BAB 16

37 27 2
                                    

"INI YANG SELALU KAU LAKUKAN PADA ANAK SAYA?!" Suara penuh penekanan itu membuat siapa saja merasa takut, tak hal nya dengan wanita yang kini bergetar hebat sambil menunduk.

"I-itu... A-aku tidak tahu apa yang terjadi..." Lirih wanita itu dengan suara bergetar takut.

"Jelaskan semuanya." Titah lelaki itu dengan suara dingin nya.

"Dia terjatuh... Iya dia terjatuh saat mengambil barang di gudang" bohong wanita itu pada Hendery ayah Aery.

"Bukankah saya menikahimu untuk menjaga putri saya? Lalu kenapa dia sampai terluka parah, kenapa kau tidak membantunya?!" Hendery terlihat sangat marah, ia tak bisa  menahan amarahnya setelah melihat putri kesayangan nya terluka seperti itu.

"Dia... Dia-

"Apa kau menjadi lupa diri, apa kau pikir sekarang kau menjadi penguasa di rumah ini setelah saya menikahimu?!" Ucapan penuh tekanan di lontarkan kembali oleh Hendery membuat ibu tiri Aery sangat ketakutan, bahkan ia menangis sekarang dan menahan isakannya.

"Panggil anaknya kesini." Titah Hendery pada pengawalnya yang berdiri di sampingnya.

Wanita itu panik dan menggeleng keras, dia bahkan bersujud memohon agar Hendery tidak melakukan sesuatu pada anaknya.

"Ayah, ada apa?" Tanya gadis yang turun bersama pengawal hendery tadi.

"Claudia jujur apa yang terjadi selama ini?" Tanya hendery menatap dingin anak tirinya itu.

"Claudia gak tau, ta- tapi mama kemarin k-kurung aery di gudang..." Lirih Claudia pelan di ujung kalimatnya.

Hendery kini menatap nyalang pada wanita yang kini masih bersimpuh di depannya. Ingin sekali dia menendang nya saat ini juga, namun ia tahan, Hendery tidak setega itu untuk melukai orang yang masih berstatus istrinya.

Sedangkan dirumah sakit aery di rawat.
Gadis itu telah di tangani dokter, luka di kepalanya terbilang cukup parah, karena sepertinya kepalanya tertimpa benda berat, dan Aery kehilangan banyak darah membuatnya harus menerima donor darah, untung saja stock darah di rumah sakit ada yang golongan darahnya sama.

Gadis itu masih enggan membuka mata, dia nampaknya lebih menyukai berada di bawah alam sadarnya.

"Aery... Kau tidak ingin bangun? Cepatlah bangun" itu ucapan yang selalu vernon ucapkan selama ia menunggunya bangun.

Pemuda itu masih setia menemani aery sedari awal ia pindah kamar. Ara juga di sampingnya, mereka mengurus semua yang Aery butuhkan bilamana adiknya itu bangun nanti.

"Ini sudah hampir malam, kalian bisa makan dahulu biar saya yang menemani pasien" ujar Dokter Han yang menangani Aery sedari awal.

"Tapi dok saya-

"Kalian harus makan, sudah hampir 5 jam kalian duduk di sana, saya janji tidak akan meninggalkan pasien" bujuk dokter han lagi memotong ucapan vernon yang masih beralasan.

Akhirnya keduanya pergi ke kantin rumah sakit dilantai dasar, mereka juga tidak ingin sampai drop karena kelaparan, dan mereka mempercayai dokter itu, walau sebenarnya ada niat terselubung juga dari sikap dokter han.

Dokter Han nampak membuka ponselnya dan mengetikkan beberapa pesan, dan setelah itu tak berselang lama datanglah seorang pemuda ke ruang inap itu.

----------------------------------

"Kalian jaga diri ya disini, kami gak akan lama kok di New York nya" Gina memeluk tubuh anak anaknya dan menciumi puncak kepala mereka satu persatu.

"Iya bun, Beni juga bakal jaga kedua adek nyebelin beni" senyuman manis terpampang di wajah tampan beni, namun tidak untuk kedua orang yang merasa di jelekin itu, mereka menatap tajam kakak tertuanya itu dan menggerutu pelan hanya Arkan lebih tepatnya.

BEE SMILE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang