25. Trauma

21 3 0
                                    

Hari kelima dirawat, akhirnya Sheyra diperbolehkan pulang ke rumah dengan berbagai syarat. Aktivitas Sheyra tidak boleh terlalu berat dan disarankan untuk menggunakan kursi roda saja selama beberapa hari ke depan.

Cedera paling parah di kaki Sheyra itu memang di pergelangan kaki kanannya, kaki kirinya aman-aman saja, hanya ada beberapa bagian saja yang memar membiru. Sebenarnya bisa saja Sheyra gunakan tongkat untuk beraktivitas, tapi ternyata kaki kirinya turut kehilangan kekuatan. Lemah sekali rasanya, tidak bisa berdiri terlalu lama.

Dokter sempat curiga ada cedera dalam di kaki kiri Sheyra itu, sampailah Davin minta untuk dokter lakukan tes secara keseluruhan. Beruntungnya, hasil tes menunjukkan semuanya baik, tidak ada yang salah juga dengan kaki kiri Sheyra itu. Dokter menjelaskan bahwa itu adalah pengaruh dari kondisi tubuh Sheyra yang belum pulih betul. Semuanya akan berangsur normal seiring kondisi tubuh Sheyra yang membaik.

Sebelum benar-benar pulang, Davin sudah siapkan semua peralatan Sheyra di rumah. Mulai dari kursi roda dan tongkatnya. Bahkan Davin juga pindahkan barang-barangnya ke kamar bawah, termasuk kamar Zee. Sheyra pasti enggan berjauhan dengan Zee, makanya Davin lakukan semua itu.

Sesampainya di rumah, Davin yang melakukan semuanya untuk Sheyra. Dia yang menggendong Sheyra dari mobil ke kursi roda, dia juga yang mendorong kursi roda itu masuk ke rumah. Selain kondisi fisik yang belum pulih sempurna, kondisi mental Sheyra juga masih sangat buruk. Dia masih banyak melamun dan berujung menangis sendirian. Makanya, Davin tak pernah tinggalkan Sheyra sendirian.

"Zee sama Ibu sini, sayang" ujar Sheyra begitu duduk nyaman di kursi roda

Seruni yang menggendong Zee itu lantas menaruh si cucu ke pangkuan ibunya. Sudah lima hari mereka pisah tidur, bertemu pun hanya beberapa jam dalam sehari. Zee mulai bisa mengerti kalau kondisi ibunya kurang baik, tapi dia tetap saja rewel saat jadwalnya ke baby gym dengan diantar Nathan dan Nada.

Davin mendorong kursi roda Sheyra sampai masuk ke ruang tengah. Lalu, dia kembali lagi ke garasi untuk mengambil barang-barang. Hanya ada Zee di dekat Sheyra sekarang, karena Seruni masih bersama Davin di garasi.

Perlahan, Sheyra dekap tubuh Zee di pangkuannya. Ingatannya tentang kejadian lima hari lalu terputar lagi hanya karena dia lihat tempat kejadian. Tangga, tralis, dan lantai yang menjadi saksi betapa sakitnya Sheyra malam itu.

Tiba-tiba, air mata Sheyra sampai lagi di ujung pelupuk. Dia sendiri tak paham kenapa jadi begitu mudah menangis akhir-akhir ini. Dalam hatinya sudah berusaha ikhlas, bahkan secara sadar pun dia sudah merelakan. Tapi, alam bawah sadar Sheyra masih inginkan kejujuran, kejujuran bahwa kehilangan itu bukan perkara mudah.

"Zee, mandi dulu, yuk!" ujar Davin sambil melangkah mendekati istri dan anaknya

Sheyra buru-buru menyeka air matanya sebelum Davin melihat. Dia yakin kalau Davin sudah sangat bosan menghadapi tangisannya beberapa hari ini. Biarkan Sheyra simpan saja kali ini, karena Sheyra tahu kalau Davinpun rasakan kehilangan, tapi Davin berusaha kuat demi dirinya.

"Yayah" lirih Zee sambil mendongak menatap sang Ayah yang tengah menaruh koper di dekat meja

"Iya, mandi sama Ayah, yuk! Udah sore, sayang" balas Davin

"Ibu" lirih Zee sambil menyandarkan kepalanya di dada Sheyra

"Ibu belum bisa, sayang. Zee mandi sama Ayah dulu ya?" bujuk Davin yang kini berjongkok di depan kursi roda Sheyra

"Atau mau sama Nenek aja? Nanti kita main busa, mau?" sambung Seruni yang membantu Davin

"Sama Nenek aja ya?" bantu Sheyra

Akhirnya Zee mengangguk kecil dan bersedia berpindah ke gendongan sang Nenek. Sebenarnya, baru sekitar sebulan ini, Sheyra dan Davin ajarkan pada Zee tentang apa saja bagian tubuhnya yang tidak boleh dia perlihatkan pada laki-laki, termasuk sang ayah.

Bundle of Joy || Kim Doyoung & Kim SejeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang