part. 11

618 72 8
                                    

_
_
_

Jimin tak sapat membendung air
matanya mengingat Yoongi,
rasanya Yoongi yang ada di
ingatannya memang sudah
berbeda.

Hyeong, apa kamu sangat
sibuk, kenapa tak pernah
balas email ku.
Udah sebulan daddy gak
ada, papi juga akhi-akhirnya
sering dirawat di rumah sakit, aku sangat sedih, tapi
aku berusaha untuk tidak
terlalu sedih, karna kalau
aku juga sakit pasti papi
fikiran.
Rasanya gak mampu jika terus terusan kehilangan.

Hyeong, kapan kamu pulang, aku, kamu ingat gak kalau aku paling tidak suka menunggu, karna aku pernah menunggu seseorang tapi dia tak pernah kembali.
Bukan kah kamu bilang kamu gak sama dan kamu pasti akan secepatnya kembali......

Yoongi membaca banyak email email lama Jimin, tapi pesan Jimin yang satu ini terus mengganggunya.

Drrrttt
Hp di tangan Jimin bergetar.
" aku membaca email mu, kamu bilang pernah menunggu seseorang dan dia tak pernah kembali, siapa orang itu ?".

Jimin terdiam, dia bahkan sudah lupa entah tahun kapan dia mengirimkan email seperti itu pada Yoongi.

"Tak ada yang pernah kembali, termasuk kamu sepertinya memang tak akan pernah kembali seperti Yoongi yang ada di ingatan ku" send

"Gimana kalau seandainya Yoongi benar benar tak pernah kembali ?" Send

"Kamu punya banyak cara untuk membuat ku sedih" send

"Aku gak berani membuat mu sedih. Aku gak mau kamu sakit. Melihat mu sakit kemaren aja membuat fikiranku terganggu sampai sekarang." Send

Jimin diam dan tak membalas lagi.

Kenyataan Yoongi yang sekarang memang seperti ini, tiba - tiba dia lupa Jimin, dan terkadang seolah olah dia memang adalah Yoongi yang dulu selalu mengkhawatirkan nya.

Yoongi terus menunggu balasan dari Jimin, dan kembali overthingking, apakah Jimin benar-benar sedih, dan sekarang sedang sakit lagi.

Hp Jimin berbunyi.

"Ya"

"Aku gak bermaksud membuatmu sedih"

"Aku gak sedih"

"Tapi kenapa gak balas?"

"Hyeong, aku tau kamu suka bercanda, tapi bercanda mu keterlaluan". Ucap Jimin dengan suara berat seperti menangis.

"Aku gak suka bercanda"

"Ku matiin"

"Jimina, jangan dimatiin. Mmm aku hanya ingin tau kabarmu."

"Aku akan membaca semua email mu, aku akan berusaha mengingat semua tentang kita."

"Kenapa bisa kamu melupakan nya ?"

Yoongi tak bisa menjawab nya.

"Akan lebih baik kamu tak mengatakan padaku kalau kau melupakan ku, karna seharipun, tak pernah kulewati tanpa mengingat mu"

"Harusnya aku gak datang kesana, melihat dan mendengar mu seperti itu"

"Tak menyangka seseorang bisa berubah sejauh itu"

"Jimina, aku minta maaf, hanya itu yang bisa ku katakan." Jawab Yoongi.

"Hyeong, apa kamu sakit ?"

"Atau apa aku ada salah ?"

"Jangan menangis ". Yoongi tak tenang karna mendengar Jimin menangis.

"Apa Yoongi begitu penting untuk mu".

"Bagaimana mungkin kamu gak penting untuk ku, kamu terus menjaga ku saat aku berjuang hidup dan mati, kamu terus menyemangatiku saat aku ingin menyerah".

"Aku akan selalu menjaga mu". Sela Yoongi.

Sesaat mereka diam.

"Bolehkah kita lebih sering berkomunikasi setelah ini ?, bantu aku untuk mengingat semuanya lagi."

"Jimina"

"Ya"

"Maksudmu iya kan?"

"Aku mau tidur."

"Kamu setujukan untuk lebih sering berkomunikasi dengan ku?"

"Kumatiin"

"Jawab dulu."

"Iya"

"Makasih"

"Dahh"

"Mmm"

"Apalagi ?"

"Jangan sedih lagi. Dan kabari aku kalau kamu sakit lagi".

"Untuk apa ?"

"Aku kan pulang ke korea jika kamu sakit".

"Sejak kapan kamu jadi pintar ngegombal"

"Aku serius "

"Aku udah lama sembuh, gak akan apa apa kalau sesekali dada ku terasa nyeri."

"Apa benar-benar sudah sembuh ?".

"Ku ingatkan kan kalau kau memang lupa, aku benar-benar sudah sembuh bahkan sebelum kamu pergi ke Paris."

"Dulu sepulang sekolah, kita selalu ke gedung kesenian bersama, kamu latihan piano dan aku latihan menari."

"Tapi aku tetap khawatir"

"Kamu, orang tua ku, orang tua mu dan semua orang disekeliling kita selalu mengawatirkan ku."

"Makanya aku tak menyangka waktu disana kamu bahkan membentak ku."

"Aku bahkan dirawat beberapa hari di rumah sakit saad Daddy meninggal, gak menyangka kamu ternyata tak pernah membalas email ku."

"Maaf"

"Apa menurut mu gak wajar kalau sekarang aku nangis, karna perlu waktu 2 th baru kamu baca pesanku waktu itu"

Jimin kembali menangis.

"Jimina, ayo tidur. Besok kita ngobrol lagi ya, aku gak mau kamu nangis." Yoongi memutus sambungan telpon, tak ingin membuat Jimin makin sedih lagi.

Entah kenapa dari sepanjang percakapan bersama Jimin Yoongi hanya memikirkan Jiyoon.

Mungkin jika dulu bisa saling menelpon seperti ini, Jiyoon kecil akan tak berhenti menangis.

"Suga hyeongggg"
"Suga hyeongggg"

Suara itu terus terngiang ditelinga Yoongi.

Yoongi menangis, menutup kedua telinganya agar tak lagi mendengar suara ratapan Jiyoon yang menghantui.

Andaikan waktu bisa diulang, Yoongi pasti akan memilih untuk terus berasa disamping Jiyoon dan tak akan oernah meninggalkan nya.

Jiyoon menangis berhari - hari setelah mamanya meninggal, sedikitpun tak melepaskan Suga.

Jiyoon kecil yang malang, ditinggal ayahnya yang meninggal saat Jiyoon balita dan belum tau apa apa, lalu di tinggalkan mamanya, dan pada akhirnya Suga juga meninggalkan nya.

"Ku harap kamu masih hidup dan baik-baik saja, agar suatu saat kamu bisa membalas ku, menumpah kan semua marah mu padaku." Bisik Yoongi yang makin larut dalam tangis nya.

--- to be continued ---

WARNA LAIN [YOONMIN] || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang