17. Belanja

13 2 0
                                    

Siang hari, Sheyra langsung memboyong Zee dari kafe ke kantor Davin. Anaknya itu selalu bersemangat, langkah mungilnya seolah sudah hafal sampai mendahului sang ibu. Sheyra yang tengah menggandeng itu kesulitan mengontrol.

Karyawan di sana hampir semuanya senang dengan Zee, mereka selalu menyapa tiap kali Zee datang ke kantor. Kebanyakan dari mereka berdecak gemas, sampai pernah secara khusus menyiapkan hadiah untuk Zee.

Apalagi saat itu, kebetulan mereka melewati ruang meeting yang baru saja selesai meetingnya. Hampir semua karyawan yang baru keluar dari ruangan menghentikan langkah Zee dan Sheyra untuk berbincang sejenak. Beruntungnya, para karyawan ini mengerti bahwa mereka tidak boleh asal menyentuh Zee. Jadi mereka hanya mengajak bicara.

"Yayah!" seru Zee melompat riang

Sheyra langsung mengalihkan pandangannya, rupanya Davin juga baru keluar dari ruang meeting itu. Tadi, dia kira, ini hanya meeting proyek biasa, jadi tidak ada sangkut pautnya dengan Davin.

"Hai, anak cantik" balas Davin seperti biasanya, keberadaan beberapa karyawan di sana tidak mengubah sikapnya sedikitpun

Zee langsung mengulurkan kedua tangannya ke atas, jelas meminta sang ayah untuk menggendongnya, karena Sheyra sekarang jarang menggendong Zee, kecuali saat memandikannya. Sedangkan Davin kebalikannya, Davin hampir setiap saat bersama Zee pasti menggendong.

Begitu digendong, Davin langsung mencium kedua pipi Zee bergantian. Katanya rindu, padahal baru tadi pagi juga bertemu. Sheyra jadi heran sendiri.

"Say good bye ke om-tante, sayang!" tutur Davin pada Zee

Kedua tangan mungil Zee lantas melambai pada rombongan karyawan di sana. Membuat beberapa di antara mereka semakin gemas dengan tingkah anak itu.

"Saya duluan ya?" pamit Davin

"Baik, Pak" jawab para karyawan kompak

"Ayo, sayang!" tutur Davin sambil merangkul pinggang Sheyra dengan satu tangannya

Sheyra hanya mengulas senyum tipis sambil menunduk pada para karyawan, lalu mengikuti langkah Davin menuju ruangan. Sepertinya sosok Davin ini adalah impian bagi para karyawan perempuan yang masih lajang, sosok suami yang penyayang sekaligus ayah yang lembut. Sheyra bisa melihat tatapan itu di mata para karyawan perempuan.

Sejak sebelum menikah pun, Davin sudah jadi impian para pencari jodoh dan menantu. Semua itu karena karir cemerlangnya di usia muda, juga karena sikap baiknya yang tak pernah sombong atas kekayaannya. Sheyra tiba-tiba jadi was-was.

"Sayang" panggil Davin saat mereka sudah sampai di ruang kerja

"Hm?" sahut Sheyra tersentak

"Lagi ada masalah?" tanya Davin langsung

Sheyra menggeleng, "Nggak kok. Mas mau makan sekarang?"

"Boleh"

"Sebentar aku siapin ya?"

"Iya"

Saat Sheyra meletakkan paper bag nya di meja sofa, Davin mengejar Zee yang hampir masuk ke kolong meja kerjanya. Reflek Davin melindungi kepala sang anak yang hampir saja terbentur. Bukannya kapok hampir terbentur, Zee malah senang seolah menemukan tempat bermain baru di kolong meja kerja ayahnya.

Davin tak melarang, karena Sheyra juga jarang sekali melarang ketika Zee tengah mengeksplor sebuah tempat. Dia hanya awasi saja sang anak dan melindunginya seperti tadi. Barulah Davin bawa Zee menjauh dari meja itu saat Sheyra selesai siapkan makan siang mereka.

"Nada udah resmi resign, Shey" ujar Davin membuka obrolan

Sheyra mengangkat kepala, "Oh ya? Lancar, kan?"

Bundle of Joy || Kim Doyoung & Kim SejeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang