"Okay, dia sudah bisa pulang sekarang dan usahakan dia meminum obatnya tepat waktu, jangan biarkan dia terlalu banyak pikiran, dan usahakan istirahat teratur" jelas han pada vernon yang kini sudah siap untuk membawa pulang aery.
"Baik dok, terimakasih banyak" ujarnya dan sedikit membungkuk pada han.
"Sama-sama" balas han dengan senyum manisnya.
Han melihat ke arah aery yang sedang di bantu Ara untuk bangun dan bersiap pulang.
Ara menyadari tatapan si dokter dan sedikit mengangguk hormat dan dibalas senyuman oleh sang dokter.
Aery bangun dan menulis sesuatu di buku gambarnya, lalu ia menunjukkan nya pada han-
"Terimakasih banyak kak dokter, kamu sangat tampan"
Han tertawa membacanya, dia mendekat dan mengelus pelan kepala aery.
"Sama-sama" balasnya setelah mengusak kepala aery.
Gadis itu tersenyum lebar, membuat vernon dan ara ikut tersenyum. Mereka senang jika melihat senyuman bahagia adiknya itu.
Ting!
Suara ponsel han membuatnya pamit untuk keluar. Vernon dan Ara tentu mempersilahkan nya, begitu juga aery.
Han mengecek ponselnya untuk melihat siapa yang memberinya pesan.
Dahinya nampak mengerut, wajahnya berubah serius dan dingin. Dia berjalan cepat menuju ruangannya dan membuka jas putih dokternya dan segera pergi keluar menuju parkiran.
"Saya akan keluar" ucapnya pada suster yang berjaga di meja resepsionis.
Han langsung pergi tanpa mendengar apa jawaban suster itu, dia menuju mobilnya dan segera mengubungi seseorang.
"Siapin sekarang" ucapnya dan menutup sambungan itu.
Dia mengendarai mobilnya keluar area rumah sakit , dia juga membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi membelah jalanan yang untungnya sepi.
.
.
.
Han berhenti di depan sebuah rumah kecil, disana sudah siap sebuah mobil dengan beberapa orang di dalamnya. Juga ada beberapa bodyguard yang berjaga di sekitar mobil itu.
Han menghentikan mobilnya, dia keluar dan memberikan kunci mobilnya pada bodyguard yang berdiri di dekatnya. Dia langsung masuk ke mobil yang sudah siap itu, dia duduk di samping pengemudi.
"Cepet."
Han fokus menatap ke jalanan, dia mendapat pesan lagi dan segera membuka pesan itu.
Saat ia membukanya, ia bisa melihat sebuah titik merah yang maju di layar hp nya, sebuah pelacak. Jaraknya itu cukup jauh dari nya sekarang, maka dari itu bodyguard yang membawa mobil nya kini menginjak gas hingga kecepatan maksimal.
"Jangan sampai dia kenapa-napa" lirih han pelan.
Sekitar 10 menit, titik merah itu berhenti di satu tempat, wajahnya semakin gelap. Han benar-benar marah, dia takut orang itu terluka sedangkan dirinya masih sangat jauh.
Sekitar 30 menit lebih, akhirnya dia bisa melihat dua mobil yang terparkir di tengah jalan. Dia melihat beberapa orang sedang menodongkan senjata tajam dan pistol ke arah satu orang yang sangat ia kenali.
"Beni...." Lirih han pelan melihat keadaan orang itu.
Han mengeluarkan pistolnya, dia membuka kaca jendelanya dan sedikit mencodongkan tubuhnya keluar agar bisa menembak dengan benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEE SMILE
Teen FictionCerita ini tentang seorang remaja yang jatuh hati pada pandangan pertama, Arta Geonathan. Arta menyukai gadis manis itu, namun dia tak berani untuk melangkah dan mengutarakan isi hatinya, dia hanya ingin membuat gadis itu bahagia, karena dia yakin j...