part. 28

500 69 15
                                    

_
_
_

"kenapa kamu kesini ?"

"karna merindukan mu" Jawab Jimin sambil langsung duduk di meja gamer JK.

"ada apa dengan senyum
aneh mu itu?. ada apalagi
kali ini ?. Yoongi kenapa lagi?". tebak JK dengan nada ketus.

"kenapa semalam kamu minum sampai mabuk ?. Jimin mencoba mengalihkan topik pembicaraan

"kemaren kemana ?. ada apa ?." Jungkook bangun dan duduk di samping Jimin yang sudah mapan duduk di kursi gamer milik JK.

"kemaren aku bertemu paman ku, appa nya Suga". Jelas Jimin.

"lagi ?". JK sedikit berteriak

"kamu masih mau aja di bodohi dia?" bentak JK emosi.

"aku tau kamu pasti marah,
makanya gak kasi tau kamu
kemaren". Jawab Jimin menunduk lesu

"aku udah tau kamu bodoh.
tolol. dari dulu kamu sadar
cuma dimamfaatkan paman
mu itu. sampai kapan pun dia gak akan membiarkan mu bertemu Suga. Faham gak !". JK tak dapat mengontrol emosinya.

"lagian untuk apa kamu terus mencarinya, dia meninggalkan mu begitu saja di panti, dia gak peduli pada mu. kamu kenapa sih ?. begitulah JK yang sangat di fahami Jimin, terlalu gampang emosi,
walaupun dia sangat peduli.

"Suga keluarga ku satu-satu nya. aku harus menemukan nya ". Jawab Jimin.

"kamu terlalu naif. keluarga seperti apalagi yang kamu butuh. papi mu kurang sayang apa?, sekarang. Juga ada Yoongi Hyeong. Suga
bahkan tak menganggab mu
keluarga.

'Yoongi...,"

" Ya Yoongi juga keluarga ku, dia bilang minta apa saja asalkan jangan minta dia untuk mencintai ku, karna dia hyeong ku". Jawab Jimin dengan wajah melamun.

"Jungkook aa, apa menurut mu itu gak aneh. padahal Yoongi yang dulu selalu ngotot ingin jadi pacar ku"

"Yoongi yang sekarang sudah dewasa,kamu sadarkan dari keluarga seperti apa dia berasal. kamu harus berhenti
membahas cinta dengan dia. jangan bikin dia gak nyaman." Nasehat bijak dari JK

"bukan kah kamu udah janji
asal kan Yoongi di dekat mu
kamu akan menyimpan perasaan mu, dan membiar kan nya bahagia
dengan pilihan keluarga nya."

"iya, tapi yang aneh itu, Yoongi selalu menekan kan aku adik nya, dia bersikap seperti dia bukanYoongi. Yang kurasakan dia
seperti Suga hyeong"

"udahlah, makin aneh ini udahhhh". JK makin tak habis fikir dengan apa yang ada di benak Jimin.

JK menyentil kening Jimin agar
segera keluar dari fikiran konyolnya.

akhirnya kedua bocah yang terjebak
dalam tubuh orang dewasa itu
berakhir dengan duel main game
dan melupakan semua permasalahan.

Siang, Sore bahkan sampai jam pulang Jimin tak pernah muncul, wajah yang tenang, tapi hatinya tak pernah tenang begitulah Suga
menjalani hidup sebagai Yoongi setiap hari.

walaupun dengan perasaan
kesal dan campur aduk, tapi
Yoongi tetap pula kerumah
Jimin.

Sampai jam makan malam pun Jimin tak kembali.

Jin memamfaatkan kesempatan itu untuk berbincang tentang
kondisi kesehatan nya yang
sebenarnya pada yoongi.

operasi kali ini adalah pilihan
terakhir dan beresiko tinggi.
satu-satu nya jalan yang harus
di tempuh Jin, karna kondisi
nya yang terus memburuk.

makin dalam ke kaguman Suga terhadap hati dan kepribadian seorang Kim Seokjin. sangat baik hati dan sangat memikirkan Jimin.

Suga merasa sangat tersentuh dan berhutang budi karna Sudah
menyelamat kan Jiyoon.

Perbincangan itu jadi panjang. Suga menanyakan bagaimana Jimin saat pertama mereka adopsi.

Pembahasan tentang masa kecil Jimin mengobati kerinduan Suga pada jiyoon.

Yoongi sendirian dikamar Jimin.berkali-kali membuka Hp, melihat tak satupun pesan nya dari tadi siang tak ada ya g dibalas di
balas jimin.

setelah cukup lama berfikir,
akhirnya Yoongi memutus kan untuk menelpon jimin.

"ya "

"dimana ?"

"rumah JK"

"pulang jam brapa ?"

"aku nginep"

"aku dirumah mu"

Jimin terdiam, tak menyangka Yoongi ternyata dirumahnya.

"sebaik nya kamu pulang,
besok papi udah masuk
rumah sakit

"besok ??". Tanya Jimin kaget, tak menyangka akan secepat itu

"mmmm. aku jemput ya ?". Bujuk Yoongi

"gak usah"

"kamu lagi marah ?"

Lagi-lagi Jimin tak punya jawaban atas pertanyaan Yoongi itu.

"Jimina, sekarang kita perlu fokus sama papi dulu, jangan gini. kalau aku salah aku minta maaf." Yoongi menurunkan kan ego nya

Suara Yoongi terdengar berat dan tertekan, membuat Jimin jadi merasa bersalah. tapi tak berani
menjawab lagi lalu Jimin mematikan telpon.

Jimin memutuskan untuk pulang malam itu memasuki kamar, mendapati Yoongi yang tertidur sambil memegang hp di tangan nya.

melangkah pelan memasuki
kamar, berusaha tak bersuara agar tak membangun kan Yoongi.

langkah Jimin terhenti saat melewati meja belajar. beberapa kertas goresan
not not lagu milik Yoongi.

gambar disudut kertas menarik perhatian Jimin. gambar boneka yang selalu Jimin gambarkan sambil
bernyanyi lingkaran besar, lingkaran kecil saat Jimin masih kecil.

"Yoongi hanya tau lagu nya,
tapi tidak pernah tau gambar itu. hanya Suga yang tau." Batin Jimin, benar-benar tak habis fikir

Jimin berjalan mendekati Yoongi, menatap wajah Yoongi yang tertidur
pulas cukup lama.

"mustahil kalau orang ini dalah suga"

Jimin menunduk mendekati
Yoongi yang berbaring pulas

"Suga hyeong". Jimin memanggil dengan sebutan Suga dan suara berat menahan tangis.

"mmmmm".
Suga menjawab dan membuka mata antara
sadar dan tidak

Jimin terperanjat, tak menyangka Yoongi akan merespos nya

"Hyeong, aku rindu eomma". lanjut Jimin yang tanpa sadar sambil menangis. Seperti saat
dia kecil dulu, sering terbangun tengah malam dan menggangu tidur Suga dengan tangisan nya.

Suga membuka mata, tapi
pasti dia tidak benar-benar
sadar. menarik tangan Jimin
dan memeluknya.

Jimin terperangkap dalam pelukan Yoongi, punggung dan rambut nya di belai lembut.

seiring suara tangis Jimin yang makin jadi, tangan Suga juga makin kencang mengusap punggung Jimin.

"Tidur Jiyoona, hyeong capek. besok kita kemakam eomma, tidur...tidur." ucap Suga dalam
bawah sadarnya

Jimin tak dapat berkata - kata, suara tangisnya makin jadi, memukul mukul Yoongi dengan

kencang. bahkan Jimin merasa dada nya mulai sesak dan sulit
bernafas.

Yoongi terbangun karna
merasakan sakit pukulan
Jimin yang tak berenti ke
tubuhnya.

--- to be continued ---

WARNA LAIN [YOONMIN] || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang