0.26 amnesia

199 29 0
                                    

Gadis berambut blonde terduduk sendirian di tangga darurat rumah sakit, ia termenung memikirkan kondisi sang adik ia juga memikirkan kehidupan adiknya kedepan.

Rose menoleh saat ada seseorang menepuk pundaknya pelan.

Ia tersenyum tipis saat tau Kaka sulungnya yang menghampiri, ia kembali pada fokusnya di awal menatap dinding di depannya dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Kenapa di sini sendirian Hem?" Tanya jisoo ikut duduk di samping sang adik dan mengikuti rose menatap dinding di hadapannya.

"Eonni" rose menghela nafas sejenak sebelum kemudian kembali melanjutkan ucapannya.

"Bagaimana jika Lisa di bawa pergi oleh orang tuanya" rose mengalihkan fokusnya dari dinding dan kemudian menghadap sang Kaka.

"Eonni juga takut rose tapi mau bagaimana pun mereka orang tua Lisa, mereka berhak atas Lisa"

Bukan jisoo pasrah tapi faktanya memang seperti itu. Lisa juga berhak tau siapa orang tua kandungnya.

"Tapi eonni Lisa sudah mereka buang. Lisa juga mewarisi nama appa di depan namanya, bagaimana mereka bisa membawa Lisa"

"Memang Lisa tertulis sebagai anak appa dia bagian dari park tapi bagaimanapun darah appa tidak mengalir di tubuh Lisa" jisoo merangkul sang adik kemudian ia sandarkan kepala adiknya pada dada miliknya. Ia usap kepala itu dengan sayang.

"Kuatlah chaeng demi adikmu".

Rose bangkit menghapus air mata itu kemudian memeluk sang Kaka dengan sangat erat, ia mengangguki ucapan Kakanya.

"Kau benar eonni aku harus kuat demi Lisa, memang benar mereka orang tua lisa tapi bagaimanapun Lisa adikku, sebelum lisa memutuskan sendiri dia akan tinggal dengan siapa maka aku akan terus berdiri di sampingnya".

Jisoo menangis terharu mendengar perkataan adiknya, ia kecup beberapa kali wajah cantik rose.

~~~~~

Di ruangan mewah itu sangat hening hanya ada kecanggungan saat ini, dimana semuanya berkumpul di sana keluarga park dan keluarga Lee ada di sana mendampingi gadis yang saat ini masih terbaring di atas kasur.

Semua alat yang menempel di tubuh Lisa memang sudah berkurang hanya menyisakan infus di tangan, selang NGT untuk membantu Lisa memasukan makanan ke dalam ususnya, masker oksigen yang menempel untuk membantu nya bernafas, alat kecil yang menempel di ujung jari Lisa untuk membantu mengontrol detak jantung dan selang kateter untuk membantu Lisa mengosongkan kandung kemih.

Dokter bilang lisa akan bangun dalam waktu 15 jam tapi sekarang waktu sudah terlewat satu hari tapi mata bulat itu masih tertutup dengan rapih.

Kemarin malam lisa sempat mengalami kejang lagi namun tidak berakibat fatal untuknya.

Dokter Lee hari pagi ini datang untuk memeriksa kondisi Lisa.

"Bagaimana dokter apa ada kemajuan pada putriku?"

"Semuanya cukup baik, detak jantung pasien normal, tensi darahnya juga rendah, semoga tidak terjadi kejang lagi karena jika itu terjadi Lisa akan sulit untuk terbangun"

"Kapan putriku akan bangun" seo jeon bertanya menghampiri dokter ber marga Lee itu.

"Harusnya Lisa sadar beberapa jam lagi tapi saya akan terus memantau itu tuan"

Seo jeon mengangguk setelah dokter Lee membungkuk sopan.

"Mimpi apa kamu nak sehingga sangat sulit untukmu membuka mata" minyoung yang memang duduk di kursi samping ranjang Lisa mengusap wajah Lisa yang dengan pelan, takut sang putri kesakitan karena di kening Lisa terdapat perban yang menempel akibat luka yang cukup serius di sana.

Setelah beberapa jam di ruangan itu hening, minyoung yang menggenggam lengan Lisa merasakan ada pergerakan di sana.

"Seo jeon-a lihat putriku! Putriku lengannya bergerak" minyoung berdiri menatap lekat wajah putrinya.

Semua yang mendengar pekikan minyoung datang menghampiri ranjang Lisa. Mereka bisa melihat ada pergerakan dari kedua mata Lisa.

"Soo-ya panggil dokter cepat" setelah mendapatkan perintah dari sang ayah jisoo berlari memanggil dokter, saking bahagia di sertai khawatir sampai-sampai mereka tidak sadar jika di atas kepala Lisa ada tombol darurat untuk memanggil dokter dan suster.

"Lisa nak! Dengar eomma" minyoung terus berusaha menyadarkan putrinya karena sedari tadi Lisa tidak mau membuka mata, mata lisa terus bergerak kesana kemari di sertai ringisan keluar dari mulut Lisa di balik masker oksigen.

Melihat reaksi Lisa membuat semua anggota keluarga cukup khawatir.

"Nak buka matamu, appa eomma dan eonni mu di sini, buka matamu sayang" minyoung terus berusaha.

"Eo-eomma awshh" mata itu masih terpejam tapi mulutnya bergerak memanggil nama sang ibu di sertai beberapa ringisan.

"Eoh eomma di sini" minyoung beberapa kali mengecup lengan Lisa karena bahagia putrinya memanggil nama dirinya

Mata yang bergerak kesana kemari akhirnya terbuka secara perlahan, gadis itu beberapa kali mengerjap menyesuaikan cahaya yang masuk pada indra penglihatannya.

Setelah mata itu terbuka dengan sempurna Lisa dengan spontan memegang bagian perut kemudian ia memegang bagian kepala di sana terasa sangat sakit.

"Eomma ini sangat sakit" Lisa bersuara dengan suara terbata menahan sakit di area yang ia pegang.

Minyoung mencegah Lisa yang ingin mencengkram bagian perutnya.

"Hey jangan nak, jangan terlalu kencang memegangnya".

"Lisa" seo jeon datang mendekat, saat ia ingin memeluk putrinya tiba-tiba Lisa menahan pergerakan seo jeon.

"Ahjussi, nuguya?".

Tentu saja seo jeon terkejut, tidak hanya seo jeon tapi semua orang yang ada di sana sama terkejutnya.

"Ada apa denganmu nak, jangan bercanda. Dia appa mu" minyoung bertanya pada Lisa namun yang ia lihat respon Lisa sangat mengejutkan, Lisa mengerutkan keningnya bingung.

"Appa?" Minyoung mengangguki ucapan sang anak.

"Lisa Ingat eonni?" Jennie maupun rose sama terkejutnya saat respon Lisa kembali sama seperti respon dia pada sang ayah.

Sekarang Minho maupun Hye Kyo maju mendekat pada ranjang Lisa dan ikut bertanya.

"Nak kau ingat kami? Hye Kyo ahjuma dan Minho ahjussi" kedua manusia itu membekap mulut mereka saat lagi dan lagi respon Lisa hanya mengkerut kan keningnya.

Hye Kyo rasa mereka sudah terlalu dekat jadi tidak mungkin Lisa bisa melupakan mereka seperti ini.

"Eomma siapa mereka Kenapa mereka semua ada di sini"

"Eoh tunggu, kenapa Lisa di sini eomma?" Lisa menatap lekat mata sang ibu menunggu jawaban.

"Lisa tidak ingat? Lisa kecelakaan karena menolong appa" minyoung menjawab pertanyaan putrinya dengan sekuat tenaga ia menahan Isak tangis.

Lisa terdiam beberapa saat ia berfikir dengan keras alasan ia bisa terbaring di sini.

Setelah cukup lama ia bergulat dengan fikirannya. Semua di kejutkan dengan reaksi Lisa yang berteriak kesakitan.

"Aaa eomma ini sakit sekali" Lisa memegang kepalanya dengan sesekali meremas, ia tidak ingat apapun.

"Eomma sakit".

Semua yang ada di ruangan Lisa kalang kabut saat Lisa terus meremas kepala itu dengan terus berteriak histeris.

BAHAGIA? (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang