0.16 sabuk

159 27 0
                                    

"Lisa kenapa sekolah? Bukan harusnya kamu istirahat?" Yeri duduk di bangku hadapan sahabatnya itu. Ia cukup khawatir atas kondisi Lisa saat ini.

"Aku baik baik saja Yeri"

"Kira kira siapa yah orang yang sudah menculikmu?" Yeri menatap mata Lisa lekat, iapun bertanya-tanya siapa orang yang berani dengan anak pemilik sekolah ini.

Lisa mengedikkan bahunya acuh, iapun tidak tahu siapa orang itu. "Sudahlah Yeri biarkan saja jangan terlalu di pikirkan".

~~~~~

Hye Kyo duduk melamun di kursi kebanggaannya, ia menatap intens pada dinding di hadapannya dengan sebuah photo dirinya Minho dan sang anak.

"Nak kapan eomma akan menemukanmu, maafkan eomma karena sudah meninggalkanmu pada seseorang, eomma sangat menyesal" ia meremas dokumen di hadapannya.

"Lisa" entah kenapa tapi Hye Kyo memikirkan gadis yang ia tabrak kemarin di rumah sakit.

"Ada apa ini, kenapa aku memikirkan dia, aku harus mencari tau siapa gadis itu" Hye Kyo meraih tas nya kemudian bangkit. Ia ingin menemui suaminya dan mengatakan tentang gadis itu.

~~~~~

Minyoung merenung sendirian di taman rumahnya, hari ini ia memutuskan untuk tidak pergi ke butik, ia sedang tidak mood untuk melakukan sesuatu. Entah kenapa tapi minyoung memikirkan masalalu, ia gelisah sekarang.

"Aish kepalaku pusing"

~~~~~

Malampun tiba, dimana makan malam ini yang seharusnya menjadi makan malam yang indah namun suara bariton kepala keluarga itu menghancurkan semuanya.

Entah apa yang terjadi tapi seo jeon datang dengan sebuah kertas ujian. Itu milik Lisa dan akan di pastikan malam ini adiknya tidak akan selamat. Pekik jisoo dalam hati.

"Park Lisa kemari kau" seo jeon melempar kertas itu tepat di wajah gadis berponi setelah gadis itu bangkit dari duduknya.

Ia menunduk karena sudah tau tentang ini.

"Nilaimu menurun Lisa, lihat ketiga kakakmu mereka tidak pernah mengecewakanku"

Lisa meremas kedua tangannya sembari tubuh yang mulai gemetar.

"Sampai kapan Lisa, sampai kapan kau akan mempermalukanku seperti ini"

"Mianhae appa" tubuh Lisa hampir tersungkur jika rose tidak memegangnya.

"Maaf mu tidak berarti Lisa, setiap melakukan kesalahan kau selalu meminta maaf tapi tidak pernah berubah"

"Kau memalukan Lisa"

Jangan taya kondisi Lisa saat ini seperti apa, ia melemas di pangkuan Kaka ketiganya dengan air mata yang sudah tidak dapat ia bendung lagi.

"Aku tidak membesarkan untuk ini, aku membesarkan mu untuk bisa berguna Lisa"

"Appa jebal, lihat Lisa dia ketakutan sekarang, besok aku yang akan mengajari lisa appa, sudahi ini yah" rose meminta pada sang ayah.

Rose hendak membawa Lisa naik ke atas namun langkahnya terhenti saat ayahnya Tiba-tiba menarik tangan Lisa secara kasar.

"Ikut aku"

Rose sudah menebak akan di bawa kemana Lisa saat ini, ia dan kedua kakaknya berusaha menjauhkan tangan seo jeon dari tangan Adiknya.

"Jangan appa, jangan bawa lisa ke gudang lagi" tutur Lisa memberontak mencoba melepaskan genggaman lengan sang ayah.

"DIAM" pekik seo jeon, teriakan itu menggema di semua sudut ruangan mansion.

Seketika semua orang yang ada diam mematung tidak berkutik begitupun Lisa, dia terus menunduk meremas tangannya sendiri.

"Baiklah aku tidak akan membawamu ke sana tapi sebagai gantinya" suara seo jeon tertahan kemudian ia menarik sabuk yang semula terikat rapih di pinggang kekar miliknya.

"Di sini" seo jeon kemudian mencabik punggung kurus anaknya beberapa kali, jeritan saling sahut menyahut di mansion, bagaimana sang ayah dengan entengnya memukul Lisa tanpa henti.

"Diam di sana Jennie, jika kau maju appa akan melakukan lebih dari ini" seo jeon mengancam pada mereka yang ingin menolong Lisa.

Dengan berat hati Jennie kembali ke tempat semula.

Muka jisoo sudah merah padam saat ini, ia marah pada seo jeon karena selalu melukai lisa tanpa ampun.

Sedangkan rose ia terduduk dengan Isak tangis yang memilukan setiap orang yang mendengar.

Lisa tersungkur di lantai saat lagi dan lagi ayahnya mencabik punggung rapuh itu. Air mata sudah tak dapat ia tahan. Sakit sangat sakit rasanya.

Lisa tidak mampu berontak jika situasinya sudah seperti ini, percuma juga dia memberontak. Semakin Lisa memberontak semakin ayahnya akan melukai terlalu dalam dan tanpa ampun. Pasrah? Itulah Lisa saat ini.

Tidak hanya cambukan yang Lisa dapatkan tapi pukulan, tendangan pun ia dapat dari sang ayah.

Siksaan ini sudah ia dapat dari kecil tapi tetap saja rasanya pedih.

Lisa sudah tidak berdaya sekarang, ia meringkuk kesakitan di atas lantai licin rumahnya.

Seo jeon melenggang pergi dari hadapan pasang mata yang menatap dirinya tajam.

Setelah ayahnya pergi dengan sempurna jisoo dan kedua adiknya berlari tergopoh meraih tubuh Lisa.

"Maafkan eonni Lisa eonni selalu tidak berdaya di hadapan pria jahat itu" Jennie merutuki ketidak berdayaannya itu. Ia tersipuh di hadapan adiknya dengan air mata yang sudah berderai.

"Jennie bantu eonni mengangkat Lisa"

Sebelum menaiki tangga menuju kamar Lisa jisoo dan kedua adiknya menatap tajam pada wanita di samping tangga itu.

"Eomma sama saja dengan dia" setelah itu keempat gadis park menghilang dari hadapannya.

Ia terduduk kikuk. "Maafkan eomma Lisa".

~~~~~

Prang....

Hye Kyo tidak sengaja menjatuhkan gelas yang sedang ia genggam, entah kenapa tapi perasaannya tidak karuan sekarang, ada yang mengganjal di hatinya tapi dia tidak tau apa itu.

"Yeobo ada apa?" Minho datang dengan panik ketika mendengar suara  barang pecah dari arah dapur.

"Aku tidak tau Minho tapi perasaanku tidak tenang saat ini, aku memikirkan anak kita" Hye Kyo menatap suaminya dengan tatapan kosong.

"Tenangkan dirimu, aku sudah mengerahkan suruhanku untuk mencari keberadaan anak kita, secepatnya dia akan kembali pada kita aku berjanji" Minho memeluk tubuh Hye Kyo yang sedikit bergetar.

BAHAGIA? (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang