ᵉᶦᵍᵗʰ

96 30 0
                                    

✎✎✎

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✎✎✎

"gua kesini mau bawain cemilan buatan Nyokap gua" Jun menaruh sebuah plastik putih yang berisi satu kotak brownies, dua kotak sedang kue sus dan empat kotak kecil berisi puding susu ke atas meja makan.

"udah lumayan lama gua berdiri ngetuk pintu rumah tapi gaada yang keluar, gua kira emang lagi gaada orang. ternyata Hara baru pulang, kata dia lo ada di dalam rumah" ucap Jun panjang lebar.

"sorry, gue emang ga denger apa apa" jawab Hani sembari mengeluarkan isi kantong putih itu.

meski awalnya Hani berniat ingin sembunyi, tetap saja ia tak benar benar melakukan nya. apalagi mendengar Arjun yang tengah membawa tentengan makanan, mana bisa Hani menolak.

"gapapa"

"btw bisa ngobrol sebentar ga? gua tunggu di ruang tamu" Jun lantas berjalan meninggalkan Hani yang kebingungan di dapur.

setelah sedikit mengatur kue kue tadi ke dalam kulkas, Hani pun pergi ke ruang tamu sesuai dengan permintaan Jun yang ingin mengobrol dengan nya.

terlihat Jun duduk di sofa sembari melamun, Hani mendekat lalu ikut duduk di sofa berhadap hadapan dengan Pria itu.

"sampein makasih gue ke Nyokap lo ya, makasih juga buat lo udah bawain kue nya. btw lo mau ngobrolin apa-"

"kak?" lanjut Hani kikuk, aneh rasanya jika ia menyebut Pria yang berselisih 4 tahun lebih tua dari nya ini tanpa panggilan 'kakak'.

Jun hanya tersenyum tipis melihat tingkah Hani seperti itu.

"sama sama"

"emm gua mau bahas tentang perjodohan kita"

"jadi, lo serius bakal terima?" Hani pikir Jun ini terlalu to the point.

sepertinya Hani merasa akan canggung selama obrolan.

"jujur ya, gue sama sekali gaada pikiran buat terima. maaf sekali lagi tapi rasa nya gue ragu sama hal ini" Jun mengangguk mendengar jawaban Hani.

"sama, gua juga sebenernya pengen bilang kalo gua nolak di jodohin. lo pasti berpikir karena kita ga kenal bukan? apalagi lo mungkin masih pengen fokus kuliah"

"iya, alasan gue juga itu. sayangnya gue gabisa dengan mudah bujuk Ayah gue kalo gue bener bener ga mau" Hani terdiam sebentar sebelum melanjutkan ucapan nya.

"Ayah gue selalu bilang kalo dia sekenal itu sama keluarga lo, terlebih lagi Ayah udah dapet banyak bantuan dari keluarga lo. gue juga ga enak kalo terus terusan ngeyel"

"kayak nya kalo masalah itu Ayah lo juga sering bantu keluarga gua, saling membantu"

"gua juga sebenarnya pengen banget bilang kalo gua ga mau tapi gua juga punya rasa ga enak, apalagi keliatan banget Ayah lo berharap sepenuh nya ke gua bukti nya udah ada pembahasan ini dari lama banget semenjak gua mulai deket sama Ayah lo setelah orangtua gua sendiri. gua cuman takut ga sesuai dengan harapan mereka" Hani seketika di buat bungkam dengan kata kata akhir Jun, bahkan Pria ini berpikir dirinya bisa saja tidak sesuai dengan apa yang di harapkan.

"dan juga-" jeda Jun,

"gua punya pacar. lo tau ga rasanya di suruh pisah dari orang yang udah lo sayang selama 5 tahun?, orangtua gua tetep nentang keras kalo gua masih menetap sama pacar gue, tapi gua udah terlanjur sayang" tutur Jun.

Hani kemudian melipat bibir ke dalam, nampak nya gadis itu mulai sibuk berpikir bagaimana cara agar dirinya bisa terbebas, juga Pria yang di hadapan nya ini bisa kembali ke pacar nya saja.

lagipula Hani tidak amat mengerti atau perduli masalah kasih sayang Jun pada pacarnya, yang jelas Hani hanya akan mencari cara.

"sebenarnya gua udah kepikiran ini sih. kayaknya gua bakal coba nerima dulu perjodohan nya. tapi gua punya peraturan dan cara tersendiri yang belum bisa gua kasih tau ke lo sekarang" selanjutnya Hani terdiam mendengar penuturan Jun yang berkata akan mencoba menerima.

apa katanya? mencoba? dirinya pikir pernikahan itu percobaan semacam eksperimen begitu? Hani tidak habis pikir.

namun Hani juga kepo dengan yang katanya peraturan dan cara tersendiri Pria ini. mengapa tak ia katakan sekarang saja? masa bodoh dengan terima atau tidak nya Hani sudah memutuskan akan mencoba meredakan egois nya, semoga saja ide dari Pria ini masuk akal.

"terus kapan lo mau ngasih tau?" tanya Hani.

"hari di mana acara lamaran itu tiba, tepatnya seminggu kemudian"

"HAH?-"

"ehm sorry maksudnya lo tau darimana?" tanya Hani lagi.

"kan rencana nya udah dari lama, pasti bener bener mateng semua, makanya gua tau"

apa Hani akan di buat pusing lagi? mengapa Ayah nya tidak pernah membahas itu pada diri nya? sudah kesekian kali Hani merasa seperti gadis kolot yang tidak tau apa apa.

mungkin kehidupan seterusnya seperti akan lebih banyak kejutan yang muncul dan Hani harus bisa mempersiapkan diri.

✐✐✐

unconsidered ⚊ jihoon treasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang