0.3 pembawa sial

317 60 17
                                    

  Pagi haripun tiba, Lisa meregangkan kedua tangannya sembari menutup mulutnya yang menguap, dia menatap sekeliling ternyata sang Kaka masih tertidur di ranjang miliknya.

"Tunggu" Lisa menegakan tubuhnya ketika telah sadar sepenuhnya dia tentu kaget, jika sang ayah atau ibunya tau kakaknya itu tidur dengannya maka dengan jelas kakaknya akan mendapatkan masalah dan dia tidak mau hal itu terjadi apalagi dia yang menyebabkan masalah itu.

Lisa dengan cekatan membangunkan sang Kaka, Lisa terus menggoyang pelan tubuh yang lebih mungil darinya itu. "Eonni bangun sudah pagi, cepat pergi ke kamarmu aku tidak mau eonni mendapatkan masalah karena aku, eonni bangun" Lisa terus mengguncang badan itu walaupun sang empu tidak terusik sedikitpun.

"Eonni bangun atau aku siram pake air sekarang" ancam Lisa.

Jennie memang sudah bangun dari tadi namun dia hanya berpura pura tidur dia ingin lebih lama bersama adiknya itu. Jennie terkekeh kecil ketika sang adik terus menggoyang tubuhnya namun dia segera membuka mata saat gadis itu mengancam dirinya. "Aaa Lisa mainnya gak asik main ancam ancaman".

"Ya eonni tidur udah kaya kebo aja di bangunin susah" kesal Lisa bangun dari ranjang, hendak pergi ke kamar mandi hanya untuk membersihkan tubuhnya yang terasa lengket namun lengannya di cekal sang Kaka.

"Tunggu eonni, kita mandi bersama hari ini"

"Tidak, eonni cepat ke kamar, jika appa tau nanti eonni akan di marahi"

"Biarkan saja, emang kebiasaan appa marah marah kan?, Lagian eonni rindu pada adik eonni yang satu ini" Jennie menaik turunkan alisnya mencoba menggoda sang adik, namun Lisa tidak tertarik sedikitpun Lisa memutar bola matanya jengah dengan kelakuan Kaka keduanya itu.

"Eonni pergi atau..."

"Tuh kan mainnya ancaman lagi, iya iya eonni pergi sekarang tapi..." Jennie memajukan bibirnya memberikan kode agar sang adik mengecupnya di sana. Tentu saja lisa langsung memberikan apa yang kakaknya itu minta, salah satu kebiasaan Kaka beradik itu adalah mengecup satu sama lain.

"Gomawo, sana pergilah eonni mau bersiap, setelah ini tunggu eonni di depan nanti eonni antar Lisa ke sekolah, kita sarapan di jalan saja eonni sedang tidak ingin melihat ocehan keempat orang keras itu"

"Hishhh eonni itu juga keluarga kita tau". Jennie melenggang pergi dari kamar milik sang adik, dia ingin segera bersiap dan tidak sabar pergi dengan si poni hari ini.

"Lisa bagaimana kamu keluar? Appa belum membuka pintu gudang"

Sebelum Lisa membuka suara tangannya di tarik oleh sang Kaka.
"Aku yang membukanya appa"

"Kenapa? Appa sedang menghukum adikmu"

"Tidakkah cukup selama ini appa mendiami nya? Biarkan dia bebas appa, dia hanya melakukan kesalahan kecil jangan menghukumnya seberat itu"

Seo jeon bangkit dari duduknya menghampiri kedua putrinya yang baru saja menuruni anak tangga, dia geram pada si bungsu dia juga kesal pada anak keduanya itu.

"Kecil? Apa mempermalukan keluarga ini kau anggap masalah kecil Jennie? Sudahlah Jangan pernah mengurusi urusan appa Jennie, Lisa anak appa, appa harus menghukumnya"

"Mempermalukan? Bukankah selama ini appa yang mempermalukan diri appa sendiri, appa tidak memberikan Lisa selayaknya appa memberikan kami bertiga, anak? Anak apa, appa selalu menghukum Lisa seolah Lisa bukan anak appa, dan sekarang dengan entengnya appa mengatakan bahwa Lisa adalah anak appa, hahahaha lelucon mu sangat lucu appa. Dengar, dia adikku jika kalian tidak bisa memperlakukan nya dengan baik maka serahkan padaku. Jika kalian tidak mau menganggapnya keluarga cukup biarkan dia biar Jennie yang mengurus Lisa" setelah mengucapkan semua kalimat tersebut Jennie menarik tangan sang adik.

Baru melangkah beberapa centi suara bariton sang ayah kembali menggema di ruangan itu yang kembali membuat Jennie menghela nafas kasar.

"Berhenti Lisa" seo jeon menghampiri putri bungsunya dengan amarah yang siap meledak kapan saja. "Lihat, karena kau kakak mu berani menantangku, dia berani menaikan suaranya padaku, apa kau tidak malu? Aku membesarkanmu bukan untuk menjadi anak yang seperti ini"

"Cukup appa" lagi dan lagi Jennie membalas setiap kata yang ayahnya lontarkan untuk adik bungsunya itu. Kesal? Tentu saja dia kesal, adik kecilnya di perlakukan bagai sampah di keluarganya sendiri. "Hentikan setiap kata yang kau lontarkan untuk adikku, appa hanya akan menyakiti nya appa".

"Jennie apa ini caramu bicara pada ayahmu?" Tidak. Itu bukan suara seo jeon namun sang ibu, kali ini min Yeong ikut bersuara dia kesal harus selalu mendengar anak dan suaminya berdebat dan itu semua karena Lisa.
"Jangan meninggikan suaramu demi anak itu, apa gunanya membela dia, dia anak pembawa sial, pergilah biarkan Lisa hari ini eomma tidak akan mengizinkannya keluar".

Lisa meremas baju bagian bawahnya hingga kusut, ingin sekali dia pergi dari rumah ini, Lisa sudah muak dengan semua ini. Setiap hari keluarga nya harus berdebat hanya karena dirinya. Lisa marah pada dirinya kenapa dia harus dilahirkan jika harus tersiksa seperti ini, perkataan ibunya tentang dirinya membuat hati lisa kembali sakit. Anak sial kata nya.

"Eomma apa yang eomma katakan, dia putrimu, tega sekali eomma mengatakan hal menyakitkan seperti itu" Jennie dengan cepat menarik sang adik ke dalam dekapan hangatnya, Jennie menangkupkan kedua tangannya pada telinga Lisa, sungguh menyakitkan mendengar kata seperti itu dari ibu sendiri. Perlakuan Jennie tidak luput dari tatapan kedua saudarinya, mereka kesal pada Lisa tapi melihat kedekatan Lisa dengan Jennie mereka juga iri, mereka ingin seperti Jennie dekat dengan sang bungsu.

Teriakan demi teriakan terus terdengar di rumah bernuansa putih itu. "CUKUP, HENTIKAN aku mohon" Lisa berteriak di sertai deraian air mata membasahi pipi tirus nya. "Hentikan semua perdebatan ini, kalian bertengkar karena diriku bukan? Kalian tidak menginginkan aku hadir di keluarga ini bukan? Baiklah aku akan pergi dari sini"

"Apa apaan ini Lisa, apa yang kau katakan eoh?" Gadis yang sekarang berada di samping Lisa membalikan tubuh sang adik agar menghadap padanya, setelah mata mereka bertatap Jennie terus meminta jawaban dari perkataan sang adik.

"Eonni maafkan Lisa tapi Lisa harus pergi Lisa tidak mau karena Lisa kalian selalu bertengkar" gadis itu menunduk enggan untuk melihat mata sendu sang Kaka.

~~~~~

Walaupun yang baca makin sedikit g PP aku double up, ganti kmrin g up.

Happy reading guys, terimakasih udah baca plus vote, sehat selalu di lancarkan puasanya

BAHAGIA? (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang