BAB 14

29 23 1
                                    

"eunghh.." lenguh arkan mengerjakan mata nya.

Ia melihat keseliling kamarnya guna mencari kakak keduanya yang semalam telah kembali ke rumah.

Tidak ada, kamarnya kosong bahkan ia sudah memanggil manggil kakak nya itu namun tetap tidak ada jawaban.

Ceklek

"Udah bangun lo?" Suara menginterupsi lamunan nya.

Arkan menoleh ke pintu balkon nya, disana Arta sedang berdiri dengan laptop hitam miliknya.

"Kenapa?" Tanya nya lagi karena tak mendapat jawaban dari adiknya itu.

"Abang lo gak bakal ninggalin gue lagi kan?" Bukannya menjawab Arkan malah bertanya balik jangan lupakan suara serak nya khas bangun tidur.

"Gak akan" jawab Arta singkat.

"Hari ini sekolah?" Tanya arkan kembali.

"Minggu, sana kalo mau sekolah pergi aja biar leluasa lo di sekolah" jawab Arta dan menaiki kasur adiknya itu.

"Lah iya minggu anjir" kekehan arkan terdengar membuat Arta mendorong kepala nya pelan.

"Abang kemarin kemana?" Tanya Arkan dan kembali membaringkan tubuhnya di samping Arta.

"Kepo lo cil" sinis Arta membalikan badannya memunggungi arkan.

"Ih kan gue mau tau, dari mana ih?!" Arkan mengguncang keras badan Arta membuat sang empu berdecak kesal.

Arta bangun dan berdiri meninggalkan Arkan. Ia lapar dan akan turun untuk sarapan, sekarang jam 8 pagi, jadi pasti bundanya gina sudah memasak untuk mereka.

"Pagi bun" ucap Arta dengan senyuman cerahnya untuk sang bunda.

"Pagi sayang, ayo sarapan dulu" ajak Gina dan menyiapkan makanan untuk Arta dan yang lain.

Dan setelahnya semua keluarganya turun untuk sarapan, dimulai Denias, Beni, lalu Arkan yang kini duduk di samping Arta.

"Oh iya, nanti sore bunda sama ayah harus pergi ke New York" ucap Denias di tengah tengah makannya.

"Loh tiba-tiba?!" Tanya Arkan protes.

"Iya, kemarin ayah dapat kabar kalo perusahaan kemarin yang bantu perusahaan kita itu ternyata nipu kita, bahkan ternyata putra mereka itu orang yang ganggu kalian ya?" Denias menunjuk Arkan dan Arta, membuat kedua orang itu bingung.

"Dan kebetulan ada perusahaan lain yang udah bantu kita lagi, dan besok kita mau adain rapat penting disana, jadi ayah berangkat kesana nanti sore, sekalian bawa bunda buat healing" lanjut Denias tersenyum pada istrinya.

"Bentar ayah bilang anak dia ganggu kita? Siapa?" Tanya Arkan yang penasaran.

Arta hanya tersenyum kecil, kecil sekali bahkan semuanya tidak menyadari senyumannya.

"Namanya Dewa Jaenandra, beritanya udah nyebar keseluruh negri kalo dia itu pembully, bahkan sekolah udah keluarin dia dan teman temannya." Jelas Denias sambil memakan sarapannya kembali.

"Kalian kalau di sakiti kaya gitu lagi bilang ke kita ya, jangan di lawan sendirian" nasihat Gina kepada anak-anaknya.

"Jadi si dewa itu sekarang keluar sekolah? Terus siapa yang udah nyebarin beritanya?" Arkan tak henti-hentinya bertanya pada Denias membuat sang ayah berdecak karena makan nya terganggu.

"Iya dia keluar sekolah, perusahaan orangtuanya bangkrut, dan ayah gak tau orang yang udah nyebar berita itu" jawab Denias menatap serius anaknya. "Udah makan dulu" lanjutnya kala melihat Arkan yang hendak bertanya lagi.

BEE SMILE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang