34. Definisi Sembuh

23 5 0
                                    

Figur suami dan ayah yang paling sempurna di mata Sheyra kini hanya ada pada Davin. Sosok laki-laki bertanggungjawab yang tak pernah meninggalkannya apapun kondisi yang terjadi, sosok tegar yang rela menyembunyikan perasaannya hanya untuk menenangkan Sheyra.

Davin tidak ada duanya, hanya Davin yang mampu begitu bagi Sheyra. Dia sudah lama kehilangan figur ayah, dan kini Davin menunjukkan semuanya secara sempurna.

Sudah genap dua bulan berlalu sejak peristiwa itu, sudah tak pernah terbahas lagi tentang itu, sudah tak ada lagi rasa sakit fisik karena efek sampingnya. Bahkan kaki Sheyra juga sudah bisa dikatakan sembuh total, dia tak perlukan alat bantu apapun. Sheyra sudah sembuh, secara fisik.

Namun, apakah batinnya demikian? Jawabannya adalah tidak. Sheyra masih suka diam-diam menahan pilu saat membuka lemari pakaian Zee dan menemukan pakaian bayi di dalamnya. Pakaian yang dulu Sheyra siapkan saat Zee masih dalam kandungan.

Tak berhenti di situ, buku pemeriksaan Zee sejak baru lahir hingga kini juga menggugah sisi trauma Sheyra. Dia lihat bagaimana perkembangan Zee dalam kandungan dulu dalam sebuah foto hitam-putih. Sheyra jadi mulai berandai, apakah jika peristiwa itu tidak terjadi, kini dia tengah mengandung? Apakah jika peristiwa itu tidak terjadi, kini Zee tengah bercengkerama dengan calon adiknya di balik perut buncit Sheyra?

Sakit. Sheyra rasakan sakit yang tak mampu dia definisikan. Semuanya terlalu mendadak untuk dicegah, semuanya terlalu cepat untuk dihalangi, semuanya terjadi begitu saja.

Di saat seperti itu, Sheyra berusaha mendatangkan pikiran warasnya. Berusaha berpikir bahwa apapun tak akan bisa mengubah yang telah terjadi, Sheyra hanya punya satu pilihan, yaitu melanjutkan hidup. Dan tentunya, dia memilih itu.

Sheyra menghela nafas pelan sambil memandangi penampilannya di depan cermin. Hari ini adalah hari Minggu, tepat dimana mereka sekeluarga akan pergi ke Bandung untuk mengantar Seruni pulang. Akhirnya, Seruni pamit setelah dua bulan penuh di rumah itu bersama Sheyra. Sheyra sendiri tak bisa menahan, dia sadar diri bahwa bundanya itu telah melakukan banyak hal untuknya. Sheyra juga harus bisa mulai melakukan banyak hal lagi seperti dulu.

"Sayang"

Sheyra tersentak, kepalanya reflek menoleh pada connecting door yang membatasi ruang tidur dengan walk-in closet. Tak lama setelah Sheyra menatap ke sana, pintu itu tampak terbuka dari arah berlawanan, dan muncullah Davin dengan santainya.

"Kamu udah siap belum?" tanya Davin sambil bersandar di pintu

"Udah. Lama ya?" balas Sheyra merasa bersalah

"Iya, lama, tapi it's okay, Mas udah biasa" sahut Davin

Sheyra memicingkan matanya, lalu berdecak pelan. "Nyindir nih ceritanya"

"Iya" jawab Davin santai

Entah kenapa Sheyra jadi terpancing, dia akhirnya maju dan melampiaskan kekesalannya pada pukulan-pukulan ringan di lengan Davin. Tapi Davin memanfaatkan momen itu untuk menarik pinggang Sheyra hingga tubuh mereka berdua saling menempel. Akhirnya, Sheyra menghentikan aksinya.

"Cantik" lirih Davin tepat di depan wajah Sheyra

"Iya, makanya nggak usah protes kalau aku lama" balas Sheyra masih tak terima

Davin tertawa pelan, lalu tanpa aba-aba, Davin mencuri sebuah kecupan di bibir Sheyra. Sheyra reflek mundur, membuat sentuhan kedua bibir itu terlepas. Davin ikut mundur, tapi senyum isengnya tak tertahan.

"Kebiasaan banget deh" lirih Sheyra

Di momen itu, Davin kembali mencuri kesempatan. Dia maju lagi untuk mencuri kecupan yang kedua. Kali ini, Sheyra tak sempat mundur, karena Davin yang melepaskannya lebih dulu.

Bundle of Joy || Kim Doyoung & Kim SejeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang