BAB 07

40 30 16
                                    

Jam menunjukkan pukul 23.15 namun tidak menjadi masalah bagi seorang gadis yang kini duduk di sofa empuk di taman belakang rumahnya.

Gadis itu terus menatap langit, walau tidak ada bintang satupun di atas namun ada bulan yang bersinar terang.

Gadis itu terus menatap langit malam itu, hingga air matanya turun membasahi pipinya, ia menangis namun bibir nya tersenyum, tersenyum sangat indah.

Saat siang dia akan menjadi gadis penurut, ceria dan pemain piano handal. Sedangkan di malam hari dirinya akan berubah menjadi gadia pemurung, cengeng, dan tentu saja melepas semua topeng yang ia pakai.

"Hiks..hiks..huhuhuhu" gadis itu menangis tanpa ada yang mendengar.

LYORA CHAERYNA, Anak bungsu dari 4 bersaudara. Aery gadis yang ceria dan manis saat kecil, namun semua itu hanya menjadi topengnya setelah ibunda nya meninggal, lalu ayah nya menikah kembali dengan janda beranak 3 yaitu kakak tiri aery saat ini.

Ibu tirinya sangat baik dan pengertian, namun itu hanya pada anak kandungnya. Tidak pada Aery, dia membenci bahkan sering menghina aery dengan kekurangan aery.

Aery bisu dan tuli, dia tidak bisa bicara ataupun mendengar, namun ia di paksa ibu tirinya untuk bermain piano, bahkan kini dia menjadi terkenal, namun tidak ada satupun yang tau aery dengan kekurangan nya itu.

"Bunda...aery kangen bunda...bunda jahat pergi ninggalin aery...aery sakit tinggal disini, ayah gak tau sikaf ibu tiri jahat itu, ayah bahkan gak pernah tanya aery lagi bunda...hiks" Batin aery berteriak pilu.

Andai aery bisa bicara, dia akan berteriak dan memberi tahu ayahnya bahwa dia sering di siksa oleh ibu tirinya itu.

Aery menangis di taman itu hingga tengah malam, dia harus tidur agar besoknya dia tidak merasa sakit dan kembali di marahi ibu tirinya.

---------------------------------------

"WOYYYY ARKAN LO MAU SEKOLAH ATAU KAGAK HAH?!" Teriakan itu berasal dari Arta yang kini menunggu arkan yang telat bangun itu.

"IYA BENTAR ELAH CEREWET AMAT SIH JADI ORANG!!" Balas Arkan berteriak dan berlari menghampiri Arta.

"Lama kaya cewek!" Ledek Arta dan melemparkan helm untuk Arkan.

"Cerewet kaya cewek!" Balas Arkan menangkap helm itu dan memakai nya.

Arta memutar matanya malas, adiknya itu sangatlah menyebalkan.
Arta membawa motor untuk ke sekolah hari ini karena beni dan kedua orangtuanya pergi keluar karna ada urusan penting jadi kedua mobilnya tidak ada.

"Ayo cepet naik"

"Iya iya"

Sesampainya di sekolah mereka segera menuju kelas masing-masing karena memang sudah bel, untung saja guru belum masuk ke kelas mereka.


"Lo kok telat" tanya vano duduk di sebelah Arta.

Mereka kini sedang di kantin karena sudah waktu istirahat.

"Tuh gegara ayam satu" jawab Arta menujuk Arkan dengan dagunya.

"Heh gue kan gak sengaja kesiangan nya juga" tak terima Arkan bahkan menunjuk Arta dengan sendok bekasnya.

Benar Arkan kesiangan karena biasanya bundanya yang membangunkan mereka, namun tadi Gina pergi pagi sekali dan tidak sempat membangunkan mereka, alhasil arkan bangun kesiangan.

"Bang Arta bawa motor?" Tanya Mahen.

Arta mengangguk dia kini fokus memakan makan siang nya. Begitu juga yang lain mulai fokus untuk makan.

"Oh iya, Arkan pulang bareng gue lagi ya bang" mahen kembali bersuara.

"Kenapa? Bukannya tugas kelompok kalian udah selesai?" Selidik Arta merasa janggal.
Kemarin Arkan bilang tugasnya audah selesai dengan mahen.

"Anu...itu....

"Kan kita sekolah lagi, pasti ada tugas lagi lah!" Potong arkan cepat.

Arta sedikit mengernyit aneh, sepertinya mereka menyembunyikan sesuatu.

Vano tak peduli itu dia hanya fokus memainkan hp nya, Arta masih menatap kedua orang itu, arkan dan mahen sudah berkeringat dingin.

Teng tong teng tong teng tong ~

Bel masuk sudah berbunyi arkan dan mahen menghembuskan nafasnya lega dia harus berterima kasih pada kepala sekolahnya itu.

"Nanti pulang aja duluan ya bang!!" Teriak mahen dan berlari bersama Arkan.

"Aneh ya kan?" Tanya Arta pada vano.

"Apanya?" Tanya vano bingung.

"Itu, bukannya mereka seperti menyembunyikan sesuatu" jawab Arta masih memandang kedua orang yang berlari tadi.

"Mungkin dia mau jenguk temennya yang di RS, mereka kemarin juga kesana" celetuk vano enteng.

"Temen? Siapa? Dan kok lu tau?"

"Cewek, abang gua dokter kalo lu lupa"

"Heh ceweknya siapa? Iya lupa hehe"

"Arkan"

"Woy bener!!" Teriak Arta memukul kepala vano, dia kesal dengan jawaban enteng dari vano itu.

"Sakit bangke" keluh vano memegang kepalanya.

"Lagian jawab tuh yang bener anjir jangan asal celetuk!" Amuk Arta.

"Yaelah beneran anjir, itu cewek kayanya pacar si Arkan, dia sepupu si mahen!" Jelas vano membuat Arta terdiam.

Adiknya punya pacar?!! What the hel!!

"Kalo gitu lo ikut gue nanti buntutin mereka"

"Heh kagak mau gue!!"

"Pokoknya harus!"

"Gakk mau elahh anjir!!"

Arta tak mendengarnya, dia kini berlari masuk ke kelas, vano masih berteriak tidak terima dirinya harus ikut hal tak penting seperti itu, padahal vano sudah merencanakan pulang sekolah nya akan tidur dengan tenang, namun semuanya harus gagal karena ajakan si Arta.


.

.



"Heh kampret jalanan kaya lo bisa apa?!" Teriak vano menatap sengit ke lawan bicara nya itu.

"Berhenti ikut campur!" Ucap orang itu.

"Arkan buka mulut lo itu anjir....

Tbc.

Hayo tebak sebenarnya vano kenapa hayo:D

See u next chapter 👉

BEE SMILE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang