"Kemana saja kamu?" Suara dingin Denias menatap tajam anaknya.
Tak kunjung mendapat jawaban kini Denias menghela nafasnya lelah.
"Arkan sampai demam mikirin kamu, dia-
"Arkan demam?" Arta menyela ucapan ayahnya dan segera pergi ke kamar adiknya itu.
"Huh anak itu" Denias menglelah.
Arta kini sudah di rumahnya, saat baru sampai Denias langsung memanggilnya ke lantai 3 ruangan tempat Denias bekerja di rumah. Seberapa kali pun Denias bertanya Arta tidak menjawab dari mana dirinya.
Dan benar saja saat ini keadaan Arkan sanagat panas, dia demam. Gina menemani anak bungsunya itu namun arkan terus memanggil nama Arta.
"Bun.." panggil Arta pelan membuat Gina menoleh padanya.
"Dari mana saja kau?! Bunda sangat mencemaskan mu!" Pekik Gina dan langsung memeluk tubuh Arta.
"Maafin arta yang ngilang kemarin bun" cicit Arta pelan.
"Sekarang kau sudah pulang, jangan pergi tanpa kabar lagi ya sayang" Gina masih memeluk erat Arta, dan Arta membalas pelukan itu erat.
"Bang ataa~" lirih arkan membuat atensi dua manusia itu beralih padanya.
Arkan sedari tadi hanya memanggil manggil nama arta, dia bahkan menangis lirih sedari tadi.
Arta melepas pelukan mereka dan menghampiri arkan yang terbaring lemah itu.
"Baru gue pergi sehari lo udah gini, gimana kalo gue mati hehehe" celetuk Arta membuat gina memukul tangannya cukup keras.
"Omongan mu arta" Gina menatap tajam anak tengahnya itu.
"Nanti dia nyusul kalo lo mati" kini celetukan terdengar dari arah pintu kamar Arkan.
"Heh bang Beni juga ya, gak baik ngomong kaya gitu, kalian jangan bahas gituan" Gina merasa kesal sekarang mendengar celetukan anak anaknya.
"Hehe becanda bun, maaf" kekeh Beni menghampiri arkan ke kasurnya.
"Belum bangun juga?" Tanya beni yang mendapat gelengan dari bundanya.
"Jadi belum minum obat sama sekali?" Tanya Arta dan sama mendapat gelengan dari Gina.
"Ayah udah panggil dokter buat ke sini, tadi Arkan nolak gak mau di bawa ke rumah sakit" Denias yang baru bergabung juga duduk di ujung kanan kasur Arkan.
-----------------------------------------
"Gimana kata dokternya?" Tanya Ara pada galan yang saat ini duduk di sofa di ruangan Aery di rawat.
"Dia sudah bisa pulang" jawab Vernon merebahkan punggungnya pada bantalan sofa.
"Baguslah, apa sebaiknya kita ajak dia ke apartemen kita?" Ara khawatir setelah tau hubungan aery dan ibu tirinya bagaimana.
Ara sempat tidak percaya namun kemarin setelah ia mendengar dan melihatnya sendiri ia menjadi geram dan kesal pada ibu tiri aery.
"Tidak, nanti ibu tirinya semakin gila kalo kita bawa dia pulang bareng kita" balas Vernon sedikit frustasi mengingat keadaan adiknya di rumah itu.
Skip
Saat ini Aery sudah kembali ke rumahnya, vernon langsung pulang karena katanya bundanya Ara mengamuk di rumah sakit, aery ingin beristirahat namun ibunya memaksa dirinya untuk belajar piano karena dia sudah mendekati perlombaan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEE SMILE
Teen FictionCerita ini tentang seorang remaja yang jatuh hati pada pandangan pertama, Arta Geonathan. Arta menyukai gadis manis itu, namun dia tak berani untuk melangkah dan mengutarakan isi hatinya, dia hanya ingin membuat gadis itu bahagia, karena dia yakin j...