦ 」

111 76 12
                                    

Saat suatu jalan gagal kau tempuh, maka tuhan akan memberikan seribu jalan yang lebih baik untukmu.

─── ⋆⋅☆⋅⋆ ──

Satu hari telah Gea lalui di rumah lamanya itu, tidak banyak yang berubah disana. Hanya saja terasa lebih sepi karena tak lagi terdengar canda tawa para anak-anak panti, apalagi suara riuh orang tuanya yang heboh sendiri dipagi hari.

Biarlah, cepat atau lambat ia akan terbiasa dengan hal semacam ini.

Gea tersenyum geli saat melihat pantulan dirinya pada cermin. Mengenakan seragam putih abu-abu milik Rea yang terlihat masih seperti baru. Ah, Gea malah teringat saat kali pertamanya menginjak jenjang SMA.

Dengan girang kaki rampingnya melangkah keluar dari kamar. Ketika matanya menyusur sekitar, gurat bahagia tergambar diwajahnya.

Ini adalah mimpi indah baginya. Tak disangka Gea dapat kembali menginjakkan kaki di rumah penuh kenangan itu setelah 9 tahun singgah di panti asuhan.

Meski saat kembali disini, ia telah hampir kehilangan segalanya. Tak apa, setidaknya Gea masih menyimpan semua dalam lubuk hatinya.

"Sarapan!"

"Iya, bentar." Gea melangkah menuju dapur dimana Rea memanggilnya.

"Makan tu sandwich."

Gea meraih sandwich yang entah darimana Rea dapatkan, kemudian melahapnya dengan tenang. Matanya seketika berbinar, rasa dari roti isi itu sangat mirip dengan yang biasa bunda buat dulu.

"Lo beli ini dimana?" lain kali Gea akan membelinya sendiri saat tak sempat sarapan di rumah.

"Buat sendiri."

Matanya membola sempurna. Ayolah, Rea pasti berbohong. Namun seperkian detik kemudian ia tak lagi mempermasalahkannya.

Ah, siapa peduli, yang penting makan ala-ala rasa masakan bunda.

Ia menghabiskan sarapannya dengan anteng, hingga tiba-tiba Rea menarik kerah seragam Gea. Kedua netranya memicing memperhatikan seragam yang melekat pada tubuh Gea.

"Punya gue," gumamnya pelan.

"Minjem, seragam gue masih basah." Gea menepis kasar tangan saudaranya itu.

"Lo nggak malu?"

"Ngapain malu?"

Rea menujuk name tag yang terjahit rapi disisi kiri seragam, "jelas-jelas itu nama gue."

Gea menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Benar juga apa yang Rea katakan. Meski nama panggilan mereka hampir mirip namun nama panjangnya sangat beda jauh.

"Yaelah nama gue juga hampir sama kaya lo."

"Nama lo Geazie Alfansya Maheswara, cuma sama alfansya-nya doang." Bagaimanapun Rea tetap tidak restu jika barang miliknya dikenakan orang lain, meski orang itu adalah saudara kandungnya sendiri.

"Masa bodo sama nama, nggak bakal ada yang perhatiin!"

Rea mengedikkan bahunya, dirinya jelas angkat tangan jika sudah beradu mulut dengan Gea.

─── ⋆⋅☆⋅⋆ ──

"HAHAHAHAHA, LO NGAPAIN PAKE SERAGAMNYA REA BUSET!"

Gea mengerucutkan bibirnya saat salah seorang sahabatnya mentertawainya habis-habisan. Ia lupa jika sahabatnya ini sangat teliti dalam hal apapun. Beda dikit langsung diomongin!

BECOME A DOCTOR [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang